Chapter 22

3 1 0
                                    

Warning!!

Tulisan yang terlihat miring itu merupakan kilas balik dari para karakter!!

Silahkan lanjut membaca.

______________________________________



Sekembalinya Ryusei ke kamar asrama dan mengejutkan Ren yang merupakan teman sekamarnya dengan wajahnya yang babak belur.

Malam telah tiba, siswa-siswi juga sudah menyelam ke alam mimpi, namun tidak dengan Ryusei. Dirinya belum tidur dan memilih untuk menatap langit-langit kamar, Ryusei menoleh ke kasur di samping kasur miliknya, mendapati Ren yang sudah tertidur.

Dirinya kembali memfokuskan pandangannya ke langit-langit kamar, kembali mengingat kejadian tadi sore. Jika kejadian itu sampai terdengar oleh pihak sekolah, maka dirinya akan mengecewakan sosok wanita yang paling dicintainya. Jika itu hanya sebatas skors dirinya akan menerimanya, tapi jika drop out karena hampir membunuh anak orang lain?

Tangannya bergerak untuk menutupi matanya, kepalanya sakit memikirkan hal apa lagi yang akan terjadi kedepannya. Bagaimana dengan nasib ibunya jika dirinya benar-benar dikeluarkan dari sekolah? Apakah akan marah? Kecewa? Atau justru tidak akan peduli. Tidak, ibunya pasti sangat peduli, tidak mungkin dirinya bisa bersekolah di sini jika ibunya tidak ada.

Ryusei menghela nafas panjang dan berbalik menghadap samping, kembali mengingat masa-masa suram saat dirinya kecil dulu.










***







Seorang anak lelaki dengan beberapa plester yang menempel di tangan dan kakinya tampak bermain sendirian di taman, anak lelaki itu tampak menikmati waktu bermainnya.

"Ryusei!" Panggil seorang wanita melambaikan tangannya pada sosok anak kecil bernama Ryusei.

"Sini! Bunda beliin mainan baru." Ucap wanita itu kembali menyuruh Ryusei agar mendekat.

Ryusei yang mendengar kata mainan sontak langsung berlari ke arah bundanya, senyum cerah tersungging di bibirnya begitu dirinya mengambil mainan dari tangan bundanya. "Ini buat Ryusei? Makasih bunda." Ucap Ryusei.

"Haha, sama-sama. Ayo pulang, bunda bakal masak enak hari ini." Ajak sang ibunda pada Ryusei.

Sosok ibu dan anak itu berjalan beriringan kembali ke rumah, sinar mentari sore menerpa mereka berdua, membuat mereka tampak indah jika dipandang.

Pintu dibuka oleh sang bunda ketika sampai di depan rumah, disusul dengan Ryusei yang berlari ke dalam rumah untuk mandi sedangkan sang ibunda pergi ke dapur untuk memasak.

Beberapa menit berlalu, bunda memanggil Ryusei yang berada di kamarnya. "Ryusei sayang, keluar dulu sini, kita makan malam." Panggil bunda.

"Iyaa." Sahut Ryusei yang keluar dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan, mengundang tawa lembut dari bibir bundanya. "Wah, ada sup tomat." Ucap Ryusei berbinar-binar melihat makanan kesukaannya di atas meja makan.

"Udah ih, mending makan. Liat tuh mulut kamu udah ngiler." Ucap bunda menyuruh Ryusei untuk segera makan.

Setelah selesai makan malam, bunda pergi ke wastafel untuk mencuci piring dibantu oleh Ryusei kecil yang membawa piring kotor.

Wild ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang