22) Latar Belakangnya

321 28 5
                                    

Sebenarnya, Bukanlah Sebuah Kebetulan Untuk Menemui Pemuda ini. Hanya Saja Tak Terduga Oleh isagi. Ia Hanya Iseng Ke Tempat Terakhir Kali Mereka Bertemu Dan Tanpa Diduga-Duga Mereka Kembali Bertemu Bahkan Diwaktu yang Nyaris Sama.

Dengan Bukti Nyata Ini Isagi Bisa Berasumsi Bahwa Lelaki ini Sama Buntunya Mencari Keberadaannya. Mau Tidak Mau Itu Dianggap Benar Karena Kedatangannya Juga Yang Seolah Sudah Bersiap diri. 'Kupikir Dia Orang Yang Sibuk.'

Pengamatan Isagi Berlanjut Saat Menyadari Justru Penampilan Formal Yang Ditunjukkan Lawannya, "woah..kupikir Kau Akan Mengenakan Pakaian Mencurigakan Dengan Penampilan Otaku Atau Semacamnya."

Setelan Jas Formal Berwarna Hitam Pekat dengan Dasi yang Selaras Dengan Warna Rambut Secara Tidak langsung Memperlihatkan Jelas Paras Lelaki ini.
Isagi Jadi Sedikit Salah Fokus, Paras Mereka Benar-benar Bisa Dibilang Unik dan Memanjakan Mata.
Tidak, kecuali blonde sialan itu.  (Tidak mau Mengakui)

Bukannya Menggubris Atau Memulai dengan Gestur Normal Sama Seperti Umumnya. Isagi Malah Dibuat Rendah Hati Karena Dibalas dengan Respon Membungkuk Seolah Sedang Hormat Padanya.

"Hey—Apa Yang.."

Netra Isagi Tidak Sengaja Menangkap Siluet Seseorang Dari Sebuah Mobil Familiar. pertanyaan Isagi Sebelumnya Jadi Terjawab,
Alexis Ness Sedang Berada Dalam Waktu Pekerjaan.
Melihat bagaimana Keberadaan Tuannya Berada dalam Mobil Hitam Dibelakangnya.

Setidaknya Jarak Mereka Cukup Berjarak Hingga Pembicaraan Mereka bisa dilakukan Secara pribadi.

Meskipun isagi Tau Pada Akhirnya Seorang Pekerja Seperti Ness Tidak Akan Menutupi Sesuatu Dari Tuannya.
Apalagi, Bisa Saja Pembicaraan Mereka Akan ikut Berhubungan dengan Ayah Kaiser Sendiri.

" pertama-Tama. Kami ingin Berterimakasih Karena Sudah mau Mendengarkan Orang Asing seperti Kami."
Urai Ness Seraya Menegakkan Posisi. Kembali Berfokus Pada Pembicaraan yang Akan dibawa.

Isagi Tersenyum Miring Begitu pula dengan Kepalanya. "Ayolah, kalau begini Sia-Sia Aku Mencurigai mu."

'Semua Orang Bisa Berubah Tergantung Status yang dimiliki', itulah Pepatah Nyata Yang Dilihat Langsung Isagi Pada Alexis Ness ini. Mungkin, beberapa Waktu Lalu Sifat Yang ditujukan Padanya adalah Semacam Bentuk kewaspadaan.

Namun sekarang, Pembawaan yang dibawa pemuda ini Seakan-akan Membuang Semuanya. Tipe orang seperti ini Biasanya Melakukan Sesuatu Atas Perintah Tanpa Membawa Semacam Perasaan Emosional Atau Sejenisnya.
Malah kebalikannya. Pemuda ini Tampak Melakukan Ini Bukan atas Dasar 'Mau Tidak Mau'.
Ya. Justru atas Dasar Emosional Yang Seharusnya Tidak dibawa Dalam Dunia Pekerjaan.

"Apa Kau Sudah Menyarankan Apa Yang Kukatakan?"

Isagi Berkedip Beberapa Kali, "o-oh? Yang Katamu Untuk Menyuruhnya Pulang?"
Isagi Menghela Nafas Seiring memalingkan Wajah Dengan Mimik Canggung, "Aku ini Orang Asing, Mana Mau Dia Mendengar ku?"

"Kau, Masih Belum Sadar Atau Pura-pura Tidak Sadar?"

Isagi Sedikit Tertohok Mendengarnya, "Apa? Aku??"

Ness Tidak Bisa Untuk Tidak Menghela Nafas Selagi Melemparkan Ekspresi Mengerut Dongkol Seolah-olah Dirinya ini Adalah Badut Yang Baru saja Dipermalukan.

"Michael Menaruh Perasaan Padamu, Apa itu Masih Dibilang Dia Menganggap mu Orang Asing?"

"Ugh—Aku Tau. Tapi Apa Aku bisa Dianggap Sopan Saat Mencampuri Urusan Orang Lain?"

Isagi Mengembangkan Senyuman Miris, Kalau Diingat-ingat, Beberapa Tempo Lalu Sebelum Rumor mereka Berganti Menjadi Rival To Enemy Mejadi Enemy To Lovers. Isagi Lebih Dulu Yang Tersandung Kedalam Kehidupan Rumit Kaiser.
Benar dia Adalah Orang yang pemikir Dan Cenderung Kepo. Tapi Tidak Sampai Sedalam ini Juga Kan..

"Lagipula, Mana bisa Aku Memintanya Pergi ke Tempat Dimana ia Sendiri Tidak Suka?"

"Kau Peduli Padanya?"

"H-ha?! Tentu Saja—ugh. Hey! Jangan Buat Aku seperti orang Jahat Disini!"

"Kalau Begitu, Katakan Saja. Kau Ingin Ia Pergi dari Mu Kan?"

Isagi mengernyit, "Benar. Tapi Dia Tetap Saja Punya Ego Yang Berarti Keras Kepala. Bagaimana Kalau Dia Tidak Mau Dan akulah yang kena Batunya?"

Ness Memiringkan kepalanya dengan Alis Yang Terangkat.

"Batunya?"

"Aku Bisa-bisa di—"

Jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan

Jangan Katakan Lagi.

Jangan buat Seolah Kau Menginginkan itu kembali.

"A-ah..Lupakan." pemuda itu Seketika Mundur Selangkah Dengan Wajah Was-was. Memegang Salah Satu Sikunya.

Ness Tampak Diam Sejenak Mengamati, Sebelum Tiba-tiba Mendekat Dengan Gestur ingin Meraihnya

Plak!

"Apa Yang Kau Lakukan?!"

Sungguh, itu Terlalu Diluar Kendali Hingga Ia Berperilaku Naluri Sepertinya ini. Manik bergetarnya Susah payah Melihat Ness Yang Sudah Melangkah Mundur dengan sebelah punggung Tangan Yang Lecet akibat Tepisan Kasar Yang diberikannya.

Surai dengan Dua Driwarna Itu Tampak Tidak Bereaksi Lebih Dengan Perlawanan Yang diberikan Isagi. Pantulan Matanya yang Dingin, Senyuman yang Masih Saja Terpampang, Tidak lupa Tutur Katanya Yang Sangat Menusuk. Sangat Berbeda dengan Apa yang Ditunjukkan Wajah.

Seakal-akal Emosi yang ditunjukkan Hanya Pada Nada Bicaranya itu.

"Kau Sepertinya Sangat Sial Hingga Harus Berhadapan dengan Orang Seperti Michael."

Perkataan Itu Tidak Masuk Dikepala Isagi Hingga Hanya Dianggap Ocehan, Ia Lebih Memilih Berusaha Untuk Kembali Mengontrol Emosinya Yang sesekali Mendengarkan Patah-Patah Ucapan Pemuda dengan Setelan Formal itu.

Bola Matanya yang Tampak nyaris Bulat sempurna Seperti Mata Wanita Perlahan Menurun menjadi Tatapan Tajam, "kau Tidak Normal."

"T-Tidak. aku normal—"

"Depresi Maksud mu? Ya Aku bisa Melihatnya."

Ness menghela Nafas, Memalingkan Wajahnya Sejenak Hanya Untuk Menunjukkan Mimik Frustasi, 'Bocah Itu, Mau Berapa Banyak Lagi Dia Menghancurkan Orang Disekelilingnya?'
Ness berdecak.
Kembali Menatap Isagi Seraya Melangkahkan Kaki mendekat Kearahnya.

"Kalau kau Begini, Dia Tidak Akan Menjauh. Justru Semakin menghancurkan mu."

Grep.

??

Isagi Mengernyit, Lagi-lagi Harus dibuat Bingung dengan Benda Kecil Semacam airpods Namun Didesain Berbeda yang Sekarang di salah Satu Telapak Tangannya.
Diliriklah Kembali Insan Yang Memberikan Barang Itu dengan Benak Tanda Tanya besar

"Kau Ingin Mencari Tau Bagaimana Cara Menjauhinya, kan?"
Tanya Ness Masih dengan Pandangan Ke Arah Benda Sama.

Isagi mengangguk Pelan, "Bagus. Kalau begitu Kau Harus Tau Tentang Gadis ini." Timpalnya Yang Dibalas dengan Respon Alis Terangkat Satu. Semakin Heran dibuatnya.

"Gunakan Benda ini Untuk Berkomunikasi Dengannya. Di salah Satu Rumah Sakit Jiwa yang paling dekat dengan Lingkungan Rumahmu, dia disana."

Surai Wine itu Melangkah Mundur sekali, Kembali Menunjukkan Senyum Miliknya yang Jauh Berbeda Dari Senyuman Hangat Atau Sejenisnya. Meskipun isagi Bertanya Lebih Dalam. Pasti Jawaban Sama Yang akan Diberikan.

Karena Jawabannya Hanya Pada Gadis itu, katanya.

○ ○ ○

Tbc, 1011 Kata.

𝗕𝗮𝗱 𝗥𝗼𝗺𝗮𝗻𝗰𝗲. ☙ 𝗞𝗮𝗶𝘀𝗮𝗴𝗶 𝗘𝗿𝗮!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang