9. pengen

1.5K 304 61
                                    

Siap. Jamal dengan baju koko lengan pendeknya ditambah sarung. Sandra dengan mukenanya. Masing-masing sudah berdiri di atas sajadah.

Menoleh pada Sandra di belakangnya, sambil memasang peci di kepala, Jamal tanya, "Lo makmum atau gue imam?"

Sandra, "Hah?"

Tidak fokus. Jujur. Sandra malah salah fokus pada kagantengan Jamal yang meroket. Jamal dengan tampilannya saat ini betul-betul ... kasep pisan!!!

Sandra jadi deg-degan.

"Lo makmum atau gue imam?"

Jamal perlu mengulang pertanyaan agar Sandra kemudian, "Hahaha! Nggak ada bedanya, ih!" sambil menapok lengan Jamal.

Tawa Sandra lenyap. Diam karena makin deg-degan saat Jamal tiba-tiba mendekat.

Memegang kepala Sandra.

"Rambutnya keliatan." Dengan pergerakan pelan, memasukan ke dalam mukena beberapa helai rambut Sandra yang masih nampak oleh matanya.

Kembali Jamal ke posisinya di depan. Sholat maghrib berjamaah dilaksanakan dengan Jamal sebagai imam. Setelah salam, Jamal menoleh ke belakang, mengulurkan tangan,

"Salim sama suami."

Mengedipkan mata beberapa kali. Dengan gerakan kaku, Sandra menyentuh tangan Jamal, menempelkan punggung tangan Jamal pada ujung hidung dan bibirnya, melirik Jamal, menyulam senyum kikuk.

Dibalas Jamal dengan senyum lebar. Setelah salim, tangan Sandra tidak langsung dilepasnya. Masih dipegang, diusap-usap sebentar sebelum diangkat.

"Aw!"

Sandra melotot begitu Jamal tiba-tiba melepas pecinya kemudian berbaring dengan menjadikan paha Sandra sebagai bantal, dan tangan Sandra yang sedari tadi tidak ia lepas sebagai guling—dipeluk erat.

Tidak biasa dan Sandra orangnya mudah geli.

Menggoyang-goyangkan bahu Jamal, "Tidurannya jangan gini, Mal. Gue geli."

Tapi percuma. "Gue nyaman," jawab Jamal santai tanpa dosa, sambil merem.

"Ya tapi, gue geli, ih! Nggak tahan! Gue ambilin bantal, ya."

"Nggak. Lebih nyaman ini."

"Jamal, ih!"

Tidak dijawab.

"Bangun, nggak?!"

Jamal pura-pura ngorok.

Iseng saja, Sandra pencet hidung mancung Jamal sampai orangnya tidak bisa (pura-pura) ngorok lagi dan berakhir sedikit terbatuk banyak tertawa.

Sandra ikut tertawa. Tapi, kemudian mingkem saat sadar Jamal yang entah sejak melek itu sekarang sedang memandanginya. Lekat dan dalam. Sandra tidak tahan. Jadi, muka Jamal ditutupnya menggunakan kain mukena yang ia pakai.

"San, gelap."

"Bodo amat."

"Susah napas."

"Bodo amat juga."

Tidak ada suara. Sandra jadi agak cemas kala-kala Jamal kehabisan napas. Kain mukena disingkirkan. Terlihat Jamal sedang memejam mata. 

Sandra periksa tanda-tanda kehidupan di Jamal dengan cara meletakkan telunjuk di bawah hidung cowok itu. 

Oh, masih napas.

"Sandra."

Oh, masih bisa ngomong juga.

"Hm?"

"San, pengen."

Sandra sudah deg-degan. Pikirannya sudah terbang-terbang. 

"Huh? Pengen? Apa?"

Jamal membuka mata, Sandra makin deg-degan.

Beranjak berdiri. Melepas baju koko kemudian menggantungnya di dekat lemari. Jamal hampiri Sandra yang masih duduk diam tak berkutik di posisi sebelumnya, di atas sajadah.

Sandra agak-agak takut. Tapi, juga menantikan.

Jadi, Ia tidak menolak sewaktu Jamal membuka mukenanya dan membantu melipat itu.

"Yuk!" ajak Jamal, sembari membenarkan helai-helai rambut Sandra yang agak berantakan.

Malu-malu. Sandra menjawab, "Hayuk!"

"Mau naik mobil atau naik motor?"

"Hah?"


"Solaria yang deket PVJ masih buka 'kan, ya. Lo katanya pengen makan nasi gorengnya. Gue pengen makan kwetiau-nya. Yuk, ah! Keburu tutup."

[]


***


notes:
hayo, kalian nungguin apa nih di sini?
:v

NIKAH, MASA GITU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang