8

622 67 12
                                    

Matahari perlahan terbit dari ufuk timur. Cahayanya menembus ke jendela dan menerpa wajah Wangji membuat tidurnya terganggu.

Wangji segera bangkit dan duduk kemudian meregangkan kedua tangannya seraya menguap. Diliriknya Zhan yang tengah tertidur pulas kemudian ia tersenyum lebar melihat wajah menggemaskan pria itu.

Wangji merapikan surai hitam Zhan dan mengamati wajah pria itu. Ia tersenyum-senyum sendiri layaknya orang gila lantas mengingat kejadian kemarin malam. Zhan sangat mabuk dan bersikap manja padanya dan berakhirlah keduanya tidur di ranjang. Padahal biasanya Wangji selalu tidur di sofa.

"Nghh...," Zhan menggeliat karena merasa sebuah tangan mengusap wajahnya.

Wangji berhenti sejenak menunggu Zhan untuk pulas kembali dan setelah itu barulah ia dengan puas memandangi dan memainkan wajah Zhan lagi.

"Aku menyukainya," batin Wangji dengan senyuman yang semakin lebar.

"Zhan, kenapa kamu sangat menggemaskan?"

"LARI!!" Zhan melompat dari ranjangnya dan memasang pose bersiap untuk bertarung.

Wangji tersentak kaget dan berakhir terjatuh dari ranjangnya. Ia pikir ia ketahuan tapi rupanya pria itu terbangun karena mimpinya.

"Eh? Aku mimpi?" tanya Zhan bingung seraya menggaruk tengkuknya polos.

"Wangji? Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Zhan heran melihat Wangji tengah tengkurap di samping ranjang.

Wangji segera menggerakkan tangannya seolah ia tengah push up.

"Ah? Aku sedang berolahraga," jawab Wangji diiringi dengan tawa kecil.

"Kenapa kau olahraga di kamar? Bukankah apartment ini ada tempat khusus gym?"

"Ah? Ee...hanya pemanasan! Ya! Pemanasan," Yibo segera bangkit dan tersenyum ke arah Zhan seraya menggerakkan lengannya ke kanan dan kiri.

"Kau tidak bekerja?"

"Aku shift malam."

"Baiklah, aku harus segera bersiap-siap untuk berangkat bekerja," ucap Zhan seraya tersenyum singkat kemudian berlalu pergi ke kamar mandi.

Wangji menghela nafasnya lega, Zhan tidak sadar dengan apa yang ia lakukan tadi, untung saja.

Setelah 30 menit bersiap-siap, Zhan menghampiri Wangji di dapur. Tampak pria itu tengah mengolesi roti selai.

"Makanlah, aku tidak bisa memasak dan hanya bisa membuat ini," ujar Wangji seraya tersenyum kikuk. Ia tidak bisa memasak dan untunglah beberapa hari ini Zhan yang selalu memasak untuk Wangji dan tidak diragukan lagi, masakannya sangat lezat.

"Tidak apa, seharusnya aku lah yang memasak."

Zhan segera duduk dan melahap roti selai kacang yang terhidang serta susu vanilla.

Wangji lagi-lagi tersenyum salah tingkah karena melihat wajah Zhan yang sangat menggemaskan saat mengunyah makanan dan pipinya yang penuh.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa ada yang salah?" tanya Zhan heran. Khawatir jika mulutnya kotor atau semacamnya.

"Tidak, kamu sangat menggemaskan," ucap Wangji tanpa sadar. Ucapan itu otomatis terlontar.

"Hah?" Zhan melongo dengan mulut penuhnya.

"Hah? Ee...maksudku roti itu sangat menggemaskan! Ya! Roti itu sangat menggemaskan," elak Wangji yang kemudian meraih roti miliknya.

"Roti, kenapa kau sangat menggemaskan?" tanyanya pada roti itu seolah roti itu dapat menjawabnya. Wangji sudah benar-benar gila.

Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang