Bagian 6

506 50 3
                                    

Pukul 02:15 menit Surya kini sudah berada depan rumah Tania, ia memasukkan mobilnya kedalam garasi terlebih dahulu, kemudian membunyikan klakson mobilnya.

Raditya dengan celemek bermotif keluar sambil membawa teplon, disusul oleh Tania yang membawa kemoceng serta Anjas yang ikut dari belakang.

"Wah mas Surya akhirnya nyampe." Seru Raditya sambil mengangkat teplon yang terlihat dipenuhi busa.

Surya menghindar sejenak ketika percikan busa hampir mengenai jasnya. Ini jas mahal, Hadiah pertama yang diberikan oleh Anjas saat anniversary mereka yang pertama. Tampilannya masih mulus dan nampak seperti baru, kalau di total baru 5 kali jas itu ia kenakan.

Nggak boleh dong jas kesayangannya ini kena noda kerak teplon yang menghitam. Sunggu dia nggak mau!

"Hati-hati dong nanti jas ku kena."

"Oh sorry mas." Raditya segera meletakkan teplon nya dan membuka celemek nya menanggalkanya begitu saja dilantai dan segera membantu Surya mengangkat bahan makanan kedalam dapur.

Anjas juga hendak membantu namun Surya melarang dan meminta untuk menunggu didalam saja.

Kini bahan-bahan sudah berada di meja dapur, sekarang giliran Anjas yang mengeksekusi, menyingsing lengan baju  dan mengikat rambutnya. Ia kemudian memulai mengolah bahan makanan.

Tangan cekatan Anjas membuat Surya yang sejak tadi memperhatikan berdecak kagum, tidak ketinggalan juga Raditya yang memuji kepiawaian Anjas dalam memasak.

"Mbak Anjas jago banget ya masaknya" Kata Raditya dan dijawab anggukan jumawa oleh Surya.

Kini Raditya menatap istrinya yang terlihat kesusahan memotong wortel. Sangat berbanding terbalik dengan Anjas yang begitu lihai memotong sayuran.

"Mas, Kira-kira mbak Anjas mau buka kursus masak nggak?" Tanya Raditya.

"Nggak tahu juga emang kenapa?"

"Andaikan ya kalau mbak Anjas mau buka kelas masak, aku mau daftarin istriku."

"Memang istrimu sebegitu nggak bisanya masak?"

"Aduh jangan ditanya lagi kalau itu mah mas. Kue yang seharusnya manis malah Jadi asing banget kek minum air garam. Terus masak nasi aja nggak pernah bener kadang nggak mateng kadang juga malah overcook." Jelas Raditya pada Surya dengan suara pelan nyaris berbisik takut Tania mendengar gibahan mereka.

Ini maaf-maaf aja, Raditya sebenarnya tahu gibahin istri sendiri itu sebenarnya nggak baik, tapi sebagai seorang suami ya. Ada kalanya dia itu juga ingin membagi keluh kesahnya. Jangan dipikir para istri saja yang  suka curhat suami juga kadang butuh tempat curhat.

"Sabar ya Dit. Udah rezeki lu punya istri kek Tania."

"Maksudnya?" Suara dingin tiba-tiba muncul dibelakang mereka. Sontak mereka berbalik, Tania dengan pisau mengkilat di tangannya terlihat begitu menyeramkan dengan mata yang menatap tajamtajam ke mereka.

"Ng-nggak yank, maksudnya itu aku tuh beruntung banget dapet istri kayak kamu." Ujar Raditya tergagap disertai mata yang bergetar takut, pasalnya kalau Tania Marah, banteng aja kalah.

"Awas kamu jangan macem-macem." Kata Anjas sebelum berbalik pergi. Raditya dan surya menghela napas lega secara bersamaan.

Surya melirik sebentar sebelum tersenyum mengejek pada Raditya.

"Lu mah jadi laki takut banget sama istri," Kata Surya. Hal itu membuat Raditya memelas menunduk menatap lantai.

"Mas nggak tahu aja loh kalau Tania marah. Tanduknya muncul 2!"

Kehidupan setelah menikah. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang