18

16.9K 960 60
                                    

1 jam berlalu, mata yang semua terpejam berlahan terbuka. Rasa lapar tak bisa menahan dirinya meringkuk lebih lama di ranjang.

Ruangan kamar nampak kosong saat dirinya bangun bersila dengan setengah nyawa. Gadis Indira yang tadi berada disini mungkin sudah kembali ke rumahnya. Lelah membujuknya mungkin.

Tak memikirkan itu, jemarinya terangkat ke udara. Meraih tumbler lain yang entah sejak kapan berada di atas nakas dan berisi full dengan air. Seingatnya semenjak pulang tadi dia tak menyiapkan apa apa. Di tambah kamarnya nampak bersih daripada saat dia tinggalkan tidur.

Mungkin ini ulah Shani si wanita pecinta kerapian itu.

Tak ingin pikiran bertambah rumit, di seruputnya minumannya itu. Melegakan tenggorokan yang kering.

Sedang asik dengan minuman jernih itu, pintu kamar tiba tiba terbuka. Seorang gadis dalam balutan non casual terlihat masuk sembari menenteng nampan. Mendekatinya.

"Oh? Sayang? Udah bangun? Padahal baru mau aku bangunin buat makan malam" senyumnya tak terlepas saat mengucapkan itu. Seperti apa yang terjadi 1 jam lalu bak cuma mimpi yang tak pernah terjadi dikehidupan nyata.

Bagaimana bisa Shani masih bersikap semanis itu setelah si empunya kamar terus memarahinya? Kesabarannya benar benar begitu tebal.

Gracia. Gadis yang masih di bungkus selimut sebatas paha itu cuma menatap Shani dengan datar.

Tak terganggu. Karena mau dalam balutan ekspresi apapun, tetap saja dibenak seorang Indira, Gracia adalah gadis ter-menggemaskan versinya. Apalagi saat ini anak itu masih membiarkan sedotan tumbler berdiam diri di mulutnya sambil sesekali menyeruputnya. Kurang gemas bagaimana lagi Shani melihat semua itu?

"Kamu lapar kan?" Pertanyaan keluar dari mulutnya saat meletakkan nampan yang dia bawa ke atas nakas disebelah ranjang. "Mau makan sekarang?" Didekatinya Gracia, diraihnya tumbler yang belum dilepas sedari tadi. "Jangan banyak minum dulu. Nanti kekenyangan, sayang" diusapnya bibir bawah sang gadis karena melihat sisa air yang tertahan disana.

Yang disentuh jelas kaget dengan gerakan tiba tiba yang diberikan si gadis Indira barusan. Apa dia lupa jika permasalahan mereka belum selesai?

Tapi dengan lancang Shani malah mempermainkan perasaannya kembali. Dia terlalu lemah berhadapan dengan sikap gentle gadis cantik itu.

"Ngapain kamu masih disini?" Akhirnya kalimat itu keluar setelah berperang dengan perasaan yang hampir luluh.

Dalam keheningan sesaat, hela nafas masuk dengan jelas dalam pendengaran si sulung Harlan. Di tatapnya Shani dengan lekat yang kini terlihat sibuk meletakkan tumbler ditangannya di atas nakas. Tak langsung menjawab, gadis itu memperbaiki cara duduknya kembali; sebelah kaki terjulur ke bawah dan lainnya terlipat di atas.

"Aku nggak bakal ninggalin kamu sebelum masalah kita selesai" akhirnya sebuah kalimat keluar juga. "Percuma aku pulang kalau nggak bisa tidur. Kita juga belum pernah ada disituasi ini sebelumnya. Jadi aku nggak tau bakal bereaksi gimana kalau ini berlarut"

"Ya udah ganti baju"

"Huh?" merasa ada yang salah dengan pendengaran. Shani terlihat bertanya kembali dengan tatapannya. Dia tak mau menyimpulkan dengan cepat atas reaksi Gracia sebelumnya.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang