11

5.9K 501 37
                                    

Gelak tawa terdengar memenuhi ruang makan. Keharmonisan yang dibangun dengan baik oleh sepasang suami istri di dalamnya menjadikan keluarga mereka jauh dari kata kekerasan.

Si Ibu dengan perangai santainya tapi juga tegas menjadikannya wanita yang paling di hormati dalam keluarga itu. Tak menampik hal yang sama untuk sang suami. Yang memiliki sisi pengertian, penyabar dan penyayang. Tapi dia harus mengalah jika posisinya sedikit tergeser. Apalah dayanya yang terlalu mencintai si wanita hingga membuatnya takut untuk membantah apa yang diinginkan sang pujangga.

Tak lekas meninggalkan tawa yang sedari tadi tercipta. Si sulung dari keluarga Harlan terlihat mendengus sebal. Bagaimana tidak, alasan keluarganya tertawa adalah karena dia.

Benarlah apa yang berada dalam benaknya kemarin. Kala Shani dan betapa apiknya gadis itu memberi prank padanya. Hingga dia harus menangisi hal yang sepertinya terlalu sia sia.

Lihat hasilnya. Dia menjadi bahan ledekan oleh seisi rumahnya. Yang menjadi saksi bisu bagaimana kegalauan yang dia ciptakan di hari hari belakang kemarin.

"Seneng banget nertawain" ucapnya. Menghentikan sejenak mereka dari tawa yang tak kunjung mereda.

"Ya lagian. Kamu udah kayak nggak ada harapan hidup kemarin. Padahal nyatanya, Shani cuma ngeprank kamu kan" balas ibundanya.

"Ih. Mama apaan sih. Gre mana tau kalau cici cuma ngeprank. Aku tuh sedihnya udah maksimal padahal" balas si sulung sambil menyuapi sesendok penuh makanan ke mulutnya.

"Kamu aja yang terlalu lebay ka"

"Lebay apaan dah, pa. Itu tuh udah sikap yang paling bener saat mau di tinggal sahabatnya" gadis manis itu tak terima.

"Iya. Sampai mata bengkak, nggak ada niat hidup pula. Tapi ternyata ketipu" sambung si anak kedua. Stanlie.

Gelak tawa terdengar lagi. Kekesalan pun bertambah. Tapi mau di apa. Gracia tak punya kekuatan untuk balik marah. Apalagi memaki balik.

"Udah udah. Jangan di ledek lagi kakaknya" akhirnya sang ibunda berada di pihak. Menghentikan yang lain yang masih akan berencana menggoda.  "Oh iya, Ge. Trus Shaninya gimana? Dia masih mau stay di Jakarta?"

"Nggak tau ma, tapi kayaknya gitu. Kan udah kerja di management. Masa mau pulang balik jogja" jawab Gracia.

"Oh bagus kalau gitu. Kamu mau nggak sekalian pindah sama dia? Nemenin anaknya"

Uhuk uhuk..
Kalimat yang tak terbayang akan keluar dari mulut sang ibunda, menghadirkan keterkejutan hingga air yang barusan menelusuri tenggorokan tiba tiba terhenti di tengah jalan. Menghadirkan bunyi yang menyesakan leher.

"M-maksud mama?"

"Ya.. Kamu kan udah mulai rajin nginep sama dia. Sekalian aja pindah daripada bolak balik. Iyakan?"

"Ini ceritanya, Gre udah nggak diinginkan lagi disini nih?"

"Astaga sayang" tawa Ibundanya keluar lagi. Dibalas gelengan kecil dari kedua adiknya karena kesimpulan yang dia buat. "Bukan gitu loh maksud mama"

"Ya lagian kok tiba tiba ucapin itu? Kan biasanya mama sama papa larang aku keluar rumah sembarangan kalo nggak ada aktivitas. Tapi Ini anaknya malah mau dititipin ke orang lain"

"Orang lainnya Shani, sayang. Orang yang mama papa percayai, kamu percayai juga. Orang yang berhasil buat kamu galau berat plus orang yang kamu cinta juga kan"

"Huh? A-Apaan sih ma? Pah liat tuh mama" menahan rona merah. Dia melaporkan situasi pada sang papa. Meminta bantuan kecil dari si kepala keluarga. Yang kini cuma mengangkat bahu seperti enggan membantu.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang