16 menyala 🔥

63 9 6
                                    


Jeffrey saat ini tiba pada hutan yang penuh dengan pepohonan dan bebatuan besar, dia terus melangkah tanpa ragu ke dalam hutan "sebentar lagi akan ada pertunjukan menarik."

Gara dan beberapa anak buahnya telah menunggu Jeffrey, kini mereka berdiri tepat di depan sebuah rumah tinggi yang berwarna merah itu "aku lupa jika memiliki musuh dia, seingatku kami jarang berbincang dan melakukan transaksipun tak pernah." Ujar Jeffrey.

"Tuan ini masalah cinta, tuan william menyukai Louisa tapi perempuan itu menolak mengatakan jika menginginkan anda."

"Tcih, dia memperebutkan seorang wanita panggilan, tapi aku malas menjelaskan jika aku tidak menyukai wanita itu." Helikopter melintas di atas mereka, melihat bagaimana helikopter itu yang menyiram rumah itu dengan bahan bakar pada seluruh rumah itu. Jeffrey tersenyum miring melihatnya, dia melipat kedua tangannya di depan dadanya, "apa Gyros telah menemukan targetnya?" Tanyanya.

"Gyros telah memilihnya tuan, dia juga telah membawanya ke mansion untuk mengetahui kelihaiannya dalam memoles." Gumam Gara.

Jeffrey mengeluarkan satu puntung rokok dan Gara langsung membakar ujung rokok tersebut, kesan angkuh, berwibawa dan menyeramkan Jeffrey berkali lipat saat menghisap rokok tersebut. Dia melangkah hingga dia tiba pada genangan bahan bakar "aku membakar semuanya karena dia berani mengusik Taeyong." Ujarnya sebelum dia melemparkan puntung rokok yang masih terbakar itu pada genangan bahan bakar.

Jeffrey berbalik badan dan tepat saat itu kobaran api langsung terlihat, membakar habis semuanya dengan cepat, letaknya yang berada di tengah hutan membuat api semakin besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeffrey berbalik badan dan tepat saat itu kobaran api langsung terlihat, membakar habis semuanya dengan cepat, letaknya yang berada di tengah hutan membuat api semakin besar.

Jeffrey berhenti pada tempat semula "bukankah ini pemandangan yang bagus-Taeyong?" Dia berdiri tepat di depan batu yang besar di mana Taeyong tengah bersembunyi, "harusnya kau tertidur saja agar tidak melihat ini hingga membuatmu menangis."

Taeyong yang memang dari awal menontonnya di balik batu berusaha menahan tangisnya, merasa terbohongi selama ini, dia menganggap Jeffrey adalah orang yang baik namun ternyata sebaliknya. Dia mendongakkan kepalanya saat Jeffrey berdiri menjulang di depannya.

Jeffrey yang melihat Taeyong ketakutan hanya menghela nafasnya, dia menekuk lututnya dan mengapit dagu Taeyong "Jeffrey, maafkan aku, aku tidak akan melaporkannya dan aku akan pergi dari Edinburgh." Ujarnya, di saat nyawanya merasa terancam dia tidak akan berpikir ulang untuk memilih, dia lebih sayang nyawa dia sendiri.

Jeffrey terkekeh, menggerakkan wajah Taeyong ke kanan dan kiri "apa kau pikir aku akan melepasmu begitu saja Lee Taeyong." Ujarnya dengan penekanan pada saat menyebut nama Taeyong, "aku telah mendapatkan ikan segar tanpa perlu memberikan umpan, kesempatan emas jangan di sia-siakan."

Walaupun merasa terancam Taeyong berani menepis tangan Jeffrey, dia berusaha lari dengan sekuat tenaga menjauhi Jeffrey. Sedangkan Jeffrey hanya menatap Taeyong yang berlari.

"Tu-"

"Kepung hutang ini jangan biarkan Lee Taeyong lolos."

"Baik tuan."

"Mau berlari ke ujung dunia sekalipun kau akan kembali aku tangkap Taeyong." Gumamnya.

Jeffrey bersandar pada bebatuan besar itu, tangannya terlipat di depan dada dengan mata yang tertutup. Jeffrey rasa baru saja Taeyong berlari tapi kini dia melihat Taeyong yang berteriak dan di paksa berhadapan dengan dirinya "we meet again Taeyong." Ujarnya dengan tenang namun dalam pendengaran Taeyong ujaran Jeffrey seolah mengejeknya.

"Jeffrey lepaskan aku atau aku akan melaporkanmu pada polisi."

Wajah Jeffrey di buat seolah-olah dia ketakutan "aku takut Taeyong." Ujarnya sebelum dia tertawa dengan keras, "hahaha kau mau melaporkanku tentang apa?"

"Pembunuhan dan penculikan."

Jeffrey mengusap dagunya dengan mata yang menatap ke arah kanan seolah berpikir "jika penculikan mungkin mereka akan percaya karena kau berada di sini, tapi jika pembunuhan apa kau memiliki buktinya? Kau bahkan tidak bisa mencari kebenaran siapa yang telah membunuh para korban itu."

Langkah Jeffrey mendekat hingga berdiri di depan Taeyong, dia mengusap wajah Taeyong dengan tangannya "lagipula sayang, walaupun kau berbicara dengan keras mereka tidak akan mempercayaimu." Dia mengecup dahi Taeyong sekilas, "maafkan aku." Ujarnya sebelum dia menempelkan kain pada hidung Taeyong yang telah di berikan obat bius itu, tak lama pandangan Taeyong mengabur hingga terjatuh pada pelukan Jeffrey.

Jakarta - Scotland EdinburghTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang