23 kebenaran

50 7 0
                                    


Karena terlanjur penasaran yang tinggi pada novek selanjutnya, Taeyong memutuskan mencarinya, dia berkeliling dan membaca judul pada sampul novel satu persatu, tapi dia tidak segera menemukannya.

Taeyong berkacak pinggang, dia menatap ke arah rak yang berada di atas "bagaimana jika novelnya berada di sana, aku tidak bisa menjangkaunya." Lirihnya, "mungkin di sini ada tangga?" Dia kembali melangkah untuk mencari tangga, hingga dia berhenti pada pojok ruangan yang sangat gelap, tidak ada penerangan sedikitpun dari matahari maupun dari lampu.

Taeyong meraba-raba di depannya hingga dia menabrak meja hingga terdengar suara benda terjatuh dari sana, Taeyong meraba lantai mencari benda yang teejatuh tersebut, dia mengernyit saat merasakan benda yang ia pegang terlihat seperti kotak "apa ini?" Karena penasaran yang tinggi dia membawa kotak tersebut pada tempat yang sedikit terang, berdiri tepat di depan jendela besar yang menampilkan pemandangan yang indah.

Taeyong menatap kotak hitam yang ia pegang itu, dia membukanya dan menatap banyak foto-foto yang sangat kenali "dia?" Taeyong meraih satu foto dan menatapnya sangat lama.

"Apa yang kau lakukan di ruanganku Taeyong?"

Taeyong menjatuhkan kotak yang ia pegang itu karena terkejut, dia segera memungut seluruh foto-foto itu dan memasukkannya kembali pada kotak hitam.

"Ah siapa dia? Apa dia jalang baru Jeff? "

Taeyong berbalik badan, dia melihat Jeffrey yang berdiri dengan tegap, rahang yang tegas dan matanya tengah menyoroti dirinya dengan dingin, dan satu perempuan yang tidak Taeyong kenali "a-aku." Gugupnya.

"Jeff kenapa kau memilih jalang baru yang tak memiliki sopan santun huh? Dia berani masuk ke ruanganmu tanpa ijin dirimu, aku saja yang telah kenal dirimu tak berani masuk jika tidak ada dirimu di ruang kerjamu ini."

Taeyong mengernyit kesal mendengar perempuan itu yang seolah memprovokasi Jeffrey "bisa kau jelaskan Taeyong apa yang kau lakukan di ruang kerjaku? Kau bahkan meninggalkan banyak buku pada lantai dan sekarang kau mengambil benda berharga itu, kembalilan padaku." Tangannya terulur meminta Taeyong untuk mengembalikan kotak itu.

Tak mendengarkannya, Taeyong kembali menuju meja yang ia tabrak tadi, dia meraba-raba meja tersebut dan dugaannya benar jika terdapat kotak lain pada meja itu.

"Astaga Jeffrey kau memungut jalang dari mana? Dia tidak mendengarkanmu, bunuh saja dia."

Taeyong menulikan pendengarannya, dia membuka kotak yang baru dan melihat banyak lembaran kertas kecil yang berisi kata-kata semangat "JAEHYUN?!" Dia melempar kotak tersebut dan memeluk tubuh Jeffrey dengan erat, dia terisak dengan pelan dan memejamkan mata menikmati tubuh tegap Jeffrey yang berada pada pelukannya.

Sedangkan Jeffrey menghela nafasnya, dia mengusap punggung Taeyong yang bergetar karena menangis "jangan menangis, aku tak suka jika kau mengeluarkan air mata."

Taeyong mengusap air matanya dengan kedua punggung tangannya "kau jahat Jeff, sangat jahat, kenapa kau tak mengatakan jika kau adalah Jaehyun? Kenapa? Kau tak ingin bertemu denganku lagi? Iya?" Dia memukul dada bidang Jeffrey cukup kuat, melampiaskan kekesalannya.

"Hei kenapa kau memukul Jeffrey seperti itu jalang sialan!!"

"Louisa sejak tadi kau terlalu banyak bicara dan mengatakan kekasihku seorang jalang, kau di sini yang seorang jalang." Jelas Jeffrey, dia menarik tubuh Taeyong ke dalam gendongannya dan membawanya pergi keluar dari ruang kerjanya, sedangkan Louisa terus saja mengejar Jeffrey.

"Jeffrey aku ke sini untuk memuaskanmu."

"Tapi sayangnya aku tidak lagi terangsang oleh tubuh bekasmu." Dia menatap ke arah Gyros yang baru saja keluar dari kamarnya, "urus wanita itu, aku tidak ingin melihatnya lagi, dan hukum penjaga di luar yang telah membiarkan wanita ini masuk dengan bebas." Perintahnya.

"Baik."

Jakarta - Scotland EdinburghTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang