10

658 54 7
                                    


Zhan membelalakkan matanya tersadar dengan perbuatan apa yang sudah mereka lakukan. Zhan langsung mendorong tubuh Yibo. Tubuh Yibo berhasil terdorong sehingga aktivitas pria itu yang tengah menikmati tubuh bagian atasnya terganggu.

Zhan kembali mendorong tubuh Yibo untuk memberikannya celah agar bisa turun dari sofa. Ya, mereka sudah kehilangan akal dan berakhir di sofa.

Zhan segera beranjak dan mengancingkan kemejanya yang Yibo buka. Wajah Zhan memerah karena malu. Ia dengan cepat menyambar jas nya yang dibuang Yibo tadi di lantai. Zhan membungkuk dengan cepat setelah memasang jas nya kemudian ia berlari keluar dari ruangan Yibo.

Yibo menatap pria itu dengan senyuman tipis karena salah tingkah. Kemudian ia mengusap bibirnya, mengingat bagaimana manisnya bibir Zhan yang sangat lembut.

"Menggemaskan," gumam Yibo seraya terkekeh layaknya orang gila.

Zhan menepuk-nepuk wajahnya berusaha tersadar dengan pikiran kotornya yang sudah melayang ke mana-mana. Apalagi adik kecilnya tengah terbangun dan meronta-ronta ingin dipuaskan.

"Ah sial...apa yang terjadi padaku?" gumam Zhan seraya mengacak rambutnya.

Zhan mengalihkan pikirannya dan berjalan cepat menuju ruangannya. Ia harus melanjutkan pekerjaannya dalam keadaan tersiksa seperti itu.

Wangji baru kembali usai melakukan perjanjian dengan dokter psikologi. Ia tidak bisa bisa langsung konsultasi jika tidak adanya perjanjian, dan berakhirlah Wangji mendapatkan jadwal besok pagi untuk konsultasi.

Wangji mengarah ke perusahaan WY group untuk menemui Zhan. Ia sudah mendapatkan pesan dari pria itu yang mengajaknya makan siang.

Sesampainya di sana, Wangji segera masuk dan mendapatkan tatapan heran dari beberapa karyawan. Mereka merasa keheranan sebab pakaian santai yang Wangji kenakan.
Bagaimana bisa bos mereka, Wang Yibo mengenakan pakaian santai seperti itu? Pikir mereka.

Wangji memesan dua porsi makanan di kantin kemudian duduk dengan santai seraya mengirimkan pesan pada Zhan untuk segera datang ke kantin.

Zhan yang mendapatkan pesan dari Wangji pun dengan segera berlari dari ruangannya menuju kantin. Ia tidak bisa membiarkan Wangji sendirian seperti itu. Walaupun ia sudah makan tapi setidaknya ia menemani Wangji.

"Kenapa kamu ke mari?" tanya Zhan yang langsung mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Wangji.

"Bukankah kamu yang menyuruhku?" jawab Wangji yang kembali memberikan pertanyaan.

"Ah...," Zhan menggaruk tengkuknya baru teringat jika dialah yang meminta Wangji untuk datang sebelumnya.

Makanan pun tiba. Dua porsi nasi goreng dan berbagai macam hidangan lainnya.

Zhan kembali menggaruk tengkuknya melihat banyak sekali makanan yang Wangji pesan. Ia bingung bagaimana cara mengatakan pada Wangji jika ia sudah lebih dulu makan.

"Kenapa diam saja, ayo makan," ujar Wangji seraya tersenyum dan menyodorkan beberapa makanan ke arah Zhan.

"Wangji..."

"Ada apa? Tenang saja, ini semua aku yang membayarnya," ucap Wangji santai seraya tersenyum.

"Bukan...ee...aku sudah makan," Zhan menggaruk tengkuknya merasa bersalah.

Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang