13

781 69 11
                                    


Zhan tertawa terbahak-bahak hingga perutnya terasa kram. Dan Yibo tengah memandangnya keheranan.

"Jangan bercanda, Yibo."

"Saya serius," jawab Yibo dengan wajah datar dan suara yang terdengar tegas membuat Zhan berhenti tertawa seketika.

"Ee..."

"Jika kamu merasa enggan karena kamu bukan siapa-siapa, maka jadilah kekasih saya."

"Hm... begini saja, aku akan tinggal di apartment mu, tapi untuk menjadi kekasih...," Zhan menggaruk tengkuknya karena merasa takut menyelesaikan kalimat. Ia takut Yibo tersinggung karena penolakannya.

"Saya mengerti, itu lebih baik daripada kamu harus tinggal bersama orang lain."

Zhan hanya bisa mengangguk pasrah. Sebetulnya ia merasa sangat bingung karena ia juga tak ingin meninggalkan Wangji. Ia masih ingin menemani Wangji.

••●✿✿✿●••

Menatap bingung ke arah depan dengan kerutan di dahi dan jantung yang berdebar-debar tak karuan. Zhan merasa ragu untuk keluar dari mobil dan kembali ke apartment Wangji lantaran bingung harus bersikap seperti apa dia nanti.

"Haruskah saya gendong kamu untuk naik ke atas?" tanya Yibo seraya menaikkan satu alisnya.

Zhan menjadi gugup seketika dan segera turun dari mobil Yibo kemudian ia memejamkan matanya dengan helaan napas panjang. Setelah itu barulah ia melangkah memasuki apartment.

Zhan menekan sandi pintu kemudian setelah terbuka dengan gugup ia melangkah masuk. Tampak di sana Wangji tengah sarapan dan menatapnya datar.

"Ee...selamat pagi," sapa Zhan seraya tersenyum lebar. Berusaha ia menghilangkan rasa canggung di antara keduanya.

"Pagi," jawab Wangji singkat dan dengan nada datar lalu kembali melahap sepotong roti miliknya.

"Maafkan aku karena tidak bisa membuatkan sarapan," ucap Zhan merasa bersalah.

"Tidak apa."

Zhan mengatupkan bibirnya merasa sedih mendapatkan respon acuh tak acuh dari Wangji. Di mana Wangji yang selalu antusias padanya?

"Aku ke mari ingin mengemasi barang-barang milikku," jelas Zhan seraya tersenyum kemudian melangkah menuju lemari dan mengambil kopernya.

Wangji mengeratkan rahangnya kesal. Setelah kejadian kemarin Zhan ingin pergi dari apartment nya? Bukankah itu karena dia memiliki kekasih? Pikir Wangji.

Zhan mulai mengemasi barangnya dengan rasa berat hati untuk meninggalkan Wangji setelah pria itu banyak membantunya. Sementara Wangji memilih diam pura-pura tidak peduli padahal ingin rasanya ia menahan Zhan untuk pergi. Tapi apa boleh buat? Rasa gengsinya lebih besar.

Setelah beberapa menit berkemas, Zhan beranjak kemudian melangkahkan kakinya pelan menghampiri Wangji. Ia harus berterima kasih atas semua bantuan pria itu. Bisa dibayangkan bagaimana keadaannya tanpa Wangji yang membantu, pasti sudah menjadi gembel di kolong jembatan—tidur menggunakan kardus sebagai alas.

"Terima kasih karena sudah banyak membantu, aku tidak tahu bagaimana caranya membalas Budi padamu...dan maaf karena sudah menyusahkan," ucap Zhan seraya menundukkan kepalanya. Sedih? Tentu saja.

"Kamu akan pergi?" tanya Wangji memastikan. Padahal ia tahu apa yang akan menjadi jawaban Zhan.

Zhan memberikan anggukan pelan seraya tersenyum tipis sebagai jawaban.

Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang