8 juni 2024.
Ditemani oleh televisi yang tengah menyala, memberikan suasana ramai di dalam kamar yang sepi. Kerandoman tontonan di layar 24 inch itu tak sekalipun mengambil atensinya.
Ditangannya terlihat skrip naskah film yang tengah menyibukkan dirinya belakangan ini. Dengan bersandar di headboard, dia mencoba berkonsentrasi ke situ. Tapi faktanya, kemarahan yang timbul dari gadis yang tengah ber video call dengannya lebih mengambil alih atensinya.
Terkekeh kecil melihatnya. Bukannya tak sopan dan tak menghargai gadisnya itu, Gracia hanya tidak bisa menahan diri saat melihat gelagat dan cara Shani memarahinya hari ini yang begitu berbeda. Terselip nada merengek disana. Tak sekalipun dia menggunakan nada menekan hingga kata menggemaskan mulai terselip dibenak.
"Kamu denger gak sih, Ge?" gadis cantik diseb'rang sana bertanya karena melihat Gracia cuma tersenyum sedari tadi.
"Iya ci, aku denger" jawab Gracia melepas naskah di tangan. Di angkatnya ponselnya ke udara sejajar dengan wajahnya yang dari tadi dia sandarkan di bantal di hadapannya.
Kini wajah cantik Shani dapat dia lihat dengan jelas.
"oh ya? Trus apa yang aku bilang dari tadi sama kamu?"
"Um.. " Gracia nampak berpikir kecil akibat kuis mendadak itu. "..harus bener kalau mau minta izin upload sesuatu, trus nggak boleh pake baju sexy karena yang boleh lihat aku kayak gitu cuma kamu. Di kamar"
"Ha? Kapan aku bilang kayak gitu?" kaget Shani akibat kalimat terakhir yang dikeluarkan Gracia.
Dan lihat gadis Harlan itu sekarang. Terkekeh melihat rona merah yang ditimbulkan si gadis Jawa yang tak bisa ditahan.
"Oh.. Jadi aku nggak akan pernah pake baju kayak gitu di depan kamu? Um..sayang sekali"
"Ge, nggak lucu ya goda aku kayak gitu"
"Kapan ya aku goda kamu?"
"Kalau kamu masih lanjut kayak gini, siap siap aja lihat aku besok di Jogja. Sekalian malamnya aku unboxing kamu"
"He! Shani Indira Natio!!" pekik Gracia terkejut akan apa yang barusan dia dengar. "Bener bener ya mulut kamu. Siapa yang ajarin sih?"
"Kamu"
"Nggak pernah yaa sejauh itu aku ajarin kamu. Nemu kata unboxing juga dari mana sih?" Gracia meletakkan ponselnya bersandar kembali di bantal. Dia bersedekap dada menatap tajam Shani. "Coba diulang lagi perkataannya yang tadi kalau berani" tantangnya. Kali ini dia tak perduli dengan perbedaan umur. Tak perduli dia yang lebih muda dari gadis cantik itu.
"Um.. Ulang apa? Aku nggak ngomong apa apa kok" balas yang tua disebrang sana. Sudah terlihat jelas jika kini dia menyadari telah membangunkan singa tidur. Satu satunya orang yang bisa membuat nya tak berkutik dan selalu salah.
"Hah~"
"Ge, maaf. Tadi cuma bercanda. Lagian kamu goda aku mulu" ucap Shani sedikit merengek. Bahkan tak berani menatap Gracia di layar ponselnya. "Nanti aku unboxing kamu kalau udah nikah aja"
"Nggak usah bicarain soal unboxing unboxing lagi. Bikin kaget aja malam malam"
"Ya maaf. Namanya juga manusia, Ge. Apalagi aku udah punya kamu. Kan kebutuhan batin"
"Ya Tuhan Yesus, cici" Gracia benar tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Bagaimana bisa gadis anggunnya ini jadi begini? Siapa yang bawa pengaruh buruk padanya selama dia pergi?