02 Turbulensi

96 7 0
                                    


Mereka tetap berdiri dengan tangan yang tetap terpaut "maaf Jeffrey, bisa kau lepas tanganku?" Ujarnya. Sekarang Taeyong bisa bernafas dengan lega, saat Jeffrey menggenggam tangannya membuat nafasnya memberat dan seolah sesak.

Mereka tetap saja tidak duduk, tetap berdiri dengan Jeffrey yang menunduk menatap Taeyong sedangkan Taeyong juga menunduk menatap lantai kapal. Lama dilanda keterdiaman Taeyong terpekik kaget hampir jatuh saat pesawat mengalami turbulensi namun untung saja Jeffrey menahan tubuhnya hingga Taeyong berada pada dekapannya dengan Taeyong yang menyembunyikan wajahnya pada dada Jeffrey.

"Tidak apa-apa Taeyong, jangan takut." Tangan besar Jeffrey mengusap rambut Taeyong, dia paham jika pria yang saat ini berada pada dekapannya itu pasti terkejut apalagi saat turbulensi mereka berdua berdiri, sedangkan Jeffrey tidak terpengaruh akan hal itu, tumpuan kakinya begitu kuat.

Taeyong mendongak secara perlahan dan menatap Jeffrey lebih dekat, baru kali ini dia mengagumi ketampanan seseorang, apakah Tuhan tengah tersenyum saat menciptakan Jeffrey ini, rahangnya begitu tegas dengan hidung yang mancung, matanya yang tajam dan indah membuat Taeyong tenggelam akan keindahan itu untuk beberapa saat sebelum Jeffrey berdeham dan membuatnya sadar.

Taeyong mendorong pelan tubuh Jeffrey "terimakasih Jeff." Ujarnya yang diangguki oleh Jeffrey lalu mereka duduk pada kursinya masing-masing.

Mereka kembali diam, tidak ada percakapan maupun pertengkaran lagi, mereka fokus dengan kesibukan masing-masing. Jeffrey yang sibuk dengan tab pada tangannya dan Taeyong yang sibuk dengan tidurnya, setelah pertengkaran yang baginya menguras tenaga dan memalukan, kantuk menyerang dirinya hingga tertidur dengan lelap.

Taeyong bisa saja tidak terbangun dalam tidur jika dia tidak merasakan tepukan pada pipinya "bangunlah Taeyong, makanan tiba."

Taeyong mengerjapkan matanya dengan pelan, Jeffrey terlihat secara buram yang tengah membangunkannya, lalu setelahnya dia mengusap sudut bibirnya membuat Jeffrey terkekeh pelan "kau mengeluarkan liur."

Taeyong menunduk malu, apakah ia tertidur dengan mulut yang terbuka, jika iya maka dia malu dan ingin menerjunkan diri dari ketinggian "maaf, kau pasti terganggu."

Jeffrey menggeleng "tidak, kau mengingatkanku pada seseorang, terimakasih."

Taeyong membuka kotak makanan yang diberikan, terdapat ayam krispi dan nasi, matanya berubah berbinar saat melihat hidangan tersebut dan dengan segera dia memakannya dengan lahap.

Lagi-lagi Jeffrey terkekeh melihat cara makan Taeyong yang seperti anak kecil, banyak remahan tepung yang berasal dari ayam tersebut yang tercecer tidak membuat Jeffrey memandang tak suka "jika kau mau, makanlah punyaku." Jeffrey memberikan kotak miliknya di depan Taeyong.

Taeyong menggeleng dengan mulut yang penuh dengan makanan tersebut, dia mengunyah dengan cepat lalu menelannya "satu kotak cukup untukku, kau makanlah Jeff, perjalanan menuju Skotlandia masih jauh dan kau perlu mengisi perut." Taeyong meletakkan kotak makan Jeffrey kembali pada mejanya, "makanlah."

Jakarta - Scotland EdinburghTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang