Kabin tersebut sunyi dan Taeyong telah terbuai dengan keindahan malam yang disajikan oleh jendela pesawat, dia benar-benar tidak melihat sekitar, bagaimana dirinya yang kelilingi oleh pria berjas hitam.
"Tuan bisa kau pindah? Bos kami tidak suka jika duduk dengan orang lain." Sebuah ucapan membuat Taeyong menoleh dan mengernyit bingung, apa ia menaiki kelas ekslusif? Kenapa para penumpang menggunakan jas seolah seorang petinggi kantoran dengan fashion mahal.
"Maaf, tapi aku yang terlebih dahulu duduk di sini." Dia tidak akan pindah, tempatnya saat ini adalah yang ternyaman, karena dirinya berada tepat di samping kaca.
"Tapi tuan bo–"
"Tidak perlu."
Taeyong berjengit kaget, sejak kapan ada seorang pria duduk di sampingnya, apa dia terlalu terbuai dengan keindahan hingga tidak mengindahkan sekitar "maaf tuan, aku tidak bisa pindah karena aku suka melihat pemandangan dari jendela ini, aku sarankan jika tuan ingin duduk sendiri tuan bisa menggunakan pesawat pribadi." Ujarnya dengan sedikit kesal, datang ke negara impiannya sudah di sambut dengan orang yang aneh, seolah berkuasa padahal dirinya tidak mengenalnya, apa dia seorang petinggi? Mungkin saja, tapi apa pedulinya?.
Taeyong kembali fokus dengan pemandangan malam tidak peduli jika pria di sampingnya sesekali melirik ke arahnya.
"Berapa hargamu?"
Plak!
Dengan cepat Taeyong menampar pria tersebut "apa karena aku tidak mau pindah kau bisa mengatakan hal yang tidak sopan seperti itu?"
Serentak para bawahan dari pria tersebut berdiri hendak menarik Taeyong pergi, namun pria tersebut mengangkat tangan kirinya meminta semuanya untuk kembali duduk.
Taeyong masih menatap pria tersebut dengan nyalang, sedangkan pria tersebut menurunkan tangan kanannya yang terdapat ponsel dan tersambung telpon, tanpa berucap Taeyong tau jika dirinya salah paham membuat dirinya menelan ludah dengan susah payah.
Tanpa perkataan maaf Taeyong kenbali duduk dengan tatapan yang terus menatap ke arah jendela, mau meminta maaf lidahnya saja kelu sulit untuk digerakkan.
"Kau tidak ingin meminta maaf kecil?" Suara husky dan berat itu menyapa pendengaran Taeyong.
Seharusnya Taeyong merasa bersalah dan perasaan ingin meminta maaf itu ada, namun panggilan orang itu kembali membuatnya meradang dan langsung menatap dengan kesal "dengar tuan, aku tinggi dan kau tidak sopan memanggilku kecil, aku minta maaf atas kesalahanku tadi tapi panggilanmu itu juga salah, kau harus meminta maaf padaku, lagi pula setinggi apa dirimu hah?!" Taeyong berdiri dengan kedua tangan yang berada di pinggang, lagi-lagi para bawahan itu hendak berdiri namun tertahan oleh atasannya.
Pria itu berdiri secara perlahan dan mengahadap ke arah Taeyong, tinggi pria itu membuat Taeyong bungkam, tinggi dirinya hanya sampai pada dadanya hingga membuat dia mendongak untuk melihat wajahnya "apa aku pendek kecil?"
Taeyong berdeham pelan dan berusaha mengalihksn tatapan, sial saat dirinya menatap langsung ke arah matanya membuat kakinya melemas, hitam legam membuat mata itu seolah elang yang siap menyergap.
"Kenapa kau diam kecil?" Ujarnya lagi.
"Maaf, tapi kau juga salah dan berhenti memanggilku kecil."
"Lalu? Aku harus memanggilmu apa?"
"Taeyong, aku Lee Taeyong." Dia mengulurkan tangannya, dari ia yang ingin memarahi pria di depannya itu berganti menjadi perkenalan.
Pria itu mengangguk paham dan menyambut tangan kecil tersebut dan menggenggamnya "Jeffrey."
Sedikit sedikit asal ada aja ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta - Scotland Edinburgh
FanficShort story Lee Taeyong yang begitu senang karena telah lulus dari kedokteran forensik dan dia juga telah bekerja di salah satu rumah sakit namun memilih untuk kembali menimba ilmu hingga ke beberapa negara dan hingga dia tiba di negara Indonesia...