30 - Why Do We Fall?

33 0 0
                                    

Selepas Ayu pulang, malam itu Guntur kembali menyendiri di kosan. Gemuruh suara hujan terdengar dari luar, memberikan ketukan-ketukan irama teratur ketika jatuh di atas genting. Akhirnya setelah berbulan-bulan jalanan Jakarta kembali basah. Guntur sangat suka sekali dengan hujan. Kadang momen itu dia gunakan untuk membaca atau menulis, tapi hujan kali ini memicunya untuk tenggelam dalam kenangan.

Merenungkan kembali perjalanannya sejauh ini. Tentang perjuangan hidupnya, pencarian cinta sejatinya, juga bagaimana nasibnya kedepan. Gagal dua kali dalam urusan asmara membuatnya kembali ingin menyendiri, membuatnya kembali tidak percaya dengan cinta.

Dia mulai merindukan  suasana Kota Bandung. Tidak seperti Jakarta, baginya Bandung memiliki banyak tempat untuk pelarian. Meski Jakarta menawarkan banyak hiburan, namun itu tak cukup membuatnya merasa "hidup" sebagaimana yang dia idamkan.

Hanya kebisingan dan deru mesin kendaraan yang setiap hari dia dengar. Juga perebutan kekuasaan, ketimpangan dan ketatnya persaingan yang sering dia saksikan. Kota ini terlalu sibuk pikirnya. 

Mungkin Nia benar, ada saat-saat dimana seseorang perlu mengambil jarak untuk mendapat ketenangan. Nia sudah melakukannya meski harus mengorbankan perasaannya sendiri. Nia sudah melakukannya tanpa peduli akan ada hati yang merasa diacuhkan, ditinggalkan.

Satu-satunya cara untuk mengakhiri kesedihan dan patah hatinya adalah dengan melakukan hal yang sama. Itu adalah cara yang paling adil dan menguntungkan, ketimbang terus menaruh harap dan terus melakukan penghakiman, menyalahkan keadaan dan menyesali keputusan.

Hanya satu hal yang selalu dia ingat ketika sedang dalam keadaan terpuruk. Sebuah pesan bijak yang dia temukan dalam film, yang diucapkan oleh seorang ayah pada putra kecilnya, "Why do we fall? So we can learn to pick ourselves up." Yang kerapkali mampu menjadi mantra ajaib untuk memunculkan kembali semangat dalam dirinya.

Sambil mendengarkan chil lo-fi music yang diputar melalui eraphone, Guntur membuka galeri ponselnya. Itu adalah cara termudah untuk mengobati rasa rindunya pada suasana kampung halamannya. Dia melihat-lihat kembali foto-foto pemandangan Orchid Forest, melihat warna-warni bunga di Rainbow Garden, juga beberapa pemandangan alam di sekitar yang pernah dia potret menggunakan ponselnya.

Semakin dia tenggelam dalam koleksi foto-foto itu, semakin dia ingin segera pulang dan menghirup kembali udara segar kota Bandung. Masih tersisa satu bulan lagi sebelum kontrak kerjanya berkahir. Namun keputusan ada di tangannya, apakah dia inging melanjutkan dua tahun lagi sehingga berhak menjadi karyawan tetap, atau tidak melanjutkannya sama sekali.

Keadaan itu rupanya memunculkan kebimbangan dalam dirinya. Mana yang harus dipilih? Tetap menetap di Jakarta? Atau pulang ke kampung halaman? Setidaknya masih ada waktu satu bulan lagi bagi dia untuk mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan.

Hujan sudah reda, dan playlist lagu satu jam yang dia putar pun sudah habis sehingga musik itu berhenti. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, sudah waktunya bagi Guntur untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk kembali bekerja besok.

Baru saja hendak memejamkan mata, notifikasi ponselnya berbunyi. Dia lupa tidak segera mematikan data internet sehingga notifikasi itu mengganggu waktu istirahatnya. Ada chat masuk dari Ayu. 

"Gimana Bang, udah mendingan sakitnya?" tulis Ayu.

"Udah kok, Yu, tinggal pusingnya aja dikit, kayaknya besok juga udah bisa kerja lagi," balas Guntur.

"Alhamdulillah seneng aku dengernya. Hmmm, aku boleh nebeng lagi nggak? Kalau besok Abang masuk kerja, hehehe."

Sejujurnya Guntur keberatan dengan permintaannya itu, sehingga dia tidak buru-buru membalas dan mengiyakan. Namun hatinya seakan tak kuasa menolak karena kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan oleh wanita itu padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GunturTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang