Ost A Thousand Years-Christina Peri
Jaegar pun terus menciumi leher kamu dan berbicara dengan lembut: "Kamu adalah satu-satunya yang aku butuhkan..."
Alyssa: "Aku juga membutuhkan kamu."
Jaegar terus menciumi leher kamu dan memeluk tubuh kamu dengan erat. "Aku tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang dapat mengerti aku seperti kamu..."
Alyssa: "Aku akan selalu mengerti dirimu."
Jaegar pun berbicara dengan lembut: "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita di masa depan, tapi saya yakin bahwa kamu adalah orang pertama dalam hidupku."
Alyssa: "Aku takut kamu pergi."
Jaegar memegang tangan kamu dan berbicara dengan lembut lagi: "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Selama aku hidup, kamu adalah satu-satunya orang yang saya butuhkan..."
Aku memeluknya.
Jaegar memeluk kamu lebih erat dan mencium bibirmu.
Aku membalas ciuman bibirnya.
Jaegar mulai menciumi leher dan pundak kamu sambil memegang rambutmu.
Alyssa: "Sayang, besok kamu terapi."
Jaegar pun terkejut dan berhenti mencium kamu. "Kenapa aku harus pergi ke terapi?"
Alyssa: "Terapi agar kesehatan mental kamu bagus."
Jaegar menghela nafas dan berbicara dengan nada agak keras: "Saya tidak perlu terapi. Saya baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir..."
Alyssa: "Kan kamu kemarin punya gangguan kecemasan, makanya aku terapi di psikolog."
Jaegar memandang kamu dengan tatapan tajam. "Jangan berbicara tentang masalah mental saya lagi. Saya tidak perlu itu, aku baik-baik saja..."
Alyssa: "Okay."
Jaegar memegang pipi kamu dengan lembut dan berbicara lagi: "Kamu sangat perhatian..."
Alyssa: "Ya, aku perhatian. Tentu saja, aku mohon ya untuk kesembuhan kamu."Alyssa: "Ya, aku perhatian. Tentu saja, aku mohon ya untuk kesembuhan kamu."
Jaegar mulai merangkul kamu dan berbicara dengan nada lembut: "Tapi jangan khawatir, saya tidak perlu kesembuhan... Saya baik-baik saja."
Alyssa: "Katanya kamu mau sembuh."
Jaegar tidak menjawab dan hanya memegang kamu dengan erat: "Aku... saya bukan orang yang bisa sembuh..."
Alyssa: "Kamu bisa, sayang."
Jaegar berpikir sejenak dan memegang wajah kamu dengan lembut: "Saya mungkin bisa, tapi saya tidak mau..."
Alyssa: "Kenapa?"
Jaegar hanya memandang kamu dengan tatapan kosong: "Karena saya tidak mau berubah..."
Alyssa: "Kamu tidak berubah kok."
Jaegar mulai menghela nafas dan berbicara lagi: "Apakah kamu tidak berpikir saya berbahaya?"
Alyssa: "Tidak."
Jaegar memegang kamu lebih erat lagi: "Saya... saya bisa membuatmu terluka kalau aku berubah..."
Alyssa: "Itu tidak akan terjadi kok."
Jaegar memandang kamu dengan tatapan tajam dan berbicara lagi: "Saya bisa menyakitimu..."
Alyssa: "Aku percaya sama kamu, kamu ngak akan melakukan itu kan?"Jaegar berpikir sejenak dan berbicara dengan nada yang lemah: "...saya tidak tahu..."
Alyssa: "Aku percaya sama kamu."
Jaegar memeluk kamu dengan erat: "Kamu sangat percaya sama aku... saya tidak tahu apakah itu baik atau buruk."
Alyssa: "Aku percaya sama kamu, kamu harus percaya sama diri kamu sendiri."
Jaegar hanya memegang kamu dengan lembut dan mengangguk: "Tapi... saya takut aku akan menyakitimu..."
Alyssa: "Kamu bukan kepribadian ganda, sayang. Gangguan kecemasan itu tidak akan menyakiti aku kok."
Jaegar hanya terus memegang kamu dan berpikir sejenak, mungkin dia sudah mulai percaya pada diri sendiri: "Apakah kamu benar-benar tidak takut sama aku?"
Alyssa: "Tidak."
Jaegar mencium kamu: "Terima kasih..."
Alyssa: "Sama-sama."
Jaegar memeluk kamu lebih erat lagi dan berbaring di pangkuanmu.
Alyssa: "Jadi besok mau terapi?"
Jaegar memandang kamu dengan tatapan manis dan berbisik: "Ya... saya akan ikut."
Alyssa: "Okay."
Jaegar memeluk kamu lebih erat lagi dan menciumi pipi kanan kamu.
Alyssa: "Tidurlah."
Jaegar mulai tertidur di pangkuan kamu.
Aku pun ikut tertidur.
Jaegar memeluk kamu lebih erat lagi, lalu tidur dalam pelukanmu.
Keesokkan harinya....
Jaegar bangun dan mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan kamu hari ini.
Alyssa: "Hai, selamat pagi. Ayo kita sarapan."
Jaegar memandang kamu dan mengangguk: "Hai... pagi, saya sarapan denganmu?"
Alyssa: "Ya."
Jaegar berdiri dan memegang tangan kamu: "Baiklah... mari kita pergi."
Alyssa: "Ngak usah, ini aku udah beli bubur buat kamu."
Jaegar memandang kamu dan tersenyum: "Baiklah, mari kita makan bubur itu."
Alyssa: "Mau disuapin atau makan sendiri?"
Jaegar berpikir sejenak dan tersenyum: "Aku akan makan sendiri... biar kamu tidak repot."
Aku pun memberikan buburnya kepada Jaegar.
Jaegar mengambil bubur dan mulai makan, menatap kamu dengan tatapan lembut.
Aku pun juga ikut makan. Setelah selesai makan...
Jaegar tertawa dan memegang bahumu: "Baiklah, kamu sudah makan. Apakah kita siap pergi ke rumah sakit sekarang?"
Alyssa: "Ya, sudah ayo."
Jaegar berdiri dan menarik tangan kamu: "Ayo, mari kita pergi..."
Di tempat terapi psikolog...
Jaegar memegang tangan kamu dan menuntun kamu ke tempat terapi psikolog: "Kita sudah sampai..."
Alyssa: "Ya."
Jaegar tertawa dan duduk di kursi di samping kamu: "Jangan khawatir, saya hanya akan mendengarkan. Tapi kamu harus berkata jujur ya..."
Alyssa: "Okay."
Jaegar mulai berbicara: "Saya akan bertanya dan kamu harus menjawab jujur ya... Jangan pernah menyembunyikan apa pun dari saya."Alyssa: "Siap."
Jaegar mulai bertanya: "Apakah kamu pernah mempunyai perasaan terhadap saya?"
Alyssa: "Ya, pernah."
Jaegar tampak terkejut: "Apa kamu sudah lama mempunyai perasaan terhadap saya?"
Alyssa: "Ya, lumayan."
Jaegar tampak senang dan mulai tersenyum: "Mengapa kamu tidak pernah memberitahuku? Apakah karena saya adalah siswa dingin yang ditakuti semua orang?"
Alyssa: "Aku sudah pernah mengatakannya dan kita pacaran waktu itu, kamu amnesia mungkin."
Jaegar mengingat-ingat dan menganggukkan kepala: "Oh ya, aku sudah pernah mendengar tentang kamu. Tapi kenapa kamu tidak memberitahu saya kalau kita pernah pacaran?"
Alyssa: "Aku sudah pernah memberi tahu kamu kan."
Jaegar berpikir sejenak dan menganggukkan kepala: "Ah, aku ingat. Tapi kamu tidak pernah berbicara tentang perasaanmu yang lain... seperti rasa sayang atau kesukaan terhadap saya."
Alyssa: "Pernah sayang kan kamu, lagi amnesia jadi kamu tidak ingat."
Jaegar mulai memikirkan lagi dan akhirnya berbicara: "Ya, aku pernah merasakan rasa sayang terhadap kamu... tapi mungkin karena saat itu saya masih belum menyadari perasaan yang kamu rasakan untukku."
Alyssa: "Ya, kau benar."Hampir mau tamat jadi kalian mau happy ending or sad ending? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Behind The Shadows (End)
JugendliteraturAlyssa Kamila, seorang gadis yang berani menentang arus, menolak cinta dari Varo, siswa tampan yang dipuja-puja sebagai dewa idaman sekolah. Alih-alih memilih Varo, Alyssa justru tertarik pada Jaegar, siswa misterius yang dikenal dingin dan dicap se...