Kriiett
Suara pintu terbuka membuat gadis diatas brankar itu menoleh, segerombolan siswa datang kepadanya membuatnya bingung.
"ngapain lo pada?" Tanyanya bingung
Mereka membelah dan menunjukkan gadis kecil bersembunyi dibalik tubuh besar Aresh, Seyya menatap mereka dengan raut kebingungan.
Asyila menunduk, dia memilin ujung bajunya dan menahan isakan yang hampir keluar. Dengan ragu dia melangkahkan kakinya menghampiri sisi brankar milik Seyya.
"Kak Seyya makasih tadi udah bantuin Syila ya, kalo aja ka Seyya ga bantuin Syila pasti di bully lagi hiks... sama kak Rindu.."
Syila kembali menangis membuat Seyya heran namun dia tetap mengangguk dan mengusap pundak Syila
"iya gapapa, santai aja emang dia tuh perlu dikasih pelajaran sesekali" ujarnya tenang.
Syila mendongakkan kepalanya ragu ragu guna menatap Seyya, bibirnya kembali bergetar dan tubuhnya refleks memeluk kencang tubuh Seyya.
"makasihh hiks.. kak Seyya baik banget sama Syila.. hiks.." Seyya meringis saat luka ditangannya tergencet oleh pelukan erat Syila
"awshh!" ringisan Seyya membuat Asyila buru buru melepaskan pelukannya dan menatap Seyya dengan kekhawatiran yang terlihat di wajahnya.
"e-eh.. Kak Seyya maaf a-aku cuma seneng ka Seyya udah mau baik sama aku.." canggungnya sambil menundukkan kepala, jemarinya bertautan seperti anak kecil yang takut dimarahi.
Seyya gemas, dia mencubit pipi Syila dan menariknya pelan "iya gapapa, makasih ya lain kali jangan di deketnya Rindu ya dek?"
Syila mengerjapkan matanya, apa tadi? dek? wajah Syila memerah menahan malu dan mengangguk pelan.
'pantes aja Aresh ngejar bange ni bocah, orang dia kek Lolly anjay' Seyya mengangguk angguk dengan fikirannya sendiri.
"ekhm jadi gimana keadaan lo Sey?" Tara memulai percakapan, Seyya menoleh dan menggendikkan bahunya "aman aja sih, belum puas aja gue ngehajar muka songong nya Rindu"
Dia berkata dengan santai, bertingkah seolah mereka dekat padahal ini pertama kalinya mereka bertegur sapa.
Juan geleng geleng, dia bersandar pada punggung kursi yang di dudukinya "Lo serem kalo ngamuk, anak orang lo cekek sembarangan" Seyya mendengus guna mengurangi rasa malunya.
"gue ga sembarangan tau! dia duluan yang nabok muka gue, kan muka gue jadi berdarah" Mereka semua kemudian melihat wajah Seyya dan menyadari pipinya sedikit memerah dengan ujung bibirnya yang berdarah.
"tangannya kek dari neraka panas banget anjir, kebas pipi gue" Seyya sedikit meringis saat sakit nya kembali terasa setelah dia kebanyakan berbicara.
tangan Aresh tergerak untuk menyentuh luka itu sebelum deheman dingin yang membuat atensi mereka teralih ke seorang pemuda dengan minuman dingin ditangannya.
Tatapannya tajam mengintimidasi mereka para tamu tak di undang disini, Syila mengusap tengkuknya dengan gugup merasakan aura dominan ini.
"ehm, bang mana es nya?" Seyya mencoba menghilangkan suasana canggung ini. Glenbara menoleh dan menghampiri Seyya, tubuhnya tergerak menyenggol bahu Aresh karena terlalu dekat.
"Ga pergi kalian?" Sindiran itu cukup menyadarkan jika kehadiran mereka sudah tak dibutuhkan lagi "hehe iya nih bang baru aja mau pergi, ayo ges!" Ajak Juan dengan kekehan canggungnya.
"gue disini" ujar Aresh dengan masih menatap Seyya yang membuat Glenbara mendecih kesal.
"Seyya ga butuh lo" Aresh menatap tajam Glenbara dan dibalas tatapan tak kalah tajam juga. Sedangkan Seyya menatap bingung kepada dua cowo didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slayed The Protagonist
Teen FictionReya merutuki dirinya sendiri yang memasuki novel yang berjudul 'Chosen By Me' yang sedang hangat hangatnya dalam perbincangan. Reya kira dia akan menjadi pemeran utama atau setidaknya antagonis yang mendapat banyak peran dan dialog, namun salah. Re...