Bab 5: Xenon Maverick

3.4K 365 31
                                    

Semoga kalian akan suka yaaa sama bab ini...

🦋🦋🦋

Satu tangan memegang pisau berkilat tajam, dan satu tangan lagi terangkat di hadapan wajahnya. Yeva duduk bersimpuh dengan rambut berantakan dan wajah dipenuhi rasa pilu. Matanya nanar, menatap antara tajamnya pisau dan tangannya yang lain.

Saat itu pintu apartemen terbuka dan suara langkah kaki terdengar, bersama dengan sebuah hentakan di tangannya yang menghempaskan pisau di tangannya ke lantai.

"Apa kau gila?" Sebuah teriakan nyaring terdengar, nyaris menulikan Yeva.

"Kau yang gila," balas Yeva seraya berbalik, dengan mata memerah dan air mata mengalir. Dia menatap seorang wanita yang berdiri di sampingnya.

"Yeva ..." Wanita itu berlutut di sampingnya, kemudian memeluk Yeva. "Seberat apa pun hidupmu, kau harus bangkit! Tidak boleh mengakhiri hidup begitu saja. Setidaknya sebelum bunuh diri kau harus balas dendam."

Yeva mengusap air matanya, memandang sahabatnya dengan kerutan di dahi. "Siapa yang mau bunuh diri?"

Wanita itu menatap Yeva dengan sedih. "Kau," jawabnya. "Kau baru saja akan bunuh diri, kan?"

Yeva memutar bola matanya sambil menunjukkan sebuah kartu tipis di tangannya. "Aku mau mematahkan kartu kredit sialan ini! Gara-gara kartu sialan ini, aku sekarang terlilit tagihan! Aku menggunakan kartu ini bersama Lima, dan Liam si brengsek itu sering menggunakannya. Sekarang setelah aku pergi, aku yang harus membayar tagihannya karena kartu ini atas namaku." Dengan wajah hampa, Yeva kembali menangis. "Jika kartu ini patah, aku tidak akan bisa lagi menggunakannya. Aku pergi dari apartemen Liam, dan tidak punya tabungan lagi."

Sambil menumpahkan keluh kesahnya, Yeva memeluk lututnya sendiri setelah membuang sebuah kartu kredit dari tangannya.

Roxa memandang Yeva dengan simpati. "Meski itu patah, tagihan tidak akan berhenti."

Yeva juga tahu tentang hal ini. Dalam kemurungannya seolah dunia telah mengkhianatinya, Yeva memeluk lututnya dengan wajah hampa. "Roxa, semalam aku tidur dengan pria lain."

"Apa?!" Suara nyaring Roxa membuat Yeva memejamkan matanya. Dia menatap Yeva dengan mata yang nyaris melompat keluar. "Kenapa kau ceroboh sekali? Pantas saja semalam kau tidak kembali. Siapa pria itu?"

Dengan tak berdaya Yeva menggeleng. "Tidak tahu."

"Memangnya kau tidak tanya siapa namanya sebelum bercinta?"

Dengan wajah semakin tak berdaya Yeva kembali menggeleng sambil menghela napas. "Aku bahkan jauh lebih tidak tahu, bagaimana rasanya tidur dengan pria itu! Aku benar-benar mabuk dan tidak tahu apa pun."

Dengan wajah ngeri, Roxa memandang sahabatnya. "Bagaimana kalau itu pria tua cabul?"

Yeva kembali menggeleng, mengambil sebuah paper bag dan menunjukannya pada Roxa. "Aku sepertinya memuntahi pakaian pria itu, dan dia meninggalkan catatan agar aku membawanya ke laundry. Lihat ukurannya."

Roxa mengeluarkan pakaian pria yang sudah bersih dan wangi, kemudian melihat ukurannya dengan seksama. Celana yang sepertinya dikenakan oleh pria bertungkai jenjang, kemeja yang besar tapi tidak dipakai oleh kakek-kakek. Jas juga terlihat seperti dikenakan oleh pria yang memiliki tubuh dengan proporsi bagus dan memiliki otot serta perut dan pinggang ramping, tidak tua dan tidak muda.

Saat Roxa melihat label yang terdapat di pakaian itu, dia nyaris melemparnya karena terkejut. "Kau tahu harga jas itu?"

"Tidak tahu, yang kutahu itu mahal."

"Memang. Jas ini saja bernilai $8000."

Yeva yang sedang menatap jas itu pun beralih menatap wajah Roxa dengan mata mengerjap. "Apa menurutmu pria yang tidur denganku semalam adalah pria kaya?"

Who's the Cheater?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang