Suara tabrakan dan rem mobil yang berdecit di aspal terdengar jelas, diikuti dengan tubuh seorang pemuda yang terpental ke kaca salah satu toko hingga pecah.
Prangg!
Beberapa orang di sekitar toko berteriak histeris sebelum kemudian berlari mengerumuni Chira yang tergeletak di dekat toko.
Rofiq yang awalnya berlari ke arah Rin kini beralih berlari menerobos kerumunan, terlintas ekspresi ngeri muncul di wajahnya. "Chira." Panggilnya.
Lela dan Leli juga menghampiri Rofiq yang berlutut di samping Chira, Leli terlihat menutup mulutnya menahan mu ketika melihat serpihan kaca kecil tertancap di wajah si pemuda bersurai lebah itu, begitu pula dengan darah yang membanjiri trotoar.
"Maaf, maafkan saya, saya akan bertanggung jawab dan membayar semua biaya rumah sakitnya." Ucap seorang pria yang merupakan orang yang menabrak Chira. "Saya sudah menelpon ambulans."
Terlihat dari arah belakang Rin datang dengan di tuntun oleh Riki, ekspresi ngeri dan syok terpampang jelas pada wajah pemuda itu, wajahnya pucat pasi dengan tubuh yang gemetar hebat.
Tak lama kemudian suara ambulans terdengar, diikuti dengan para medis yang turun dari mobil sambil membawa tandu. Dengan cekatan mereka mengangkat tubuh lemas Chira ke atas tandu dan memasukannya ke dalam ambulans. Membawanya ke rumah sakit dengan cepat.
"Ini salah gue." Gumam Rin pelan sambil memeluk dirinya sendiri dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.
"Gak, ini bukan salah Lo, gak ada yang tau kalau ini bakal terjadi." Sahut Rofiq.
"Mending kita nyusul ke rumah sakit." Usul Riki yang diangguki mereka
***
Sekelompok remaja tampak menunggu di kursi tunggu dengan wajah gelisah di depan ruang gawat darurat, pemuda dengan surai hijau tua terlihat paling gelisah di antara teman-temannya.
"Gimana kalo dia gak selamat? Gimana reaksi Mamanya pas dengan Chira kecelakaan?" Tanya Rin dengan suara pelan dan berulang-ulang.
"Ini semua salah gue, kalo aja gue gak ngelamun, pasti gak bakal kayak gini."
Rofiq tampak memejamkan matanya, rasa gelisah dan takut juga menggerogoti dirinya ditambah lagi dengan ucapan Rin yang semakin lama membuatnya emosi.
"Seharusnya gak kayak gini, seharusnya gue cegah dia supaya gak berhenti dulu dan langsung beli stok makanan. Seharusnya-"
"BERISIK BANGSAT!!" Bukan, itu bukan bentakan Rofiq melainkan Riki yang sudah kalap dengan ucapan Rin yang tak ada henti-hentinya. "Lo ngomong kayak gitu juga gak bakal bikin dia balik kayak semula, Lo gak bakal bisa rubah semua yang udah terjadi."
"Riki." Ucap Lela menenangkan Riki.
"Bener kata dia, kita juga gak tau kalo akhirnya dia bakal kayak gini." Kali ini Leli yang berbicara.
Rin yang mendengar ucapan mereka menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya kasar. "Maaf." Ucapnya.
Tak berselang lama kemudian suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar mendekat, diikuti dengan suara isak tangis wanita. Begitu sudah dekat, wajah dari wanita yang tadi terus terisak langsung dikenali oleh Rin.
"Dimana Chira? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Mama dengan mata sembab karena menangis, dirinya tiba-tiba mendapat panggilan dari Rin kalau Chira mengalami kecelakaan saat sedang bekerja dan tanpa pikir panjang langsung bergegas ke rumah sakit.
"Tante, maaf, maaf... Seharusnya Rin yang-" Ucapannya terhenti, tak sanggup melanjutkan perkataannya kala rasa mual tiba-tiba muncul dan menahan kata-katanya di tenggorokan .
Mama seketika langsung menangis histeris dan langsung ditenangkan oleh Lela dan Leli, terduduk di lantai sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Pintu ruang gawat darurat terbuka dan seorang pria berjas dokter keluar dari sana, berdiri di depan mereka. "Dengan wali dari pasien?" Tanya dokter.
"Saya, saya ibunya." Jawab Mama yang kini sudah berdiri.
"Bisa ikut dengan saya ke ruangan saya? Ada sesuatu yang harus saya sampaikan kepada ibu tentang kondisi anak ibu." Pinta dokter.
"Baik."
Dokter berjalan memimpin mama yang mengikutinya dari belakang, sebelum kemudian mama berbalik dan berkata, "Kalian pulang dulu ya? Besok juga sekolah." Pesannya.
"Iya Tante." Jawab mereka bersamaan.
***
Pagi hari telah tiba, matahari bersinar dan langit tampak cerah. Tetapi tidak bagi seorang pemuda yang berasal dari kelas unggulan, kantong matanya tampak hitam karena tidak tidur semalaman.
"Rin!"
Si pemuda yang merasa namanya dipanggil kemudian menoleh ke belakang, melihat Eita yang berlari ke arahnya dengan Karasu yang berjalan di belakang dengan wajah malas.
"Kenapa sama muka Lo? Lemes amat." Tanya Eita begitu sampai di samping Rin dan berjalan bersamanya.
"Galau mungkin di tolak cewek." Sahut Karasu.
"Emang ada yang mau sama dia?" Tanya Eita lagi.
"Kalian, bisa diam?" Tanya Rin yang lebih terdengar seperti memerintah, apalagi dengan wajahnya yang sudah suram malah bertambah lebih suram.
"Oke-oke, maaf." Ucap Karasu mengangkat kedua tangannya. "Eh, btw sekarang bakal ada pemeriksaan fisik." Tambahnya mengalihkan topik pembicaraan.
Rin hanya mengangguk mengiyakan perkataan Karasu sebelum tiba-tiba terhuyung kedepan karena Eita yang tiba-tiba merangkulnya.
"Ayo ke kelas!" Ucap Eita bersemangat.
***
Jam pelajaran kedua dikosongkan karena anak-anak kelas unggulan akan melakukan pemeriksaan fisik, semuanya kini telah berkumpul di UKS untuk melakukan cek.
"Gagamaru Gin." Ucap guru UKS memanggil nama mereka sesuai urutan.
Gin yang mendengar namanya dipanggil langsung berdiri dan berjalan ke dalam salah satu tirai untuk melakukan cek, dari mulai tinggi, berat badan dan kekuatan fisik semuanya di cek.
Hampir satu jam pemeriksaan berlangsung, sang guru UKS pun berjalan ke arah mereka untuk memberikan hasil dari pemeriksaan fisik tadi.
Tampak tiga orang gadis sedang berkumpul membicarakan hasil pemeriksaan tadi, terlihat juga dua orang pemuda mengintip hasil dari ketiga gadis tersebut sebelum tiba-tiba mereka berdua tampak menahan tawa, membuat ketiga gadis tadi menoleh ke arah mereka.
"Pendek." Ejek Rofiq sambil menahan tawanya.
"Liat, mereka aja gak sampe dada kita." Sahut Fatir menyentuh kepala Leli yang sayangnya malah mendapatkan pukulan keras dari gadis itu.
"Dih! Mentang-mentang paling tinggi di antara kita!" Ucap Lela tak terima.
"Enteng banget tu mulut, gue potong tu kaki baru tau rasa entar." Ucap Sera balas mengatai mereka.
"Biasa aja kali!" Balas Rofiq.
Pada akhirnya, terjadi adegan pukul-pukulan antara ketiga gadis tersebut dengan Fatir dan Rofiq. Membuat sang guru UKS harus turun tangan untuk menghentikan mereka berlima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Class
LosoweDiwajibkan membaca deskripsi terlebih dahulu 🙏🙏 Ini hanya halu saya, jika ingin tau bisa dibaca sekarang. Penasaran dengan semua kerandoman tingkah anak-anak kelas unggulan Victoria internasional school (VIS)? Ayo baca! Dijaman bikin mood balik, t...