Bagian-9

502 54 2
                                    

Pagi-pagi komplek melatih sudah ribut dengan sejumlah wartawan yang  berkerumun disekitar komplek. Ada yang menyiapkan kamera, menyiapkan microphone, dan beberapa jurnalis yang nampak tidak mandi beberapa hari memburuh berita sedang mencuci muka mereka dengan Air kemasan.

Saking ramenya wartawan yang berkerumun sempat ada insiden saling adu bacot antara sesama wartawan. Hal ini membuat Surya yang awalnya berada dalam alam mimpi harus terbangun saking ributnya.

"Dek, diluar kok ribut banget." Suara serak khas bangun tidur, Surya membuka matanya perlahan, mencoba mencari keberadaan Anjas di dekatnya namun Nihil hanya ada sisi kasur yang kosong dan dingin.

"Dek."  Panggi Surya. Mencoba mencari keberadaan istrinya.

"Dek kamu ngapain?!"  Tanya Surya ketika mendapati istrinya mengintip keluar.

"Itu mas banyak wartawan diluar, cuman mereka ngumpul di depan rumah kita sama rumah Raditya dan Mahendra. Ada apa ya kira-kira?" Wajah  Anjas terlihat begitu serius. Ia kemudian mengalihkan pandangannya untuk melihat suaminya. Dia menghela napas ketika melihat penampilan Surya yang sangat kacau dengan beberapa luka kecil di wajahnya. Jangan lupakan dengan lingkaran hitam dibawah matanya karena begadang.

"Kamu udah baikan? Udah nggak ada yang sakit lagi kan?" Tanya Anjas sembari megecek tubuh suaminya.

"Udah baikan kok dek."

"Alhadulillah kalau gitu aku buatin susu coklat dulu ya Mas." Anjas segera berjalan kedapur untuk membuatkan susu coklat kesukaan surya.

"Astaga aku lupaa kalau susu coklatnya udah habis." Surya yang mendengar itu mengusulkan untuk segera membeli di toko depan tapi Anjas malah tertunduk lesu.

Sudah dari pagi Anjas mencoba keluar untuk membeli keperluan untuk dimasak namun karena banyaknya wartawan yang berkerumun di depan rumah membuat ia bahkan sulit melewati gerbang.

Sudah tiga jam kira-kira menunggu agar  wartawan bubar namun bukannya berkurang, rombongan wartawan malah semakin banyak. Entah bahan berita apa yang mereka cari. Akibatnya sudah tiga langganan sayur yang lewat.

Surya seperti bisa membaca isi hati istrinya dengan cepat segera keluar mencoba membubarkan wartawan yang menghalangi jalan keluar. Istrinya mau masak!

"ITU ORANGNYA!!" Suara lantang salah seorang wartawan, seolah memberikan komando, dalam sekejap surya sudah di serbu oleh Para wartawan.

"Bagaimana kronologi kejadian ketika Pak surya dan kawan kawan mengagalkan aksi pencurian motor semalam?!"

"Apa betul pak Surya memberikan laporan ke kepolisian setelah medapat informasi mengenai markas para komplotan pencuri?"

"Bisa diceritakan insiden tertangkapnya pencuri semalam."

"Bagaimana perasaan pak Surya setelah menangkap pencuri?"

"Pak apa luka di wajah anda akibat mencoba menggagalkan aksi pencurian semalam?!"

"Pak Surya single kah??! "

"Ukuran  sepatunya pak?!"

"Mohon dijawab pak! "

"Tanggapan nya pak!"

"Bagaimana cakap-cakap pak Surya.... "

Segera lautan pertanyaan membanjiri Surya membuat ia menjadi pusing.

"Sek-sek sek, kakak, dan kawan-kawan wartawan sekalian. Mohon  maaf sebelumnya saya minta izin diberi jalan sebentar soalnya istri saya mau keluar belanja. Untuk interview saya bisa kasih waktu selama yang teman-teman wartawan ingin kan. Jadi permisi ya." Para wartawan segera mengerti dan mencoba memberika jalan sementara itu Surya berlari masuk kedalam rumah.

Kehidupan setelah menikah. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang