Dia cocok jadi Gyros, apalagi lihat tubuhnya sekarang
"Taeyong kau sedang apa?" Jeffrey masuk ke dalam kamar dan meluhat Taeyong yang tengah melakukan sesuatu, dia mendekatinya.
"Merajut untuk mengusir kebosanan." Balas Taeyong dengan tenang.
Jeffrey yang mendengar nada suara Taeyong yang biasa saja mengernyit bingung, dia menangkup kedua pipi Taeyong dan menatap kedua mata Taeyong dengan seksama "kau kenapa?"
Taeyong menatap Jeffrey bingung "aku kenapa?"
"Tidak." Taeyong kembali melanjutkan acara merajutnya, dia bersandar dengan nyaman pada kepala ranjang.
Sedangkan Jeffrey hanya terdiam berdiri menatap kegiatan Taeyong, matanya mengarah pada salah satu kaki Taeyong yang ia rantai, tangannya terulur untuk mengusapnya dengan lembut, terlihat ruam kemerahan "rantai ini membuatmu kesakitan." Jeffrey melangkah ke arah salah satu lemari miliknya yang hanya bisa terbuka dengan sidik jari miliknya, dia mengeluarkan kunci yang ia letakkan begitu saja pada lemari tersebut, dia mendekat ke arah Taeyong dan melepas rantai tersebut, "kau sudah bebas, sekarang kau bisa keluar dari kamar ini tapi tidak bisa keluar dari rumah ini."
Taeyong mengusap rambutnya "aku juga tak berniat keluar dari rumah ini, di sini aku hidup, satu langkah keluar mungkin aku menjadi makanan hewan liar."
Jeffrey tersenyum kecil, dia naik ke atas ranjang dan berbaring dengan kepala yang berbantal pada Taeyong, lagi-lagi dia merasa bingung dengan perubahan Taeyong yang begitu cepat, biasanya jika melakukan pendekatakn sedikit saja atau dia berusaha memeluk Taeyong, dia perlu mengancam terlebih dahulu atau jika tidak wajahnya akan berubah kesal dengan mata yang membulat, rasa anehnya bertambah saat dia merasakan usapan lembut pada rambutnya "jujur saja padaku kau kenapa Taeyong? Ada yang kau inginkan?"
Taeyong menggeleng lagi "memangnya aku kenapa? Apa ada yang aneh?" Bingungnya, dia mengikat rajutan terakhirnya dan menunjukkannya pada Jeffrey, "lihat ini, aku membuatkan mu syal." Ujarnya dengan senang, "baguskan?" Tanyanya.
"Tunggu sebentar." Jeffrey berdiri dan berlari keluar kamar dengan terburu-buru menuju lantai bawah, "GARA? GYROS?!!" Teriaknya.
Kedua orang yang ia panggil itu datang dengan terpogoh-pogoh "ya tuan?" Ucap mereka serempak.
"Pukul aku!"
"Hah?!" Reaksi mereka kembali sama, menatap Jeffrey dengan bingung.
"Cepat lakukan." Desaknya.
Gyros maju dan sekarang berdiri tepat di depan Jeffrey "dari pada memukul lebih baik aku mencubit Tuan Jeffrey saja." Ujarnya.
"Ya, lakukan segera AARGH!" Ujarnya dan di akhiri dengan teriakan kesakitan.
Gara yang mendengarnya sontak meringis dengan memegang pipinya seolah merasakan bagaimana sakitnya Jeffrey yang saat ini di cubit pada pipinya.
"Bos kenapa? Kenapa bertingkah aneh? Tapi tak ayal aku bisa menyentuh pipi bos seperti ini, pipi bos lucu sekali sangat lembut." Senang Gyros, keinginannya yang sejak dulu ia impikan sekarang bisa ia lakukan, mencubit pipi bosnya.
Gara menyentuh tangan Gyros dan menariknya "Gyros sudah, kau akan membuat Jeffrey mati jika terus mencubitnya seperti itu." Wajah Jeffrey telah berubah berwarna merah.
Gyros langsung melepas cubitannya, senyuman lebar tercipta pada bibirnya setelah berhasil mencubit pipi Jeffrey "apa kurang? Aku bisa mencubitnya hingga besok."
"Jika kau mencubitnya sampai besok, pipi Jeffrey akan membesar bodoh." Tanggap Gara.
Tak menghiraukan mereka berdua, Jeffrey kembali berlari ke arah kamarnya dan berbaring seperti semula pada paha Taeyong. Sedangkan Taeyong sangat terkejut saat melihat wajah Jeffrey yang memerah dan sedikit membiru pada pipinya, dia dengan lembut mengusap lebam itu "kau kenapa?"
"Di cubit Gyros."
"Sshh aku merasakannya walaupun aku belum pernah di cubit olehnya." Ibu jarinya terus saja mengusap pipi Jeffrey, "lalu bagaimana dengan syalnya? Kau belum melihatnya." Tangannya meraih syal yang ia buat laku mengalungkannya pada leher Jeffrey, syal yang ia buat dalam beberapa jam saja karena tangannya telah terampil membuatnya, syal tersebut hanya memiliki satu warna yaitu putih, gaya syal tersebut juga biasa saja, memanjang tanpa ada hiasan sedikitpun, tapi bagi Jeffrey itu adalah barang termahal yang ia punya.
Tangan Jeffrey menyentuh syal tersebut dan meremasnya dengan pelan "ini bagus dan lembut saat di gunakan, kau dapat dari mana?"
"Gara yang memberikannya, dia bilang ini di beri oleh seseorang tapi karena Gara tidak tau caranya jadi dia memberikannya padaku." Jawabnya, "tentang latihanmu bagaimana? Kau menghabiskan waktu untuk latihan hingga kau pulang malam."
"Bukan hanya aku yang berlatih tapi aku melatih anak buahku sendiri, aku harus melatih mereka di malam hari agar penglihatan mereka tajam." Mata Jeffrey terpejam menikmati usapan lembut pada rambutnya, "besok aku akan pergi bekerja, kau di sini bersama Gyros terlebih dahulu, kau bisa berkelilingi mansion, tapi jangan pernah berani keluar dari kawasan rumah."
"Aku tidak akan melakukannya Jeffrey, kau tenang saja."
Mengebut dalam satu hari, mau ini cepat selesai, tinggal dikit lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta - Scotland Edinburgh
FanficShort story Lee Taeyong yang begitu senang karena telah lulus dari kedokteran forensik dan dia juga telah bekerja di salah satu rumah sakit namun memilih untuk kembali menimba ilmu hingga ke beberapa negara dan hingga dia tiba di negara Indonesia...