part 20:satu permintaan

44 40 1
                                    

Ost lagu pernikahan kita-Tiara Andini, Arsy Widianto

Alyssa: "Kamu suka pemandangannya dari sini? Disini indah."

"Iya, aku suka pemandangannya. Tapi yang lebih indah dari ini adalah kamu..." Jaegar mulai mendekat ke wajah Alyssa dan mencoba untuk mengecup bibirnya.

Alyssa: "Kau ini mulai deh gombalnya."

Jaegar hanya tersenyum dan menundukkan wajahnya. Ia tampak malu karena sudah mulai bersikap gombal, "Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi kamu memang sangat cantik... Iya kan?"

Alyssa: "Ya deh."

Jaegar langsung menarik Alyssa ke arahnya dan mencium bibirnya dengan lembut. Ia juga melingkarkan tangan di pinggang Alyssa.

Aku membalas ciuman bibirnya Jaegar.

Jaegar memeluk Alyssa dengan erat saat mereka saling berciuman. Ia merasakan rasa senang yang tak terbendung dan tidak ingin berhenti menciumnya.

Alyssa: "Jaegar, aku sayang kamu."

Jaegar juga merasakan hal yang sama dan mulai membisikkan di telinga Alyssa, "Aku juga sayang kamu... Aku sangat mencintai kamu."

Alyssa: "Aku juga mencintaimu."

Jaegar menganggukkan kepala dan memegang wajah Alyssa dengan lembut, "Aku tak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu... Aku beruntung sekali karena memilikimu."

Alyssa: "Jaegar, besok kita ke psikolog dan juga akan melakukan terapi."

Jaegar tampak agak bingung dengan permintaan Alyssa, "Mengapa kita harus pergi ke psikolog? Apakah ada yang salah pada diriku?"

Alyssa: "Kau amnesia karena trauma, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu di hari itu sampai kau bisa trauma. Tapi sepertinya bukan karena seseorang mengintip kamu saat buang air besar atau membully kamu. Bilang kamu pangeran sampah, tapi sepertinya ada yang sengaja mencelakakan kamu sebelum kamu amnesia. Juga, kamu divonis menderita gangguan kecemasan sama psikolog."

Jaegar tampak terkejut dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Ia hanya bisa menundukkan kepala dan memegang lengan Alyssa dengan erat, "Mungkin kamu benar... Aku lupa banyak hal, tapi aku ingat bahwa hari itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Apakah kita akan pergi ke psikolog besok?"

Alyssa: "Ya, tentu saja. Aku tidak memaksa kamu untuk mengingatnya, Jaegar, tapi kita coba sama-sama. Kita berjuang sama-sama. Kau sembuh, aku juga senang."

Jaegar hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Ia mulai memikirkan apa yang Alyssa katakan, ia juga menyadari bahwa dia harus berjuang bersama-sama dengannya untuk bisa menyembuhkan diri, "Aku siap untuk berjuang bersamamu... Aku akan berusaha keras agar aku sembuh."

Alyssa: "Aku senang mendengarnya. Aku akan menemanimu besok, jangan takut, okay."

Jaegar memeluk Alyssa dengan erat dan menatap matanya, "Terima kasih karena selalu ada untukku. Aku akan mencintai kamu selamanya..."

Alyssa: "Aku juga mencintaimu."

Jaegar mengusap-usap kepala Alyssa dan mencium pipinya, "Kita akan jadi sepasang kekasih yang saling menyayangi satu sama lain..." Sayang, Jaegar juga berucap dengan lembut.

Alyssa: "Ya, tentu saja."

Jaegar tetap memeluk Alyssa dengan erat. Ia tak pernah merasa bahagia seperti ini dan sangat bersyukur karena bisa menemukan orang yang dapat membuatnya bahagia.

Alyssa: "Eh, bentar lagi mataharinya terbenam, mau foto bersama?"

Jaegar menganggukkan kepala, "Baiklah, ayo kita foto berdua..."

Aku pun memasang kamera dan kami foto bersama di bawah matahari terbenam.

Jaegar juga memasang kamera dan memegangi Alyssa dari belakang. Ia sangat senang karena dapat berfoto dengan kekasihnya yang cantik, "Aku sangat bersyukur kamu ada di sisi aku..."

Alyssa: "Aku juga bersyukur kamu bersamaku."

Jaegar memeluk Alyssa dan mencium pipinya lagi, "Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kamu... Aku tak akan pernah bosan denganmu. Kamu adalah cahaya di hari-hari gelapku."

Alyssa: "Kamu juga, Jaegar. Kamu manis banget sih."

Jaegar tersenyum lebar dan memegangi lengan Alyssa dengan erat, "Aku juga beruntung karena kamu mau bersamaku. Kamu adalah satu-satunya yang pernah ada di sisi aku, jadi berarti kamu spesial bagi saya."

Alyssa: "Kamu juga spesial buat aku, Jaegar."

Jaegar memeluk Alyssa dengan lebih erat dan mencium keningnya, "Aku bersyukur aku bisa menjadi spesial untukmu... Saya tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, jadi saya berjanji akan selalu bersama kamu."

Alyssa: "Ya, aku juga akan bersama kamu terus."

Jaegar menganggukkan kepala dan memegang tangan Alyssa dengan lembut, "Aku akan selalu menjaga kamu, aku takkan pernah membiarkan siapa pun menyakitimu..."

Aku memeluknya dari belakang.

Jaegar juga memeluknya dengan erat dan mencium rambut Alyssa, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi... Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelum kita bertemu. Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku..."

Alyssa: "Sama-sama, terima kasih juga sudah mau mencintaiku."

Jaegar memeluknya lagi dan membelai rambut Alyssa, "Aku tidak pernah punya perasaan yang seperti ini sebelum kamu. Aku berjanji akan selalu bersamamu, sampai maut memisahkan kita."

Alyssa: "Ya, aku juga."

Jaegar menciumi kening Alyssa lagi dan memegangi tangannya dengan lembut, "Saya juga punya satu permintaan..."

Alyssa: "Apa itu?"

Jaegar tampak ragu untuk mengucapkannya, namun akhirnya dia berbicara dengan tegas, "Saya ingin kamu jadi istriku..."

Alyssa: "Aku juga mau kamu jadi suamiku, sayang."

Jaegar memeluknya dengan sangat erat dan mencium pipinya lagi, "Jadi kamu mau menikah denganku?"

Alyssa: "Tentu, aku mau."

Jaegar tampak sangat senang dan tersenyum lebar, "Jadi... Kamu akan menjadi istriku?"

Alyssa: "Ya, tentu, tapi kita menikah kalau kamu sudah sembuh ya."

Jaegar tersenyum dan menganggukkan kepala, "Ya, saya akan sembuh secepat mungkin agar bisa menikah dengan kamu... Tapi saya juga harus memastikan bahwa kamu tidak mencintai orang lain selain aku ya?"

Alyssa: "Tidak akan, aku hanya mencintaimu."

Jaegar tampak senang mendengar jawaban Alyssa, "Jadi kamu memang hanya mencintai saya, bukan orang lain?"

Alyssa: "Benar."

Jaegar memeluknya dengan erat, "Baik, jadi kamu tidak akan pernah mencintai orang lain selain aku kan?"

Alyssa: "Tidak akan."

Jaegar tampak sangat bahagia dan memeluknya lagi, "Saya bersyukur karena kamu memang tidak akan mencintai orang lain selain aku... Sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri, bukan?"

Alyssa: "Belum sayang, nanti menikahnya pas kamu udah sembuh, kamu baru melamar aku jadi belum sah sahnya pas kita udah gelar acara pernikahan."

Jaegar tampak sedikit kecewa, tapi dia mengerti dan menganggukkan kepala, "Baiklah... Tapi kamu janji tidak akan mencintai orang lain sebelum kita menikah ya?"

Alyssa: "Ya, tidak akan."

Jaegar memeluknya lagi dan menciumi keningnya, "Jadi sekarang kita sudah resmi jadi suami istri?"

Alyssa: "Belum sayang."

Jaegar tampak bingung dan bertanya, "Kenapa belum? Apakah kamu punya sesuatu yang masih harus dilakukan?"

Alyssa: "Ya, kita harus menggelar acara pernikahan kita setelah kamu sembuh nanti."

Jaegar tampak berpikir sejenak, "Oh ya, kamu benar... Jadi kita harus menunggu sampai saya sembuh dulu baru kita bisa menikah. Tapi apakah kamu akan mengizinkan orang lain untuk melihat pernikahan kita nanti?"

Alyssa: "Ya, tentu saja."

Jaegar tampak senang mendengar jawaban Alyssa, "Jadi kamu tidak akan membatasi siapa saja yang boleh datang untuk pernikahan kita nanti?"

Alyssa: "Ya."

Jaegar tampak bahagia dan memegangi tangan Alyssa, "Jadi kamu tidak akan membiarkan orang lain mengundang siapa pun untuk pernikahan kita?"

Alyssa: "Aku akan mengundang temanku dan juga keluarga kita."

Jaegar tersenyum dan menciumi pipi Alyssa, "Baiklah... Jadi kita akan menikah nanti setelah saya sembuh. Apakah kamu juga berencana untuk mengadakan pesta pernikahan yang mewah?"

Alyssa: "Tidak, sederhana saja, sayang."

Jaegar tampak sangat bahagia dan tersenyum lebar, "Baik, jadi kamu juga ingin mengadakan pesta pernikahan yang mewah untuk kami berdua. Apakah kamu punya konsep atau rencana apa saja untuk pesta pernikahan kita nanti?"

Alyssa: "Itu nanti aja, sekarang kita mikirin kesehatan kamu dulu ya."

Jaegar menganggukkan kepala dan mengusap wajah Alyssa, "Ya, kamu benar... Kita harus fokus dulu untuk kesehatan saya sebelum kita memikirkan pernikahan. Apakah kamu mau aku membawamu ke rumah sakit sekarang?"

Alyssa: "Kesehatan kamu, sayang. Kita sudah di rumah sakit kok. Kamu mau kembali ke kamar?"

Jaegar tampak kaget dan bertanya, "Apakah kamu tidak ingin saya membawamu ke rumah sakit? Apakah kamu masih memikirkan soal pernikahan kita nanti?"

Alyssa: "Tidak usah, aku kan sehat. Yang sakit kamu, sayang."

Jaegar tampak bingung dan mencoba menahan amarahnya, "Jadi kamu tidak peduli dengan kesehatan saya? Apakah kamu benar-benar ingin mengorbankan dirimu untuk aku?"

Alyssa: "Ya, ayo kamu harus makan malam, abis itu minum obat, dan istirahat lagi."





















































Udah ngomongin soal pernikahan aja nih, penasaran dengan kelanjutannya? Jangan lupa tinggalkan jejak 🥰

Love Behind The Shadows (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang