'[40]'
[Never Enough]
[Tidak pernah Puas].
.~𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠~
.
.Tidak ada pilihan lagi bagi Alga selain melaporkan kondisi Ketua-nya pada guru piket, meminta untuk menghubungi orang tua Arma agar segera dijemput.
Sang Ketua nyatanya tidak menjadi lebih baik setelah melewati masa-masa yang sulit, tangis tiada henti selama beberapa menit hingga berakhir jatuh terlelap dalam dekapan Alga akibat kelelahan. Maka mengirim Arma pulang adalah satu-satunya langkah terbaik demi kesehatan fisik dan mentalnya, sekaligus mencegah luka dihati Alga semakin parah nan perih karena tak sanggup menyaksikan keterpurukan Ketua-nya lebih lama lagi.
Saat-saat keluar dari ruang guru menjadi hal paling melegakan, Alga menghela napas, membuang emosi seraya menutup pintu dibelakangnya. Membuat laporan pada guru piket terasa bagai sedang ujian mental, Alga diinterogasi, direcoki berbagai pertanyaan semenjak lidahnya menyebut nama Arma dalam laporannya. Bahkan Alga tak luput dari tatapan tajam sebagian besar para guru, memaksa ujung alisnya mengernyit dalam rasa kesinisan.
Jika yang dipertanyakan adalah kondisi Arma saat ini, mungkin Alga tak berakhir mengatai para guru, khususnya sang guru piket, dengan kalimat sarkas—faktanya dia baru baru saja melakukan kekurangajaran itu sebelum keluar dari ruang guru.
Masalahnya, tidak sedikitpun bentuk kepedulian itu diperlihatkan untuk menyenangi hati kecil sang wakil. Bukan keadaan Arma yang menjadi kekhawatiran para guru, melainkan keberadaan Alga diruang gurulah yang dipertanyakan.
Mengapa dia keruang guru? Mengapa harus Alga yang meminta izin untuk kepulangan Arma? Mengapa tidak siswa lain saja yang melakukannya? Karena para guru kolot tersebut berpikir akan lebih baik jika Alga mengikuti pelajaran daripada mengurusi satu siswa tak berguna yang tak berdaya di ranjang ruang kesehatan.
Mau tahu reaksi Alga setelah mendapatkan ceramah omong kosong para guru yang sok tahu? Meledak marah dan memaki-maki seperti orang kesurupan adalah alur klise, terlebih Alga bukan tips manusia bersumbu pendek yang mudah tersulut layaknya bom atom seperti Aron. Jadi menggebrak meja adalah pilihan sempurna untuknya melampiaskan amarah yang tertahan, sebelum deretan kalimat sarkas terlontar daei mulutnya.
"Tutup mulut busuk kalian. Hubungi orang tua Arma sekarang juga, atau ku buat kepala sekolah datang sendiri kemari untuk mengurus ketidakbecusan kalian pada satu siswa yang tak berdaya." Dan Alga pun segera keluar dari ruang guru dengan amarah meluap dan suasana hati buruk.
Tak peduli bagaimana pandangan para guru padanya setelah ini, entah gunjingan buduk terlontar dari belakang dan menghina kearoganannya yang hanya seorang siswa biasa hingga timbul perasaan tidak suka, Alga tak ambil pusing sama sekali. Dia hanya tidak terima ketika seseorang dengan gamblang menjelekkan Arma atau membanding-bandingkan mereka berdua dengan kesan yang buruk tepat dihadapannya. Ketua-nya adalah yang terbaik, selamanya akan tetap begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE [BL] || Slow Update
FanfictionSelepas mati tertabrak mobil demi menyelamatkan rivalnya, Karma dihidupkan kembali didunia antah-berantah sebagai Arma Dwi Putra, si murid gila yang sok berkuasa. Demi mencapai hidup yang damai, maka Karma harus memperbaiki nama baiknya. Namun siapa...