7

18.2K 1K 65
                                    

6 Mei 2024.

Mata itu nanar menutup pintu yang sedari semalam dikunci oleh sang pemilik. Si gadis enggan membukakan untuk orang lain.

Jason. Pria muda itu bersama kakak keduanya saling pandang dalam kekhawatiran. Gracia tak mau membuka sekedar untuk makan bahkan saat sang waktu telah menunjukan siang hari.

Orang tua mereka pun hanya bisa membiarkan karena tau kondisi sang puteri. Memberi gadis itu kesempatan beberapa saat lagi. Tapi jika terlalu berkepanjangan, sang kepala keluarga akan membukanya secara paksa. Dengan mendobrak kemungkinannya.

"Apa kita harus telpon ci Shani?" saran keluar dari mulut Aten si putera pertama keluarga Harlan. Karena sosok gadis sempurna itu adalah salah satu alasan kenapa kakak perempuan mereka menggalau seperti ini.

"Bukan ide yang bag-"

Kring kring
Deringan itu menghentikan ucapan Jason. Reflek keduanya menatap ponsel kepunyaan Aten yang bergetar di kantung kanan celananya. Yang meminta untuk menyudahi kerisauan sang pemilik. Benda itu butuh perhatian.

Mengambil, matanya melebar menatap nama kontak yang tertera. Jason yang melihatpun tak kalah kaget.

"angkat angkat"

Mengangguk, pria itu menggeser tombol hijau di layar. Menerima panggilan yang sedari tadi menunggu.

"Hallo?" Merendahkan nada saat menjawab. Aten tak ingin mengangetkan orang diseb'rang sana dengan suara bass kepunyaannya.

"Hallo dek?" suara lembut membalas sapaan. Jantung berdetak tak karuan beberapa detik. Berbicara dengan gadis ini tak pernah membuat dia tenang. Kegugupan selalu ada, meskipun nyatanya dia bukan orang baru di sekeliling keluarganya. "cici nggak ganggu kan ini?" Gadis dibalik panggilan kembali melayangkan pertanyaan.

"o-oh? e-enggak kok ci. Aten juga nggak lagi ngapa ngapain" Balas pria itu sembari menatap adiknya yang kini reflek memberikannya pukulan dilengan karena kegugupan yang dia keluarkan. "k-kenapa ya ci?"

"itu dek, cici cuma mau nanya soal kakak kamu"

"um.. Ci gre? cici ada kok dikamarnya"

"dia masih tiduran ya? Soalnya dari pagi tadi sampai sekarang, pesan pesan bahkan panggilan panggilan cici nggak pernah dapat balesan" nada suaranya berubah. Nampak tertangkap jelas kekhawatiran disitu. "cici cuma khawatir" jujurnya

"ci ge nggak apa apa kok, ci. orangnya emang masih tidur aja. kelelahan mungkin" si pria memilih berbohong. Dengan tawa canggung yang keluar. "nanti aku kasih tau ke ci ge deh supaya segera kasih kabar ke cici"

"Aten nggak bohong kan?" Shani di sebelah sana tak lekas percaya. Ada sedikit gelagat aneh yang dia tangkap dari suara pria itu.

"huh? n-nggak kok ci"

"ya udah. cici tutup telponnya. makasih ya dek"

"iya ci" Dan dengan itu, panggilanpun terputus, menghadirkan nafas lega dari pria bertubuh besar itu.

"selamat selamat" ujarnya bak baru saja lolos dari ujian besar. Sedangkan adiknya hanya menggeleng geleng kecil melihat kelakuan kakaknya itu.

Saat bibir ingin mengeluarkan sebuah kalimat balasan, itu dihentikan dengan getaran pelan ponsel ditangannya.

Mengurungkan niat, dia memilih kepada sang pemberi pesan. Membaca dengan seksama.

Calon kakak ipar

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang