2.5 norak

877 201 24
                                    

Sedikit menyingkir dari titik ramai bandara. Mereka yang berdiri saling hadap-hadapan dengan tampang bersitegang ....

"Aku tuh kesel!"

"Kesel kenapa?"

"Kamu barusan ngomel-ngomel!"

"Siapa yang ngomel-ngomel, sih, San?"

"Kamu! Barusan, 'San, jangan dilempar-lempar, ah!' gitu!"

"Ya ampun! Ya udah maaf, nggak nyadar tadi."

"Terus lagi, kita mau bulan madu apa mau kemah penggalang sih? Itu kenapa rame banget sampe tim kreatif aja dibawa-bawa?"

"Iya, sekalian recording, San, mumpung ke Korea. Ya, buat konten kecil-kecilan, lah. Terus, juga kasian mereka lebaran belum pada liburan ke mana-mana. Lagian, kita nggak full seminggu sama mereka, kok."

"Bener?"

"Bener! Ya, masa full sama mereka? Kapan mesra-mesraannya coba?"

Salting dikit. Sandra gigit bibir bagian dalamnya, melirik Jamal, lalu Jono dan sekawanannya. "Nanti kalo mereka ngerecokin, gimana?"

"Hmm ...."

"Pulangin mereka, titik."

Jamal menimbang-nimbang, lalu "Oke."

Daripada lama. Daripada tiket PP Korea-Indonesia untuk sepuluh orang ludes sia-sia cuma gara-gara Sandra dan perubahan mood-nya yang super tiba-tiba padahal tadi pagi keliatannya b aja.

"Udah, yuk!"

Nurut, Sandra relakan tangannya digandeng Jamal. Tapi, tidak lama kemudian, meskipun berat, Sandra ikhlaskan gandengan mereka terlepas karena Jamal harus dorong troli koper menuju loket check in.

Jalan menuju kabin.

"Pengen banget mereka nggak ikutan?"

Sandra menoleh pada Jamal, lalu menoleh pada orang-orang yang lagi cekikikan di belakang sana. Yakin, Sandra jawab, "Iya lah."

"Biar full mesra-mesra-an?"

"Iy—dih, enggak!"

Saling melirik, Sandra panik, Jamal pasang down smile melirik tangan Sandra yang sepanjang mereka jalan sejajar tidak pernah lepas dari lengannya.

"Enggak, yeee! Ngaco!" melepas lengan Jamal, mendorong pelan bahu cowok itu pelan, "Enggak, tahu!!!"

"Enggak tahu? Bisa jadi, iya, dong?"

"Ih kamu mah kalo ngomong suka nggak bener, ah! Suka nuduh."

"Bukan nuduh. Ini nanya, Sayang."

Melenggang cepat, meninggalkan Jamal, "Enggak! Enggak, ya, enggak."

Jamal cuma senyam-senyum di belakang sana. Sedikit mempercepat langkah, mencomot gemas jedai Sandra sehingga rambut panjang-halus-berkilau bak kedelai hitam pilihan itu sekarang berayun dan berterbangan tertiup angin.

Keputusan yang salah.

Karena Jamal yang semula tertawa girang karena berhasil ngisengsin Sandra, di sana kini hanya bisa terdiam.

Satu kata di benaknya saat melihat pemandangan Sandra berlarian menyusul sambil mulutnya komat-kamit emosi:

indah.

Menggeser pandangan ke depan. Menghembuskan napas pelan. Memasukan jedai Sandra ke saku jaketnya. Jamal dorong lagi troli koper. Fokus.

Fokus berbincang-bincang dengan isi hatinya.

Dan, dihasilkan kesimpulan bahwa ... mungkin tiket PP Korea-Indonesia untuk sepuluh orang bukan apa-apa.

Karena ketimbang Sandra, tiba-tiba, Jamal jauh lebih berkeinginan agar mereka full mesra-mesra-an.

Tapi ... namanya bukan Jamal kalau mulut, otak, hati, dan kelakuan sejalan.

Ketika Sandra terpukau dengan kemewahan kabin kelas eksekutif, mulutnya terngaga, matanya lebar terbuka, Jamal bilang, "Tadi katanya mau pulang aja.

Tangannya merapikan helaian rambut Sandra yang menutupi muka.

"Pulang sana!" katanya saat Sandra duduk dengan wajah sumringah mengamati benar setiap inci bagian kursi.

"Nggak mau, ah. Mau di sini aja."

Keliatan banget ndeso-nya. Otak Jamal, bilang norak. Tapi, hati Jamal bilang gemes.

Pesawat take-off. Satu jam, di udara, aman saja. Sandra makin norak dengan terus-terusan nengok jendela, foto-foto-in awan, selfie-selfie tanpa mengajak Jamal yang keliatannya tidur tapi sebenarnya tidak juga.

Beberapa jam berikutnya. Hape disimpan. Sandra anteng, merem.

Mula-mula, tidur egois. Lalu, Jamal membuka mata dan melirik Sandra yang tiba-tiba saja menyandarkan kepala di bahunya.

Mengusap-usap pelan kepala Sandra. Jamal melihat dahi Sandra agak berkeringat, padahal suhu pesawat terbilang cukup dingin. Selain itu, bibir Sandra agak pucat, tangan Sandra dingin.

Mula-mula, Jamal yang menyentuh tapi dengan tiba-tiba Sandra bergerak menyentuh pergelangan tangan Jamal dan menggenggamnya erat.

Heran bin cemas, Jamal tanya, "San? Kenapa?"

"Pengen muntah."

[]

notes: 
haha, jamal yang hobi terbang ke mana-mana
harus berjodoh dengan sandra yang mabok udara?
wassalam nggak kira-kira? :v 

NIKAH, MASA GITU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang