Bab 16: Undangan ke Kamarmu

2K 293 43
                                    

Yeva kambeeeekkk...

Semoga kalian suka yaaaa...


🍕🍕🍕


Yeva menghela napas lega begitu Sophia pergi. dia menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, dan semua hidangan sudah tersaji penuh di meja. Selagi para pengusaha kalangan atas itu makan malam, Yeva memutuskan untuk bersitirahat sejenak.

"Nona Stavros, bisakah Anda mengantarkan ini?" Seorang pelayan datang dengan nampan berisi hidangan dagi yang dia masak. Sebelum Yeva bertanya, pelayan itu meneruskan, "Nyonya Maverick yang memintanya."

Yeva nyaris terhenyak mendengarnya, tak menyangka nenek tua itu memintanya langsung! Dengan senenag hati Yeva mengambil nampannya, dan berjalan ke meja panjang di mana para kaum borjuis berjejer untuk makan malam sambil tertawa dengan nada berbunyi 'uang, uang, uang'.

Yeva berjalan dengan percaya diri ke arah meja panjang, berdiri di dekat Nyonya Maverick dan menyajikan dua piring berisi hidangan daging dengan profesional dan terlatih. Dia menyadari bahwa sejak tadi Xenon terus mengawasinya, dengan wajahnya yang tanpa ekspresi tapi pandangannya terus mengikuti Yeva.

"Ini adalah kokinya." Nyonya Maverick mulai berbicara.

"Terima kasih, Nyonya," balas Yeva dengan kepala menunduk sopan sambil memegang nampan di depan.

Saat itu Yeva mengangkat pandangannya, yang langsung bertemu pandang dengan Xenon, dan satu pria yang lebih muda duduk di sampingnya. Saat itu juga Jason Maverick memandangnya dengan sedikit penasaran. Yeva merasa ingin segera pergi, dipandang oleh tiga pria dari generasi yang berbeda.

Akan tetapi kehadiran Yeva kembali tenggelam seketika, seolah dia hanya nyamuk yang melintas dan tak penting diantara orang-orang ini. Obrolan mereka tentang masakan Yeva hanya sekilas saja, tidak begitu penting.



🍕🍕🍕



Tepat pukul sepuluh malam, pekerjaan Yeva selesai dan dia akan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Para koki lainnya pun sudah kembali ke kamar mereka, karena makan malam telah selesai, hidangan makanan berat pun selesai dibuat semuanya. Kini hanya tersisa para pelayan yang masih mondar-mandir melayani para orang kaya itu.

Yeva melepaskan topi kokinya hingga rambut panjangnya terurai, dan menampakkan warna rambutnya yang pirang-kotor alami di bawah lampu. Ketika berjalan di koridor, seseorang mendekatinya.

"Halo," sapa seorang pria dengan suara berat.

Yeva mendongak, menatap pria di depannya dengan senyum kecil. Pria itu tampan, bertubuh tinggi dan juga seksi. Wajahnya sedikit memiliki kemiripan dengan Xenon, tapi versi yang lebih muda lagi. Yeva menebak, pria ini pastilah adiknya Xenon.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Yeva.

"Tidak. Aku hanya terkesan dengan masakanmu, rasanya sangat enak."

Yeva tersenyum malu-malu, merasa hatinya berbunga-bunga mendengar seseorang memuji masakannya. "Terima kasih, saya sangat senang mendengarnya."

Pria itu menatap wajah Yeva, kemudian melirik rambutnya. Ada senyum penuh arti di wajahnya, yang terlihat menawan. "Aku belum pernah melihatmu di rumah orang tuaku."

"Saya tidak bekerja di sana," jawab Yeva masih dengan sopan.

Seorang pelayan mendatangi mereka, dan berbicara, "Tuan Xierro, Nyonya memanggil Anda."

Pria bernama Xierro itu mengangguk kecil kemudian pergi melewati Yeva. Setelah hanya seorang diri di koridor sepi itu, Yeva berbalik memandang punggung Xierro yang menjauh. Dia menyentuh wajahnya sendiri, kemudian memasang wajah tak percaya.

"Adiknya Xenon juga tampan," bisik Yeva dengan senyum yang mulai terkembang. "Apakah aku juga harus menguntitnya? Jadi sekarang, apa aku harus jadi bibi, nenek tiri atau Ibu tirinya Alexa?"

Saat ini berbagai macam pikiran gila hingga di kepala Yeva, dia nyaris tertawa sambil berteriak seorang diri. Namun sosok Xenon melintas di depannya memasuki bangunan penginapan. Yeva yang melihatnya hanya mengerutkan dahi, kemudian mulai mengambil langkah dan berjalan di belakangnya.

Di lantai satu hanya ada beberapa pelayan yang sedang membereskan sesuatu. Xenon menaiki tangga ke lantai dua, dan Yeva masih mengikutinya. Di lorong lantai dua hanya ada beberapa orang tamu yang baru masuk, bahkan dia tak sengaja bertemu dengan wanita muda yang baru saja membuka pintu dengan rambut berantakan dan noda merah di lehernya. Yeva tak peduli.

Dia masih mengikuti Xenon naik ke lantai tiga, dan di ujung tangga berhenti ketika sosok Xenon tak lagi terlihat. Lantai tiga lebih sepi, tak ada siapa pun lagi selain kesunyian dengan lampu temaram di lorong.

Dengan dahi berkerut Yeva bergumam, "Ke mana dia pergi?"

Tiba-tiba seseorang menarik tangannya dari samping, hingga membuatnya nyaris tersandung dan jatuh dari tangga. Sebuah tangan besar menahan pinggulnya, dan Yeva menahan napas sejenak sambil menghirup aroma maskulin yang sudah dia hapal.

"Jangan berhenti." Suara berat Xenon menyapa pendengar Yeva.

Saat itu Xenon sudah melepaskan tubuhnya dan berjalan di antara lorong menuju kamarnya, dan Yeva di belakang tentu saja mengikutinya. Xenon berhenti di tengah lorong, membuka satu pintu dan Yeva masih mengikutinya. Pintu itu tidak ditutup, sehingga Yeva bisa memasukinya. Sebelum dia memutuskan untuk masuk, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya.

Terdengar suara Xenon berdecak dari dalam, diikuti oleh tangannya yang terjulur keluar untuk meraih tangan Yeva, menariknya ke kamarnya kemudian pintu tertutup.

"Saya hanya memastikan tak ada yang melihat, Ahh ..."


🍕🍕🍕


Yeva masih punya banyak pilihan kalo gak bisa dapetin Xenon, ada adik dan bapaknya. 🤣🤣

Efek balas dendam, godain Kakek-kakek pun dia jabanin. 🤣

Who's the Cheater?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang