Jeffrey, nama itu adalah nama yang seperti genderang pencabut nyawa ketika datang, nama tersebut terkenal dikalangan organisasi bawah tanah maupun organisasi negara sekalipun. Banyak orang yang tidak mau berurusan dengan Jeffrey, sekali berurusan mungkin hanya tinggal nama atau hukuman paling rendah adalah kehilangan salah satu organnya.
Seperti kejadian yang terjadi pada Castelo, seorang yang juga terkenal pada dunia bisnis, namun kejayaan yang ia dapat tak luput atas dukungan dari Jeffrey, namun sangat disayangkan saat Castelo lebih memilih menghianati Jeffrey, beruntung Jeffrey hanya memilih menghukum Castelo untuk memotong tangannya, ya beruntung karena dia tidak terbunuh, bukan tanpa sebab Jeffrey melakukannya, Castelo adalah teman saat mereka berada di bangku senior dan kuliah, hingga membuat Jeffrey memberikan hukuman yang baginya paling ringan.
Saat ini Jeffrey tengah berdiri menatap anak buahnya yang berada di bawah podium, jika markas mafia yang sering diketahui adalah tempat kumuh dan bau, berbeda dengan organisasi milik Jeffrey, markas mereka memang terletak di sekitar hutan namun gedung markasnya sangat megah. Tidak ada dinding yang rusak dan bau anyir yang menyengat, tempat yang begitu bersih terlihat seperti perkantoran biasa.
Meskipun markasnya terlihat secara terang-terangan Jeffrey tidak pernah sekalipun dirinya menginjakkan kaki pada penjara, jika dia melakukan pembunuhan maka orang lain yang akan terkena dampaknya, ucap saja sebagai orang pengganti.
Jeffrey terus menatap tajam pada bawahannya, tatapannya seolah menghunus dengan tajam pada satu persatu bawahan, untuk saat ini dia begitu kesal, bawahannya kembali gagal untuk membunuh seseorang, berhasil kabur entah kemana, untuk apa dia mencari bawahan jika pekerjaannya saja tidak becus, selalu dirinya yang turun tangan.
"Gara, potong dua jari mereka yang gagal dalam menjalankan misi." Ucapan Jeffrey langsung membuat satu ruangan gaduh dengan permohonan maaf dan mengatakan janji untuk melakukan pekerjaan dengan baik, mereka di seret dengan kasar menuju ruang eksekusi, terdapat lima orang yang telah di seret dan Jeffrey mengabaikan permintaan mereka, sayang sekali Jeffrey tidak pernah mau mendengar dan menberikan maaf.
"Dua hari waktu kalian mencari orang itu dan saya harus mendengar kabar tentang kematiannya, jika kalian telat nasib kalian akan seperti mereka kehilangan dua jari." Ujarnya terakhir kali sebelum melangkah turun dari podium dan keluar ruangan.
Jeffrey melangkah menyusui lorong markasnya, tangannya menarik dasi yang ia rasa mencekik lehernya. Jeffrey duduk pada kursi kebesarannya dan memutari kursinya untuk menghadap pada kaca besar, pemandangan gedung tinggi terlihat membosankan "Taeyong." Gumamnya, nama itu terlintas tiba-tiba pada otaknya dan terucap begitu saja, begitu menarik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta - Scotland Edinburgh
FanfictionShort story Lee Taeyong yang begitu senang karena telah lulus dari kedokteran forensik dan dia juga telah bekerja di salah satu rumah sakit namun memilih untuk kembali menimba ilmu hingga ke beberapa negara dan hingga dia tiba di negara Indonesia...