2.7 delivery

1.1K 215 22
                                    

Kalau kalian semua bertanya-tanya kenapa Jamal ingin cepat-cepat sampai hotel pertama, karena Jamal sudah tidak kuat menahan buang hajat;

kedua, yang bersangkutan juga tidak kuat menahan ....

"Huah! Akhirnya!"

... keinginan buat rebahan. 

Orangnya sekarang sedang merebah di atas kasur hotel setelah lima belas menit mendekam di toilet. Tujuh jam lebih duduk di kursi pesawat, tulang punggungnya serasa kayak mau rontok semua.

Bisa, sih, langsung tenggelam ke alam mimpi biar agak mending, tapi ....

"Kamu mandi aja sana. Ini biar aku yang beresin."

... Jamal keinget kalo dia bukan sedang menjalani tour pribadi. Dia tidak sendiri, melainkan sama istri.

Alhasil, kasur empuk ditinggal. Sandra yang sedang berkutat dengan baju-baju dan sejumlah barang lainnya didatangi.

Memang, Sandra ini aura bocahnya masih sangat kental tapi bukan berarti istri-able-nya tidak ada sama sekali. Kalo soal kerapian dan kebersihan, Sandra is number one. Persis mamaknya Jamal.

Nah, kalau sedang mode kalem, anteng, fokus dengan kegiatan beberes-beres begitu, Sandra tidak berbeda dengan istri-istri pada umumnya.

Mengambil alih pekerjaan Sandra, Jamal ngoceh, "Udah sana mandi! Biar bisa langsung istirahat. Mata udah tinggal dua watt begitu."

Satu hal lagi, Sandra itu masih dua puluh dua tahun, anak tunggal yang super disayang bapak-ibunya, sehingga menurut Jamal wajar kalau dia suka dikit-dikit ngambek, dikit-dikit ngomel, dikit-dikit ....

"Jamal, ini gimana bukanya?"

"Jamal, ini gimana nyalainnya?"

"Jamal, kok airnya nggak anget kayak di rumah?"

Setelah membantu membuka resleting jaketnya yang ada di badan Sandra, kemudian membantu menyalakan lampu kamar mandi yang ternyata pake fitur Internet of Things—Sandra tidak begitu paham karena agak gaptek dan takut salah pencet;

Jamal menghembuskan napas lalu beranjak dari duduknya untuk ke sekian kali.

Menghampiri Sandra di kamar mandi, menggeser kran ke arah kiri.

"Tunggu, nanti anget. Nah udah anget, nih. Segini cukup, nggak, angetnya? Kalo kurang, geser ke kiri dikit aja, nggak usah banyak-banyak nanti yang rontok bukan daki lagi, tapi dosa ikutan rontok juga."

"Oh begitu. Oke."

Satu hal lagi, Sandra itu dari kecil tinggal di rumah orang tua yang diwariskan dari neneknya. Bangunan rumah lama yang kamar mandinya tidak punya alat berteknologi canggih. Yang ada cuma bak mandi, kran air, dan gayung lope-lope.

Tapi, jangan salah, bapaknya Sandra itu camat, ibunya kader PKK. Investasi di mana-mana, cuma tidak mau pamer saja. Hidup sederhana jauh lebih bermakna, katanya.

Dan, Bandung tidak sedingin Korea, Wahai Saudagar.

Jadi selama tiga hari tinggal di rumah mereka berdua yang fasilitasnya hampir sebelas-dua belas dengan hotel ini; Sandra selalu mandi air dingin yang sudah tersedia di bak mandi, kecuali mandinya tidak sendiri—Jamal yang ngatur, Sandra pengen tahu caranya, cuma gengsi nanya.

Sekarang saja ini baru berani bertanya.

Sambil nadahin air yang jatuh dari shower, Jamal, "Udah segini aja. Nggak usah digeser-geser. Kalo kurang anget ...." senyum tipis, menunduk, menusuk mata Sandra dengan tatapannya yang langka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIKAH, MASA GITU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang