7. sekarat

1.6K 310 142
                                    

Pesta pernikahan masih berlanjut. Setelah kemarin di rumah Sandra, hari ini telah dilangsungkan pesta di rumah Jamal.

Sampai hampir pukul sepuluh malam, masih ada saja orang yang datang untuk kondangan. Salah satunya, Jonathan Herlino atau yang kerap dipanggil Jono, karib lama Jamal.

Duduk di kursi plastik, melepas asap rokok ke udara, terkikik, "Jadi, lo nikahin si Sandra buat bales dendam gara-gara waktu TK suka diisengin?"

Jamal, duduk di sebelah Jono, sambil membuka kulit pisang, "Ya, enggak gitu juga, Jon."

Untung saja, obrolan mereka ini terjadi di meja yang ada di dekat speaker. Jadi mustahil para manusia yang masih gentayangan di teras rumah Jamal maupun Sandra di dalam rumah sana mendengar karena speaker lagi dipakai nyanyi-nyanyi oleh bapaknya Jamal dengan iringan orjen tunggal. 

Paling-paling, Sandra panas kuping.

"Hahaha! Terus? Latar belakangnya apa nih? Masa tiba-tiba banget sama Sandra."

Jono menjentikkan ujung rokoknya di atas asbak, "Sebagai temen lo dari orok yang tahu sejarah kalian berdua, jelas gue bertanya-tanya dong, Sobat. Naksir? Kayaknya lo nggak pernah tuh cerita lagi naksir cewek siapa gitu. Saking teguhnya lo men-jomblo dari TK sampe segini gedenya, gue sampe ada niat comblangin lo sama adek gue, tahu nggak. Eh, malah udah nyebar undangan duluan."

Diem cukup lama sambil mengunyah pisang yang tersisa, Jamal meletakkan kulit pisang di atas meja, "Pernah nggak sih lo liat orang terus tiba-tiba kepikiran 'kayaknya dia jodoh gue, deh'? Gue kepikiran gitu waktu liat Sandra di acara bukber TK kita tahun lalu."

"Hahaha! Padahal lo nggak ada negur dia, ya."

"Mau gue tegur, tapi anaknya keburu balik duluan kan waktu itu katanya mules gara-gara makan chicken cheesy level, levelnya lima, terus toilet restonya kebetulan rame."

"Hahaha! Inget aja lo, Mal! Kayaknya emang jodoh dah lo berdua. Gue liat-liat, muka kalian agak mirip, ya."

Di saat Jono sedang excited-excited-nya ngomong, hape Jamal berdering. Panggilan masuk dari kontak 'istri', Jamal angkat. Padahal mereka cuma berjarak beberapa langkah, cuma antara teras dengan ruang tengah.

"Hm. Kenapa?"

"Lagi di mana? Sini atuh! Masa gue ditinggal sendirian. Malu ih sama kakak-kakak lo."

"Di depan. Ini lagi ngobrol sama Jono. Biasanya juga lo jagonya sokap, tumben-tumbenan malu."

"Ih beneran deh canggung banget! Pengen ngilang aja!"

"Ya udah masuk kamar gue aja."

"Ya masa sendiri?! Sama kamu, ayo!"

"Hahaha! Kamu, iya, sama kamu."

"Ih, Jamal!!! Pulang, nih, gue."

"Iya, iya, ini ke situ, bentar, ya."

"Iya, itu coba si Jono kondangannya suruh dobel. Dia suka malakin gue waktu TK."

"Ish. Dia lagi kere."

Memutus panggilan. Ngelirik Sandra melalui kaca jendela rumah yang tembus pandang ke dalam sana. Jamal berdiri dari kursi sambil membenarkan sarungnya.

"Gue masuk, ya, Jon. Lo kalo masih betah di sini, mah, sini aja! Nanti paling gue ke sini abis nganter Sandra ke kamar."

"Yakin nganter doang? Nggak malam kedua? Nanti gue tungguin, lo enak-enak di dalem sana sampe subuh."

Menghela napas, Jamal menyesap sisa the di cangkirnya, "Malam kedua apaan! Pertama aja belom."

"Hah?! Kok?"

NIKAH, MASA GITU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang