21

360 41 6
                                    


Langit gelap mulai sedikit terang bewarna biru tua menandakan sebentar lagi matahari akan terbit. Saat ini Wangji baru tiba di apartment Sehun dan segera naik ke lantai atas menuju kamar Sehun berada.

Wangji menekan bel sebanyak dua kali dan tak membutuhkan waktu yang lama pintu terbuka.

"Kau sudah matang rupanya," ujar Sehun seraya tersenyum pada Wangji dan beberapa kali menguap karena mengantuk.

"Matang? Apa kau lihat aku di atas panci?"

"Untuk apa kau di atas panci?"

"Aku mohon, kapten, aku baru saja tiba dan kau sudah membuatku frustasi," protes Wangji seraya mengacak rambutnya dan menatap Sehun memohon.

"Baiklah, ayo masak."

"Untuk apa masak?! Aku ke sini bukan untuk masak!!" bentak Wangji yang sudah mulai kehilangan kesabaran.

"Lalu?"

"Masuk, kapten, M A S U K!"

"Ya! Itu maksudku, ayo."

Wangji menghela napas pasrah kemudian melangkah masuk. Jika bukan karena membahas hal penting Wangji tidak ingin datang dan berbicara pada Sehun yang sangat aneh.

Sehun mempersilakan Wangji untuk duduk kemudian ia memberikan sebuah teh hangat dan mulai membuka suara.

"Kau tahu jika kembaranmu mengubah namanya dan tanpa diduga-duga dia adalah pemilik perusahaan WY, perusahaan terbesar di Tiongkok."

"Ya, aku juga baru tahu."

"Pada saat penggeledahan aku tidak mendapatkan apapun."

"Aku rasa dia sudah lebih dulu mengetahuinya."

"Siapa kira-kira yang memberitahunya...," gumam Sehun seraya mengurut pelipisnya.

"Dia bukanlah lawan yang mudah," ucap Wangji dengan nada khawatir–merasa takut jika kembarannya tidak dapat dikalahkan.

••●✿✿✿●••

Zhan masih terlelap di atas ranjang dengan tubuh telanjang yang tertutup selimut. Wajahnya terlihat damai dengan bunga tidur yang menemaninya.

Tanpa terdengar keributan sedikitpun pintu hotel terbuka dan seorang pria bertubuh tinggi dan tegap melangkah masuk ke dalam memperhatikan Zhan yang tertidur lelap.

Pria itu mendekati Zhan dan menatap wajahnya lekat. Ia mengusap lembut kepala Zhan dan memperhatikan beberapa tanda merah keunguan yang berada di lehernya.

"Kamu sudah melakukannya," gumam Yibo dengan suara tertahan amarah dan menarik selimut Zhan.

Tanganya terkepal kuat, wajahnya memerah, dan rahangnya mengerat melihat tubuh Zhan tanpa sehelai benangpun yang menandakan Wangji dan Zhan baru saja berhubungan intim.

Dengan amarah Yibo mengambil piyama yang berserakan di lantai dan mengenakannya pada Zhan dengan berhati-hati agar tidak membangunkan pria itu.

Setelah terpasang Yibo mengangkat Zhan dan menggendongnya lalu membawanya turun dari kamar hotel menuju parkiran dan memasukkan pria itu ke mobilnya.

Yibo segera masuk dan mengendarai mobilnya kencang dengan amarah yang masih menyelimuti.

Jalanan di daerah itu tidaklah halus, banyak bebatuan dan jalan berlubang membuat mobil bergoyang dan tubuh Zhan terhentak-hentak lantas ia terbangun.

Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang