22

6.2K 603 117
                                    

Dalam keheningan sesaat. Kedua gadis yang berada dalam satu mobil terdiam tak membuka percakapan.

Gadis tinggi si pemilik lesung nampak fokus ke arah jalanan. Dia tak ingin mereka dalam bahaya jika berkendara tak hati hati. Sedangkan gadis lainnya yang menemani perjalanan, nampak diam menatap ke arah jendela di samping nya. Entah melihat kendaraan, toko toko yang berjejer atau membiarkan pikiran mengambil alih isi otaknya.

Lampu merah terlihat kemudian. Mobil dihentikan menunggu lampu hijau memberi jalan.

Shani yang semula membiarkan kini tak tahan lagi dengan kediaman gadis miliknya itu. Sungguh aneh jika gadis cerewet seperti Gracia justru terdiam seribu bahasa seperti ini.

"Hey" ditegurnya lembut mengelus lengan hingga mengambil atensi. "Kenapa, hm?" ditatapnya lamat pemilik mata cokelat itu saat mereka berkontak. Tak lupa jemarinya mulai menari dipipi.

"Aku nggak apa apa, Ci"

"Sayang, aku kan udah bilang nggak suka kamu nyimpan sesuatu kayak gini"

Gracia menghela kecil. Diambilnya jemari Shani di pipinya. Di genggamnya tangan itu dan memainkan jemari panjang itu berlahan. Menunjukkan keresahan yang amat kental.

"Aku cuma takut Anin kecewa sama kita" jujurnya akhirnya.

Terperanjat kecil kala kalimat itu keluar dari bibir milik Gracia. Shani tak berpikir jika kejadian tadi mempengaruhi gadisnya.

"Aku tanya dulu. Kenapa kamu harus takut kalau dia kecewa sama kita?"

Gracia balas melirik Shani. Yang tengah mengangkat satu alisnya meminta jawaban darinya. Kalau sudah seperti ini dia pun bingung dengan jawabannya.

"Entahlah, Ci. Aku bingung" hela nafas keluar kemudian. "Aku nggak tau kenapa aku tiba tiba mikir over kayak gini"

Shani ikut menghela melihat gelagat keresahan yang ditimbulkan gadisnya. Berlahan ditariknya tangan miliknya yang dari tadi dimainkan oleh gadisnya itu. Dielus nya kembali pipi milik Gracia dan menangkup pipinya; membuat bibir gadis itu bak seekor bebek menggemaskan.

Tak terelakkan. Hal itu membuat Shani jadi tak bisa menahan diri untuk tidak memberikan kecupan kecil di bibir merah muda itu.

"Apapun sikap yang ditunjukkan Anin setelah ini aku pastikan tidak akan membuat kamu terluka, Ge" ucapnya tak memperdulikan keterkejutan Gracia akibat apa yang dia lakukan barusan.

"Hah~  Aku cuma khawatir. Dia salah satu teman baik kita, Ci" dan yang muda dengan cepat meng-handle keterkejutan.

"Iya, sayang. Aku paham. Lagipula kan Anin sudah terlihat menerima kita tadi. Kekecewaan sesaat itu sudah biasa. Keputusan kita bersama seperti ini memang bukan hal yang mudah untuk orang lain. Jadi kamu nggak perlu mikir kayak tadi lagi yaa.." Shani mencoba menenangkan. "Aku ada terus sama kamu. Bakal lakuin apapun buat lindungi kamu. Meskipun nanti banyak yang kecewa, aku akan melakukan segala cara agar mereka nerima kita"

"Berlebihan"

"Demi buat kamu nggak kepikiran lagi. Aku nggak suka lihat kamu kayak gini"

Mendengar penuturan penuh kesungguhan itu. Seuntas senyum terbit di bibir Gracia. Betapa bahagia dirinya di cintai Shani seperti ini.

"Makasih ya sayang" gantian Gracia memberikan kecupan kecil di punggung tangan Shani yang sudah dia genggam kembali.

"Apapun untuk masa depanku" gadis cantik itu mengedipkan sebelah mata menggoda.

"Ih apaan sih genit kayak gitu. Nggak cocok ah" tegur Gracia membuat Shani tertawa. "Ya udah. Kamu jalan sekarang. Itu udah lampu hijau"

"Iya" angguk Shani mengiyakan dan kembali membawa mobil memasuki jalanan lumayan padat.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang