24. Sensitif

331 18 4
                                    

Hamil kedua netta benar-benar menguras emosi albert, ibu hamil satu ini gampang sekali sensitif. Mudah marah, teriak-teriak dan masih banyak lagi. Bahkan netta tidak segan-segan memarahi ardixsio yang membuat kesalahan kecil, biasanya netta tidak pernah marah saat anaknya membuat kesalahan. Ia hanya menasehati ardixsio untuk tidak mengulanginya lagi.

Albert memegang kedua pundak netta, menatap mata netta yang menatapnya marah. "Maafkan saya, janji, saya pulang Kerja lebih cepat dari biasanya." Ucap albert, lebih baik ia mengalah saja daripada akan bertambah besar kemarahan netta.

Netta marah gara-gara minggu-minggu ini albert sering pulang malam, bahkan albert tidur di kantor. Meninggalkan istrinya di rumah sendiri, walaupun tidak sendirian juga.

Netta menepis tangan albert kasar. "Lepas, lebih baik kamu kerja aja terus jangan pedulikan aku lagi. Aku mau pulang aja ke rumah ibu sama bapak aku." Sinis netta.

Albert tersenyum tipis ia menarik netta ke pelukannya, ia tahu dan ngerti perasaan netta sekarang ini. "Janji saya tidak mengulanginya lagi, tapi. Maafin saya, ya." Ucap albert lembut.

Netta diam tidak memberontak maupun membalas pelukan albert, ia masih kesal, tapi. Ia juga mau di pelukan albert seperti ini. Netta diam merasakan usapan lembut dari albert, merasakan ketenangan dalam dirinya. Emosinya langsung menghilang begitu saja.

"Aku enggak suka kamu sibuk kerja terus, sampai lupain aku, hiks." Isak netta.

Albert tersenyum tipis ia terus memeluk netta, yang semakin membuat netta menangis terisak-isak. "Saya enggak lupain kamu ko." Sahut albert.

"Tapi kamu sibuk kerja terus, mas." Pekik netta, memukul-mukul dada albert pelan.

"Maaf."

Netta mendongak menatap albert. "Kalau kamu sibuk kerja terus, aku mau pulang ke rumah orang tua aku." Ancam netta.

"Jangan dong sayang, nanti saya tidur sama siapa coba?."

"Sapi." Jawab netta sinis.

"Emangnya kamu enggak cemburu kalau saya tidur sama sapi, hm?." Tanya albert terkekeh geli.

"Cemburu lah, enak aja kamu tidur sama sapi. Kamu enggak boleh tidur sama sapi." Teriak netta memukul-mukul albert menggunakan bantal.

Albert tertawa kecil. "Enggak sayang, mana mungkin coba saya mau tidur sama binatang. Sama manusia selain kamu aja saya enggak mau."

"Janji?."

Albert mengerutkan keningnya. "Janji apa?." Tanya albert tidak paham.

"Janji jangan tidur sama sapi, mas." Teriak netta kesal.

Albert tertawa ia mengusap-usap rambut netta gemes. "Iya sayang, janji enggak tidur sama sapi."

***

Ardixsio menatap mamah nya yang terus menatapnya, ardixsio jadi takut ia berlari memeluk danu yang memang sedang menjaga mela.

"Om, sio takut sama mamah." Bisik ardixsio.

"Takut kenapa?." Tanya danu, melirik netta.

"Mamah suka marah-marah." Jawab ardixsio melirik netta takut.

Netta berjalan mendekati ardixsio dan danu, ia duduk di samping danu. Menatap lekat wajah ardixsio yang berubah jadi ketakutan. "Maafin mamah, ya, mamah sering banget marah-marah sama kamu. Mamah tahu kamu pasti takut sama mamah, tapi percayalah mamah sayang, cinta sama kamu." Ucap netta lembut.

Ardixsio mendongak menatap netta. "Mamah sayang, sio?." Tanya ardixsio polos.

Netta mengangguk cepat. "Sayang banget, tidak ada laki-laki lain selain sio yang mamah cintai." Jawab netta memeluk ardixsio.

Deg

Albert yang baru pulang kerja ia langsung diam mendengar ucapan netta, napasnya memburu. "S-sayang." Panggil albert.

Netta menoleh menatap albert. "Eh mas, udah pulang?." Tanya netta tersenyum manis.

Albert mengangguk pelan, tanpa mencium dan memeluk netta, Albert langsung masuk ke kamarnya yang ada dilantai tiga. Napasnya memburu, ras takut mulai menghantuinya.

Netta mengerutkan keningnya bingung melihat albert tidak seperti biasanya. "Sayang, sebentar ya mamah ke papah dulu." Ucap netta. Yang langsung ardixsio angguki.

Netta masuk lift, ia terus kepikiran kenapa albert tidak menghampirinya. Biasanya albert lebih dulu menghampirinya, ketimbang masuk kamar. Netta masuk kamar menatap albert yang duduk di pojok kasur, memunggungi dirinya.

"Mas." Panggil netta.

Albert menoleh melirik singkat netta, ia kembali menatap lurus depan. Tidak ada niat untuk membalas panggilan netta.

Netta semakin heran ia duduk di samping albert, menatap wajah dingin albert. Tidak biasanya albert memasang wajah dingin seperti ini di hadapannya. "Mas, capek, ya?. Mau aku pijitin?." Tanya netta.

Hening. Tidak ada sahutan dari sang empu. Netta berusaha berpikir positif mungkin albert tidak mendengar ucapannya.

"Mas-----"

"Ucapan kamu benar barusan?." Tanya albert menoleh menatap wajah netta.

Netta mengerutkan keningnya. "Hah?, maksudnya?." Tanya netta bingung.

"Kamu benar tidak mencintai pria lain selain sio?." Tanya ulang Albert.

Netta diam sebentar sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Hahah, mas astaga! Kamu marah gara-gara aku ngomong gitu?." Tanya nett tertawa terpingkal-pingkal.

Albert mengerutkan keningnya. "Maksudnya?." Tanya albert masih belum paham.

Netta berusaha mengatur ketawanya. "Aku ngomong gitu emang bener, tapi bukan berarti aku enggak cinta sama kamu. Mas. Aku cinta sama kamu." Jelas netta.

"Bohong, kamu bilang kamu tidak cinta pria lain selain saya." Sinis albert.

Netta mengalungkan tangannya di leher albert. "Aku cinta sama kamu, mas. Kamu jangan cemburu, overthinking gitu. Astaga." Netta berusaha menahan ketawa.

"Bohong, kamu bilang gitu supaya saya tidak marah sama kamu."

Netta terkekeh kecil ia mengelus wajah albert. "Kalau aku enggak cinta sama kamu, aku udah ninggalin kamu dan sio, mungkin sekarang aku bersama kak ari. Yang aku cinta, tapi. Itu dulu sekarang ada kamu, sio dan calon anak kedua kita."

Albert diam, menatap wajah netta lekat, ia tidak ingin memotong ucapan netta dulu. Ia ingin mendengar penjelasan netta, sedikit demi sedikit ia bisa mengontrol, emosi, cemburunya. Tapi tidak dengan overthinking.

Netta menarik tangan albert ke perutnya yang mulai sedikit membuncit. "Kalau aku tidak cinta sama kamu, mungkin aku tidak akan lagi hamil anak kamu. Pria yang tidak aku cintai, kamu masih ingat kan waktu aku hamil sio. Aku mau gugurin kandungan aku, itu karena aku tidak cinta sama kamu. Tapi, sekarang sebaliknya. Aku mencintai kamu." Lanjut netta.

Albert menarik netta kepelukannya. "Jangan tinggalin saya, netta. Saya tidak sanggup kehilangan kamu, saya kuat, sanggup kehilangan apapun di hidup saya. Kecuali, kamu dan sio kalian berdua sumber kehidupan saya. Kalain berdua yang merubah albert Aleksandar yang jahat berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya." Lirih albert.

Netta membalas pelukan albert. "Udah, ya, jangan overthinking lagi. Jangan cemburu sama anak sendiri, aneh aja seorang papah cemburu sama anaknya sendiri. Haha." Kekeh netta.

Albert mencubit pelan hidung netta. "Kamu perempuan usianya jauh dari saya, tapi kamu sudah jago buat saya cemburu." Gemes albert.

"Kan aku punya kekuatan, heheh."

"Kekuatan apa?." Tanya albert mencium bibir netta singkat.

"Kekuatan cinta lah, masa kekuatan superhero. kan aneh." Jawab netta.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsession devil 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang