Kayna memeluk Heesaa yang masih menangis, mengusap lembut kepalanya. Lalu sesekali menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Heesaa. Ia seolah lupa dengan pertengkaran hebat yang terjadi di antara mereka.
Sunghaan menatap lurus jalanan yang tak seberapa ramai. Kali ini ia membiarkan Kayna memeluk pria yang masih suaminya itu. Sunghaan paham bagaimana perasaan Heesaa saat kehilangan orang yang ia sayang.
"Sunghaan-ah, Heesaa pingsan." Sahut Kayna.
Sunghaan menepikan mobilnya, membiarkan Heesaa berbaring di pangkuan Kayna.
"Dia sedang shock, nanti akan sadar." Ucap Sunghaan lalu kembali mengemudi.
Sunghaan menatap Kayna dari kaca spion di atasnya, masih dengan tangisannya dan mengelus puncak kepala Heesaa.
Heesaa tersadar saat Sunghaan menghentikan mobil di halaman rumahnya, di Gyeonggi-do.
"Bangunlah, temui Ibumu." Ujar Sunghaan lalu membawa Heesaa pada peti cokelat dengan foto sang Ibu disana.
Heesaa bersimpuh kembali menangis, Kayna yang melihat hal itu pergi menghampirinya untuk menenangkan Heesaa sembari menepuk pundaknya.
"Tenanglah, Heesaa-ah." Sahut Kayna.
Saat acara kremasi selesai, mereka kembali ke kediaman keluarga Lee. Sunghaan terlihat canggung dengan beberapa orang yang melihatnya saat Hee-jung memanggilnya. Disini memang hanya tersisa keluarga besar Heesaa dan kedua orang tua Kayna. Hee-jung berlari ke arahnya lalu memeluknya.
"Hee-jung-ah, siapa dia?" Tanya Nyonya Baek pada cucunya.
"Paman dokter, halmeoni." Ucap Hee-jung. Lalu Kayna datang dan menarik lengan Sunghaan.
"Sunghaan, terimakasih sudah mengantarkanku dengan Heesaa kesini, dan maafkan aku mungkin membuatmu merasa tidak nyaman dengan situasi ini."
Sunghaan terkekeh dan mengecup pipi kekasihnya. "Gwenchana, Kayna-yaa."
Tanpa mereka sadari Heesaa melihatnya dari kejauhan.
~Apartemen (Wony),
16.45 KST~Heesaa merebahkan dirinya pada ranjang milik Wony. Kekasihnya itu masih belum pulang. Semenjak kepergian sang Ibu, Heesaa berubah menjadi pribadi yang lebih diam. Berbeda jika bersama Hee-jung. Baru Heesaa sadari ia sangat menyayangi Hee-jung. Entah mengapa jika melihat Hee-jung, seolah bisa menghapus semua beban dalam hidupnya.
Penyesalan yang Heesaa rasakan mengapa muncul sekarang? Mengapa dulu ia begitu membenci putra kesayangannya itu? Ingin rasanya memutar waktu kembali pada saat Hee-jung berada dalam kandungan Kayna. Merawatnya dengan baik dan melihatnya pertama kali lahir di dunia. Andaikan Heesaa seperti itu, sudah pasti hubungannya dan Kayna tidak serumit ini.
Ia tidak tahu apa yang membuatnya begitu membenci istrinya. Seingatnya semua berawal dari Kayna memaksanya untuk segera menikahinya, padahal pada saat itu Heesaa masih belum siap apapun. Ia juga benci saat Kayna terus merengek memintanya untuk tetap di sampingnya. Namun saat ini rasanya ia sangat menyesal.
"Heesaa.." Lamunan Heesaa buyar ketika Wony datang lalu memeluknya. "Kau sudah lama berada disini?" Tanya Wony.
"Tidak."
"Mianhae, aku tidak hadir di Gyeonggi-do tempo hari. Tiba-tiba Ibuku memintaku menemaninya ke acara pernikahan anak dari temannya."
