Kayna menunggu Heesaa yang akan menjemputnya di lobby dengan Hee-jung yang mulai terlelap di pelukannya. Sedari tadi ia terus menghubungi Heesaa, namun tidak ada jawaban.
Sudah satu jam ia menunggu Heesaa yang tak kunjung datang. Sampai-sampai membuat Hee-jung terbangun dan merengek.
Jika tahu seperti ini, harusnya Kayna tidak mempercayai omong kosong Heesaa. Sudah tahu sering berdusta, masih saja di percaya.
Kayna berjalan membawa Hee-jung yang masih menangis, tidak peduli tetapan orang yang melihatnya.
"Nyonya Baek." Panggil seseorang yang Kayna kenal. "Mau kemana?" Tanyanya lagi yang keluar dari mobilnya.
"Mencari taksi untuk pulang." Ucap Kayna.
"Masuklah. Biar aku antar."
"Ah, tidak perlu repot-repot." Kayna mencoba menolak, namun Sunghaan memaksanya.
"Kasihan Hee-jung. Ia rewel karena efek samping dari imunisasi tadi." Ucap Sunghaan. Kayna terpaksa menerima ajakan Sunghaan dan masuk ke dalam mobilnya.
"Apa tidak ada yang menjemputmu, Nyonya Baek?"
"Tidak ada."
"Ayah Hee-jung sangat sibuk ya?"
Kayna terdiam, lalu menjawab. "Ayah Hee-jung sudah tiada. Kami hanya hidup berdua."
Ada rasa lega saat Kayna berhasil mengatakannya. Ia tidak peduli lagi dengan Heesaa. Lagipula Heesaa sudah tidak menganggapnya sebagai istri, hari ini 'pun sudah berani mengingkar janji padanya dan Hee-jung.
~Apartemen (Wony) ,
13.20 KST~Heesaa mengerjapkan mata ketika Wony menepuk bahu telanjangnya. Mengganggunya yang baru saja terlalap
"Ponselmu sedari tadi berbunyi, sepertinya dari Nona—" Ia terperanjat. Rasa kantuknya hilang seketika saat mengingat janjinya yang hendak menjemput Kayna dan Hee-jung. Ini sudah lebih dari satu jam, apa mereka masih di klinik?
Ia bergegas memakai bajunya yang tergeletak di lantai, membuat Wony kebingungan melihat Heesaa.
"Ada apa?" Tanya Wony.
"Aku lupa menjemput Nona. Ia sedang menungguku di klinik. Tunggu sebentar, ya." Heesaa mengecup singkat pipi Wony lalu melangkah pergi dengan terburu-buru.
***
Matahari sangat menyengat membuat kota Seoul menjadi panas. Jalanan macet karena bertepatan dengan perbaikan jalan yang rusak. Hee-jung masih tertidur di pelukan Ibunya, sangat lelap.
"Jadi, apa kegiatanmu?" Tanya Sunghaan sekilas melirik Kayna lalu menatap kembali jalanan.
"Aku bekerja, di perusahaan Baek Corp." Ucap Kayna.
"Lalu Hee-jung?"
"Aku titipkan bersama Ibuku."
Sunghaan mengangguk sembari memainkan dagu dengan jemarinya. Lalu ia menepikan mobilnya pada minimarket kecil di pinggir jalan.
"Tunggu sebentar." Ucapnya lalu turun dari mobil.
Beberapa menit kemudian Sunghaan datang membawa sebungkus plastik yang penuh dengan makanan dan minuman.
"Ini untukmu dan Hee-jung." Ucapnya sembari menyodorkan kresek yang sudah penuh itu.
"Untuk apa? Tidak perlu repot-repot, dokter Park."
Sunghaan terkekeh. "Aku hanya kasihan melihat kau yang kehausan karena jalanan macet. Sekalian juga aku membelikan untuk Hee-jung." Ujarnya.
"Ah, nde. Gamsahabnida." Ucap Kayna lalu mendapat senyuman dari Sunghaan.
