19

420 45 5
                                    


Wangji membawa Zhan ke sebuah hotel yang lumayan jauh dari area perkotaan. Dengan semua keputusan Wangji membuat Zhan kebingungan tentunya hingga ia tak henti-hentinya memikirkan semua pertanyaan yang bermunculan begitu saja di pikirannya.

Wangji mengelus lembut kepala Zhan yang termenung kemudian membelai wajahnya. Zhan tersadar saat merasakan pergerakan di pipinya dan langsung mendongak untuk menatap Wangji yang ternyata tersenyum hangat padanya.

"Aku tidak akan melukaimu, aku berjanji," ucap Wangji dengan tatapan penuh ketulusan pada Zhan.

Zhan mengedipkan matanya berkali-kali menahan supaya air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya tidak berjatuhan begitu saja.

Dengan perlahan Wangji menarik Zhan ke dekapannya dengan niat untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada Zhan yang pasti tengah merasakan takut.

Mendapatkan sebuah pelukan yang membuatnya merasa aman, Zhan membalas pelukan Wangji dan melingkarkan tangannya di pinggang Wangji seraya memejamkan mata menikmati kenyamanan yang ia rasakan.

Wangji melepaskan pelukannya seraya memberi Zhan senyuman penuh kehangatan.

"Ini sudah memasuki jam makan siang, aku akan menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makanan," ucap Wangji yang dibalas dengan anggukan pelan oleh Zhan.

Wangji berjalan ke arah meja dan menghubungi pelayan hotel dengan telepon kabel yang tersedia di sana. Sementara Zhan memilih duduk di tepi ranjang dengan tatapan yang tak pernah teralih dari Wangji.

Setelah selesai menelepon Wangji menoleh ke arah Zhan yang tengah memperhatikannya dan memberikan senyuman untuk yang kesekian kalinya.

Melihat itu Zhan dengan spontan langsung memalingkan wajahnya seraya berdehem pelan. Entah mengapa senyuman kali ini membuat jantungnya berdetak begitu kencang dan wajahnya kian memanas.

Zhan semakin gugup saat menyadari Wangji tengah berjalan ke arahnya. Zhan meremas kuat celananya saat Wangji duduk tepat di sebelahnya.

Wangji menyadari perubahan sikap Zhan saat ia menghampirinya dan menggenggam tangan Zhan lembut seraya berkata, "Jangan takut, aku akan selalu berada di sisimu."

Rasa cemas Zhan seketika hilang dan dengan berani ia menatap Wangji lalu memberikan senyuman tipis.

Wangji memberikan senyuman lebar kemudian merapikan surai hitam Zhan yang sedikit berantakan lalu ia membelai lembut pipi pria itu.

"Aku tidak akan memberikanmu banyak pertanyaan dari pikiranku," ucap Wangji yang dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya dengan Zhan.

Zhan hanya diam tak bergerak bahkan mendorong Wangji yang sudah dekat dengannya. Wajah pemuda itu hanya berjarak 3 cm dengannya hingga Zhan dapat merasakan hangatnya setiap helaan napas Wangji. Hidung mereka juga bersentuhan membuat sebuah getaran aneh pada Wangji.

Wangji mengulurkan tangannya lalu memegang lembut leher Zhan namun hal itu membuat Zhan reflek mendongak karena merasa geli. Patut diketahui jika leher adalah bagian sensitif Zhan.

Zhan memejamkan matanya menahan rasa geli dan nikmat yang menyerang tubuhnya tiba-tiba. Ia merasakan sebuah bibir yang basah tengah bergerak di area lehernya.

Zhan mengigit bibirnya agar tidak mengeluarkan lenguhan yang diakibatkan oleh Wangji. Pria itu begitu menikmati leher Zhan. Ia menjilat, menghisap bahkan menggigitnya seolah leher Zhan adalah santapannya.

"Nghh~" Zhan tak kuasa menahan lenguhannya dan berhasil mengeluarkannya saat Wangji menggigit kecil leher jenjang itu.

Lenguhan Zhan seolah mengirimkan sensasi liar pada Wangji hingga membuatnya semakin terangsang dan berniat untuk membuka kancing kemeja Zhan.

Two Different People Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang