Ost You Are Not Alone-Michael Jackson.
Alyssa diam-diam mengikuti Jaeger tanpa sepengetahuannya. Jaeger merasa ada yang mengikutinya, tapi dia tidak menyadari kehadiran Alyssa.
Jaeger melanjutkan perjalanannya dengan cuek, tanpa menyadari Alyssa yang diam-diam mengikutinya. Alyssa bertanya-tanya dalam hati, "Dia mau ke mana ya?" sambil terus mengikuti Jaeger dengan hati-hati.
Jaeger berjalan menuju sebuah gang sempit di antara gedung-gedung. Dia memasuki gang tersebut, dan Alyssa melanjutkan mengikutinya dengan hati-hati.
Di tengah gang, Jaeger berhenti dan melihat sekeliling dengan curiga. Dia merasa ada yang mencurigakan, tapi tidak menemukan apa-apa. Jaeger pun melanjutkan perjalanannya dari gang tersebut, masih tanpa menyadari kehadiran Alyssa.
Akhirnya, Jaeger tiba di tempat yang dia inginkan, sebuah kafe kecil. Dia masuk dan duduk sendirian di sudut ruangan. Alyssa bertanya-tanya dalam hati, "Oh, jadi dia ke kafe. Ngapain dia ke kafe?"
Jaeger memesan secangkir kopi hitam dan duduk sendirian di sudut kafe. Dia terlihat sedikit lelah, sepertinya ingin menenangkan pikirannya.
Alyssa menggunakan hoodie, masker, dan kacamata, lalu masuk ke kafe tanpa sepengetahuan Jaeger. Dia diam-diam mendekati Jaeger dan berdiri di belakangnya, masih tanpa sepengetahuan Jaeger.
Jaeger terlihat tampak lesu, menatap kopi hitamnya dengan pandangan kosong. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang berat. Jaeger mencoret-coret buku tulisnya dengan kasar, menunjukkan ekspresi frustasi yang jelas terlihat di wajahnya.
Alyssa bertanya-tanya dalam hati, "Sebenarnya dia sedang memikirkan apa, sampai segitunya?" Dia masih menyamar dan Jaeger tidak menyadari kehadirannya.
Beberapa jam kemudian, Jaeger masih terlihat memikirkan sesuatu yang sangat dalam. Matanya terpaku pada buku tulisnya, seolah ada beban berat di pundaknya....
Beberapa jam kemudian, Jaeger akhirnya selesai mencoret-coret buku tulisnya. Dia meletakkan pulpen dengan lemah dan memandangi hasil kerjanya dengan perasaan campur aduk.
Jaeger tampak lelah dan menghela napas dalam-dalam. Dia membayar tagihan dan berdiri dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi.
Alyssa memperhatikan Jaeger dari kejauhan saat dia keluar dari kafe. Dia tetap menyamar dan mengikuti langkahnya tanpa sepengetahuan Jaeger.
Jaeger terlihat lelah, tetapi ada kilatan kesedihan di matanya. Dia berjalan dengan langkah yang cepat, mencoba menjauhkan diri dari kekhawatirannya.
Akhirnya, Jaeger sampai di sebuah tempat yang tenang. Dia duduk sendirian di tepi sungai, menatap air dengan ekspresi campur aduk.
Alyssa menghampiri Jaeger dan menyapanya, "Hai, Jaegar."
Jaeger menoleh dan terkejut melihat Alyssa di depannya. "Hai, apa yang kamu lakukan di sini?"
Alyssa berkata, "Maaf, aku lancang."
Jaeger menjawab, "Tidak apa-apa. Ada yang bisa kuketahui dari kehadiranmu di sini?"
Alyssa berkata, "Aku lancang mengikutimu tadi, dan kau mencoret-coret buku tulismu. Apa maksudnya ini, Jaeger?"
Jaeger menjawab, "Kamu mengikutiku? Tidak usah campur tangan dalam urusanku. Itulah yang kurasakan, Alyssa."
Alyssa berkata, "Hai, aku tahu ada kilatan sedih di matamu."
Jaeger menjawab, "Apa urusanmu dengan itu? Jangan ikut campur dalam hidupku."
Alyssa berkata, "Kamu kenapa? Cerita saja, aku akan menjaga rahasiamu, kok."
Jaeger menjawab, "Kenapa kamu peduli? Aku tidak butuh simpati. Biarkan aku sendiri dengan masalah-masalahku." Jaeger menatap Alyssa tajam, mencoba menyembunyikan perasaannya yang terluka.
Alyssa berkata, "Kita kan teman, tentu saja aku akan peduli padamu."
Jaeger menjawab, "Teman? Aku tidak butuh teman sepertimu. Jangan mencoba untuk mengerti aku, Alyssa." Jaeger berdiri dan pergi meninggalkan Alyssa yang terkejut.
Saat Jaeger berdiri, selembar kertas jatuh dari sakunya. Alyssa mengambilnya dan membacanya. Di dalamnya tertulis pesan pendek yang terlihat rapuh, "Aku tidak bisa menghadapi semua ini sendirian... Tolong, jangan tinggalkan aku."
Alyssa berkata, "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sendirian, Jaeger."
Jaeger menatap Alyssa dengan tatapan campur aduk, seolah-olah terkejut oleh kebaikan yang diperlihatkan Alyssa. "Kamu... mengerti?"
Alyssa berkata, "Ya, aku mengerti. Ceritakan saja kepadaku, aku akan selalu ada untukmu."Jaeger berkata, "Baiklah... Aku hanya merasa tertekan oleh tuntutan untuk menjadi pangeran sekolah yang sempurna. Tapi aku tidak ingin itu, Alyssa." Jaeger duduk kembali dan mulai bercerita tentang masalahnya.
Alyssa bertanya, "Siapa yang menekanmu untuk menjadi pangeran sekolah?"
Jaeger menjawab, "Itu adalah ayahku. Dia selalu memaksaku untuk menjadi seperti yang dia inginkan, tanpa mengindahkan keinginanku sendiri." Jaeger merasa frustasi dan sedih saat berbicara tentang hal itu.
Alyssa berkata, "Kau istimewa dengan caramu sendiri, kok. Percaya saja padaku."
Jaeger berkata, "Kau... benar-benar berbeda. Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi aku ingin mencoba mempercayaimu." Jaeger merasa sedikit terbuka dan mulai menunjukkan sisi yang lebih emosional.
Alyssa menggenggam tangan Jaeger dan berkata, "Kau itu istimewa bagiku. Kau punya keistimewaan itu sendiri, kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri, Jaeger."
Jaeger tersenyum kecil, merasa hangat dengan kata-kata Alyssa. Ia mulai memahami bahwa ada seseorang yang benar-benar menerimanya sebagai dirinya sendiri.
Alyssa memeluk Jaeger, dan Jaeger terkejut, tapi perlahan dia merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukannya. Dia mengangkat tangannya dan melingkarkannya di punggung Alyssa.
Alyssa berkata, "Aku akan selalu ada untukmu."
Jaeger berkata, "Terima kasih, Alyssa. Aku tidak tahu bagaimana bisa mendapatkan dukungan seperti ini darimu." Jaeger merasa terharu dan bersyukur memiliki seseorang yang peduli padanya.
Alyssa berkata, "Kita teman, aku akan selalu ada untukmu sebagai seorang teman yang baik. Jangan pernah merasa sendirian lagi, ya."
Jaeger berkata, "Teman... Aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. Terima kasih, Alyssa." Jaeger tersenyum lega dan merasa bahagia mendapatkan teman yang setia.
Alyssa mengelus punggung Jaeger, dan Jaeger merasa hangat dan aman. Dia menikmati sentuhan itu, menunjukkan rasa kepercayaannya pada Alyssa.
Jaeger akhirnya mengeluarkan semua emosinya di pelukan Alyssa. Dia merasa lega saat bisa melepaskan beban yang selama ini dia tanggung sendirian.
Alyssa membiarkan Jaeger mengeluarkan emosinya. Alyssa hanya bisa mengelus punggungnya dan memeluknya erat.
Beberapa menit kemudian, Jaeger akhirnya tenang dan melepaskan pelukannya. Dia tersenyum pada Alyssa dengan rasa terima kasih yang mendalam.Jaegar sabar ya aku yakin ayah kamu pasti akan mengerti suatu hari nanti, penasaran sama kelanjutannya? Jangan lupa vote dan komen, makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind The Shadows (End)
Teen FictionAlyssa Kamila, seorang gadis yang berani menentang arus, menolak cinta dari Varo, siswa tampan yang dipuja-puja sebagai dewa idaman sekolah. Alih-alih memilih Varo, Alyssa justru tertarik pada Jaegar, siswa misterius yang dikenal dingin dan dicap se...