2.6 duda muda

1.1K 208 40
                                    

Setelah penerbangan nonstop tujuh setengah jam, rombongan akhirnya menginjakan kaki di tanah kelahiran Lee Min Ho itu. Akan tetapi ....

"Wildan tolong bawain koper gue. Satria, lo, tolong bawain koper Sandra."

Dua buah koper diserahkan Jamal dan langsung diterima yang bersangkutan tanpa protes, karena kalo berani protes mereka auto jadi gelandangan selama di Korea.

Jono, "Lah, elo?"

"Gue bawa istri."

Mula-mula Jono, bingung, tapi setelah melihat Jamal mendekati lalu menggendong Sandra, Jono ....

"Kenapa si Sandra?"

... makin bingung.

Pasalnya Sandra terlihat pucat, lemah, lesu, lunglai mengulai kepalanya di belakang bahu Jamal sambil merem.

"Mabok," jawab Jamal singkat, padat, jujur.

Disambut oleh suara ngakak Jono yang menggelegar sampai orang-orang di sekitar mereka berbondong-bondong melempar boombastic side eye. Jono bodo amat, menyeruput kopinya nikmat.

"Lagian, Sandra biasa naik odong-odong, lo bawa naik pesawat, ya jelas K.O!!!"

"Diem lo, Jon!" Bukan Jamal yang nyahut, tapi Sandra.

Dikira Jono, Sandra sedang tidur dengan khidmat, tapi ternyata salah. Cewek itu sekarang lagi melempar boombastic side eye paling mematikan sejagat raya.

Jono malah ngakak seolah dia punya tujuh nyawa.

Baru kicep setelah Jamal menyebut, "Jonathan."

"Siap."

Untuk merayakan kemenangan, Sandra melet-melet pada Jono sebelum kembali ke mode kalem, memejamkan mata dengan tentram di punggung Jamal.

Dua mobil jemputan berbentuk van telah menanti di depan pintu masuk Bandara. Sopirnya adalah cowok beradah asli Korea, kenalan Jamal. Kenal dari OME TV.

Ganteng, sih. Tapi, sekarang ini, ketika melihat mereka mengobrol, Sandra lebih fokus memandang wajah suaminya yang tidak kalah ganteng.

Apalagi fasih bahasa Inggris dan sedikit bisa bahasa Korea, Sandra bawaannya pengen ... mau pake adat apa, Sayang?

Eh, kan udah.

Ganti, pengen nyium pipi suami sekarang ini, detik ini. Tapi, karena kondisi tidak memungkinkan, Sandra cuma bisa duduk anteng di dalam mobil.

Ketika sedang khidmat-khidmatnya memperhatikan Jamal yang masih berbincang di luar sana entah ngomongin apa ....

"Udah enggak teler lagi, lo, San?" tanya Jono, menyembulkan kepala dari kursi di belakang Sandra, senyum ala-ala Suzy yang cuma keliatan gusi tapi kalau Jono yang senyum malah keliatan gilanya.

"Dih! Pura-pura, ya, lo? Biar dapet perhatiannya Aa Jamal?"

Melirik Jono kesal, Sandra, "Sopan kah begitu, Jono?" membuka jaket Jamal yang ada di badannya, "Nih, belek perut gue kalo lo butuh kepastian gue pura-pura atau enggak. Ini tuh nggak ada isinya, udah gue muntahin semua sampe tetes terakhir—eh!"

Entah kapan naiknya, Jamal tiba-tiba saja sudah ada di depan Sandra, berjongkok, menaikkan sedikit sweater Sandra lalu memasang salonpas di pusar Sandra.

Terakhir, mengelus perut Sandra. "Tutup buru! Nanti diliat orang."

Padahal, kalau dilogika, Jamal yang membuka, Jamal juga harusnya yang menutup. Tapi karena Sandra pakainya hati, jadi nurut saja. Padahal setelah itu, di sebelah Sandra, Jamal juga tidak punya kegiatan apa-apa selain duduk.

"Kok nggak bilang dari awal kalo kamu mabok udara?" tanya Jamal, dengan raut cemas yang masih kentara.

Sandra mengedip-ngedip, "Nggak tahu."

"Nggak tahu?"

"Nggak tahu kalo aku mabok udara."

"Katanya udah pernah naik pesawat."

"Iya, memang. Tapi waktu itu enggak mabok, tuh."

Membungkuk, meletakkan siku di atas lutut, memandang Sandra lekat-lekat, "Emang ke mana naik pesawatnya, Sayang?"

"Ke Malaysia."

Hening. Hening. Hening.

Sabar. Jamal senyum. Dikancingnya jaket yang Sandra kenakan, ia naikan resletingnya hingga menutup leher dan sebagian wajah Sandra. Dua tangan Jamal menangkup kepala Sandra.

Mendekatkan muka mereka berdua, Jamal berbisik lirih, "Besok-besok jangan minta ke Korea lagi, ya."

"Kenapa?"

Padahal, Sandra sebetulnya sudah tahu jawabannya. Ia yang mabokan itu sangat merepotkan bin meribetkan.

Tapi jawaban Jamal, "Aku nggak pengen jadi duda di usia muda."

"Hah?" ke-bonge-an Sandra kambuh, tapi Jamal tahu istrinya tidak benar-benar budek. 

Maka, lanjut .... "Soalnya kamu tadi pas muntah-muntah kayak mau sekarat."

Senyum. Mencolek dagu Jamal.

Sandra, "Hehe. Cemas kamu, A?"

Jamal menggigit pelan dinding-dinding mulutnya bagian depan. Bergumam, "Ini kapan nyampe hotelnya, sih?"

[]

***

notes: 
naon, ih, aku merasa ini cringe abis :')
dah lah.

tapi, makasih banyak loh  buat yang ramein ^.^

NIKAH, MASA GITU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang