15

16.5K 996 39
                                    

Dalam keheningan memasuki ruangan yang sudah lama tak bertegur sapa dengan kedua bola mata cokelat miliknya. Banyak perubahan yang terjadi disini. Tak signifikan tapi dia tau  beberapa barang tak berada di tempatnya dahulu.

Melangkah lebih dalam, sebuah figura kecil di atas meja terlihat mengambil atensi. Mengangkat untuk mendekatkan lebih ke pandangan, senyumnya pun terukir semakin lebar.

"Ci, aku udah siapin air hangat" suara Gracia yang tiba tiba menyapa telinga berhasil membuatnya tersentak kaget. Dia benar benar tak menyadari kedatangannya didalam kamar yang semula cuma berisikan dirinya sendiri.

"Ge, jangan datang tiba tiba kayak gitu. Aku kaget" keluhnya.

Tawa kecil kembali menyapa pendengaran. Sang pemilik kamar benar tak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi yang ditimbulkan gadis cantiknya itu tadi. "Maaf ya" ucapnya saat mendekati.

Berhasil berdiri disebelahnya, pandangan reflek mengarah ke arah benda yang tengah berada dalam genggamam Shani.

"Flashback?" tanyanya. Ikut tersenyum menatap foto lama mereka yang sengaja dia berikan bingkai dan di letakkan dimeja.

"Dikit" jawab Shani sembari meletakkan figura itu ke tempatnya semula.

Masih dengan senyuman kala memory terputar di belakang. Foto itu benar sudah termakan usia. Entah kapan tepatnya itu di ambil, Shani bahkan tak terlalu mengingatnya.

"Itu punya banyak kenangan. Makanya aku pajang" Gracia berucap sedikit mengambil atensi. Membuyarkan lamunan sesaat si bidadari.

"Tapi kalau lihat itu, berasa nggak sih tuanya kita sekarang?"

Terkekeh singkat akan pertanyaan yang terlontar dari gadis tinggi disebelahnya itu. Mengiyakan untuk menjawab. Karena itu memang faktanya.

"Tapi kamu tetap cantik kok. Dari dulu sampai sekarang nggak berubah" lanjut si pemilik lesung yang dibalas cubitan sebal dari Gracia. Selalu saja mulut itu berbicara manis. Dia lelah dengan kesaltingan yang terus terusan datang menghampiri.

"Sakit sayang"

"Lagian kamu. Nggak cape apa ngegombal terus?"

"Loh? Itu gombal? Kan aku cuma ngomongin fakta" yang tua malah merasa heran. Padahal dia tak tau cara menggombali seseorang.

Gracia menghela. Apa gadis ini harus disebut polos atau bagaimana? Gracia pun bingung menghadapinya. Sepertinya dia butuh ajaran seseorang untuk menghadapi manusia seperti Shani. Manusia yang lebih berbahaya sebab Ia tak tau jika kalimat yang keluar dari mulutnya bisa membuat orang lain salah tingkah.

"Sayang? Hey. Kok bengong?" jentikan jari didepan wajah membuat Gracia tersadar.

Di tatapnya kembali wajah dihadapannya. Kepada bola mata cokelat yang tengah terbingkai kacamata itu.

"Kenapa, hm?" Shani yang masih merasa bingung reflek menangkup pipi gadis itu dengan kedua tangannya. "Mikirin apa?" dia ikut menyelami bola mata Gracia. Lalu ke arah seluruh wajah yang terpahat sempurna itu menurutnya. Yang tak pernah membuat dia bosan.

"Hari ini cape banget ya?" kembali dia bertanya karena kediaman yang diberikan. Dielusnya kedua pipinya dengan ibu jarinya. Memberikan kenyamanan yang di sukai Gracia. "Ge, jawab sayang. Aku nggak tau harus apa kalau kamu nggak ngomong"

Mengulum senyum melihat ekspresi frustasi itu. "Aku baik baik aja, ci" jawab si gingsul akhirnya.

"Tapi kamu banyak diem hari ini. Mata kamu juga kelihatan banget lelahnya"

"Emang lelah. Kan habis aktivitas diluar" jawab Gracia mengambil kedua tangan Shani yang masih senantiasa menangkup wajahnya. Di genggamnya kedua tangan itu di depan badan; Menatap kecil ke situ sebelum ke wajah cantiknya. "Dan aku nggak apa apa. Jadi jangan khawatir kayak gitu"

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang