14 tato

49 7 0
                                    


Setelah Jeffrey berada di depan apartemen Taeyong, dia mengacak rambutnya dan sedikit membuat pakaiannya lusuh, dia mengetuk ointu apartemen Taeyong dengan cepat.

Tok...tok... Tok...

Taeyong yang baru saja datang dari rumah sakit langsung saja membuka pintu, melihat Jeffrey yang tengah berdiri, betapa terkejutnya dua saat melihat penampilan Jeffrey yang jauh dari kata baik "astaga apa yang terhadi padamu?" Ujarnya khawatir, dia menarik tangan Jeffrey untuk masuk dan membawanya menuju ruang tamu, "aku akan mengambil alkohol dulu."

Mata Jeffrey membulat, tidak bisa, lipstiknya akan luntur jika di oles oleh alkohol, dia menahan tangan Taeyong yang hendak bangun "tidak Taeyong."

"Kenapa? Banyak luka pada tubuhmu, jika tidak di obati bagaimana jika terjadi infeksi nantinya."

"Aku sudah mengobati lukaku saat di mobil, jadi tidak perlu khawatir karena aku membutuhkan bantuanmu yang lain."

"Apa itu?" Taeyong menatap penasaran ke arah Jeffrey.

"Aku terlilit hutang, rentenir itu mengejarku dan mengambil rumahku dan tidak akan dikembalikan sebelum aku membayarnya, soal apartemen ini mereka tidak tau jika aku memiliki apartemen ini jadi hanya ini satu-satunya yang bisa aku tinggali saat ini, apa kau tidak keberatan? Ah kalau kau keberatan aku akan mencari tempat tinggal lain."

"Jeffrey kau bisa bernafas dulu, bicaramu terlalu cepat, aku tidak keberatan jika kau tinggal di sini karena apartemen ini adalah milikmu, jadi kita bisa tinggal berdua, dan masalah hutang itu aku akan membantumu melunasinya." Taeyong menepuk bahu Jeffrey beberapa kali, "kebetulan kau datang pada saat makan malam seperti ini, aku akan memasak."

"Bagaimana jika aku saja yang masak? Kau pasti lelah karena baru saja datang bekerja dan anggap saja sebagai permintaan maafku karena tinggal di sini."

"Tidak perlu Jeffrey, biar aku saja."

"Sekali saja Taeyong, biarkan aku masak, tapi sebelum itu kau bersihkan saja dulu tubuhmu."

Taeyong mengangguk lemah, dia melangkah menuju kamar untuk membersihkan tubuhnya, jika menolak pasti Jeffrey akan memaksanya juga, jadi biarkanlah pria itu memasak makanan apa yang ia mau.

Sedangkan Jeffrey melangkah pada dapur, dia hanya membuat omlete dan sandwich, dia juga membakar daging sapi sebagai menu makanan berat. Selama memasak Jeffrey melepas bajunya, panas yang di hasilkan dari acara dia memasak membuatnya berkeringat dan ac tidak berfungsi sedikitpun untuk membuat tubuhnya dingin.

Taeyong baru saja selesai membersihkan tubuhnya, dia melangkah keluar dari kamar dan menuju dapur, sampai di sana dia melihat Jeffrey yang tengah telanjang pada tubuh atasnya, dia tidak terpana pada punggung Jeffrey tapi dia tertarik pada tatonya ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong baru saja selesai membersihkan tubuhnya, dia melangkah keluar dari kamar dan menuju dapur, sampai di sana dia melihat Jeffrey yang tengah telanjang pada tubuh atasnya, dia tidak terpana pada punggung Jeffrey tapi dia tertarik pada tatonya "tatomu bagus." Celetuknya.

Jeffrey berbalik dengan mengangkat sumpit yang ia gunakan memasak "benarkah?"

Taeyong mengangguk "hm, naga yang terlihat menyeramkan."

Jeffrey mengangguk, dia kembali melanjutkan memasaknya dan Taeyong yang terus saja menatap ke arah punggung Jeffrey "jika kau suka kau bisa menyentuhnya." Tanggap Jeffrey, sejak tadi dia melihat Taeyong yang tengah menatap ke arah punggungnya dari pantulan pintu kulkas.

Tak menyia-nyiakannya, Taeyong benar-benar mendekat dan menyentuh lekukan naga itu dengan jari telunjuknya, sedangkan Jeffrey tak bereaksi akan hal itu, dia lebih fokus menyelesaikan masakannya.

"Emm Jeffrey." Panggilnya.

"Ya Taeyong?"

"Apa aku yang salah atau memang di bawah naga ini ada sebuah mawar besar?"

"Kau tak salah, di bawah naga memang terdapat mawar,aku membuat tato ini karena teringat sesoerang yang aku suka, dia menyukai mawar maka dari itu aku meletakkannya di bawah naga karena aku ingin meratukannya dan melindunginya selalu." Jawabnya, dia telah selesai memasak, membawa semua hidangan pada ruang makan dan meletakkannya di atas meja makan, "mari makan Taeyong."

Taeyong duduk dan mulai memakan daging yang Jeffrey panggang itu "lalu dia kemana? Kenapa aku tak pernah melihatnya?"

Jeffrey terkekeh "kau harus menjaga rahasia ya?" Kalakarnya.

"Hum aku akan."

"Baik, dulu saat aku kecil aku punya teman yang aku bilang mawar itu, lalu kami sering bermain dan aku menyukainya, tapi tak mungkin aku mengungkapkannya kan Taeyong? karena umur kami terbilang kecil, aku hanya berharap kita akan selalu bersama tapi bagaimana lagi jika aku harus pergi dari kehidupannya karena suatu masalah."Jeffrey menyuapi sandwich tersebut, "aku terpisah dan aku merasa tak ada pilihan lain selain menyimpannya dalam hati, dan aku berjanji jika waktunya tiba aku akan mencarinya, tapi keajaiban tiba Taeyong, dia datang sendiri padaku, bertingkah mengesalkan dan bahkan memukulku di kali pertama bertemu."

"A-ah dia memukulmu di kali pertama." Gugup Taeyong, dia juga teringat dirinya yang menampar Jaehyun di dalam pesawat, "lalu karena dia telah kau temukan apa kau tidak mengungkapkannya?"

Jeffrey menggeleng pelan "belum dan aku tak berani mengatakannya, aku hanya takut saat aku mengungkapkan perasaan dia malah kabur, atau paling menyeramkannya dia akan membunuhku."

"Pikiranmu terlalu jauh Jeff."

Jakarta - Scotland EdinburghTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang