25

8.5K 676 103
                                    

Lampu merah terlihat disana. Kendaraan nampak di paksa diam tak bergerak dari tempatnya.

Menunggu dalam keheningan suasana, meletakkan dagu di atas lipatan tangan yang di buat di atas stir. Mata berbalut kacamata itu nampak mengedarkan pandangan ke segala arah. Awan menggantung berkerumun di atas sana. Abu-abu warnanya.

Matahari yang tadi seakan menyeringai panas, kini tertutup awan yang mungkin saja membawa kabar akan datangnya badai malam ini. Angin pun nampak bertambah kencang dan tak disangka air mulai turun perlahan.

Menatap iba pengendara motor yang kelimpungan bingung dalam mencari solusi. Adapun yang pasrah terkena titik titik air mata dari sang langit.

3 menit setelah air membasahi, lampu hijau akhirnya terlihat. Mobil mobil pun nampak memberi kesempatan pada kendaraan beroda dua mengambil jalan lebih dulu. Setidaknya ada yang masih memiliki sikap peduli.

Menunggu giliran menginjak pedal gas, rem tangan dilepas terlebih dahulu. Deringan ponsel mengambil atensi di situasi itu. Tak memberi jeda, diraihnya benda pintarnya itu sambil menjalankan mobil sedikit demi sedikit.

"Hallo sayang?" di angkatnya pada nada dering pertama.

"Cici dimana?" lembut suara itu terdengar dari seb'rang. Menimbulkan senyum dengan refleks.

"Masih dijalan. Aku telat bentar yaa.. Tapi kalau udah laper, pesan makan aja lebih dulu sama Ecen"

"Um.. Aku mau nunggu Cici. Mau makan sama sama" gadis manis itu menolak dengan nada lucu.

Gadis yang menyetir terkekeh pelan. Pastilah gadisnya tengah mempout disana. Membayangkannya saja dia sudah merasa gemas, apalagi saat mereka bertatap muka? Pastilah kecupan dan cubitan kecil di pipi akan dilakukannya."Ya udah. Tapi kalau udah laper, jangan di tahan ya sayang. Sekitar 10 menit lagi aku sampai"

"Iya. Hati hati"

"Selalu"

Sekitar 10 menit seperti ucapannya. Mobil telah terparkir rapi di antara jejeran roda empat lainnya.

Memasuki area yang tak asing, mencari keberadaan gadisnya yang tengah menunggunya setelah dia selesai latihan di teater.

Tersenyum senang mendapati gadis berbalut topi hitam itu disalah satu tempat duduk. Sibuk bermain ponsel sama seperti adiknya yang duduk disebelahnya.

Mendekat dan duduk dihadapan, reaksi terkejut dia dapatkan setelahnya dan dia balas dengan kekehan pelan.

"Kalau aku jantungan gimana, Ci?" gadis manis itu melepas ponselnya untuk merenggut kesal.

"Cen, boleh cici duduk di situ?"

Si pria mengangguk dan segera mempersilahkan. Dua gadis itu pun duduk berdampingan. Dan pelukan tak terelakkan kini. Keduanya berpelukan erat.

"Jangan marah marah. Nanti cepet tua loh" bisikan diberikan

"Aku nggak marah. Cuma kesel cici dateng kayak Jailangkung. Hawanya nggak kerasa"

"Hantu dong"

"Emang iya" kekehan berpindah kini.

Pelukan dilepas dan kedua pipi berisi itu dicubit gemas oleh si pemilik lesung, Shani.

"Emang aku kayak hantu?"

"Hehe enggak. Aku cuma bercanda" senyum lebar diberikan. Memperlihatkan gingsul manisnya.

Terdiam sejenak melihat itu. Shani selalu terpesona pada gadis manis ini. Wajah yang tak pernah sekalipun membuat dia bosan. Justru ingin dia lihat setiap harinya.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang