Problem

1.7K 165 41
                                    

Happy reading!!

cw// violence, blood

Pagi ini Nala sudah berada di depan Dhavian untuk mengatakan niatnya yang sudah ia pikirkan semalaman. Niat untuk menerima tawaran Dhavian soal 'kerjaan'.

Dhavian tersenyum tipis melihat Nala yang ragu mengatakan niatnya padahal Dhavian sudah tau kalau Nala menyetujui tawarannya. Soalnya apalagi maksud Nala mengajaknya ngobrol kalau bukan menerima tawarannya? Martha juga kelihatan badmood tadi pagi jadi Dhavian langsung tau apa maksud Nala.

"Mau ngomongin apa? Buruan gua harus pergi." Desak Dhavian.

"Anu kak... Soal kerjaan semalam, apa masih berlaku tawarannya?" Tanya Nala ragu-ragu.

Nah kan sudah sesuai dengan dugaan Dhavian kalau Nala menerima tawarannya. Tapi dia tidak mau ketara kalau dia senang jadi dia menampilkan wajah songongnya dulu.

"Lo mau terima kerjaan yang gua tawarin? Kerjaan ini bukan kerjaan biasa, lo yakin lo bisa?"

Nala menunduk memainkan jarinya hendak berpikir sebentar. Tapi mengingat soal tujuannya menerima kerjaan ini karena kepepet jadi dia berusaha memantapkan hatinya.

"Tapi gajinya gede kan, kak?"

Dhavian mendengus, "Kalo gaji sih sesuai klien lo mau gajiin lo berapa. Kalo lo oke di kerjaan ini gua yakin kalo mereka bakal loyal ke lo."

"Klien?" Kening Nala berkerut bingung.

"Jadi lo sanggup apa enggak? Lo cuma perlu ngelayanin dan nemenin mereka aja. Jangan mikirin soal bayaran, pasti udah gak main-main."

"Bentar, kak. Klien dan ngelayanin ini maksudnya apa?" Tanya Nala ragu-ragu.

Dhavian menghela nafas mencoba untuk menjelaskan sehalus mungkin pada Nala. "Lo pernah denger istilah sugar daddy?"

"P-Pernah. Jadi kerjaan aku itu-"

"Iya, lo jadi cewek yang bakal nemenin mereka."

Sontak Nala merasa ragu. Dia memang membutuhkan uang tapi bukan dengan cara yang seperti ini. Sementara Dhavian  langsung mendegus kesal saat melihat Nala yang tampak ragu.

"Gak semuanya dalam artian negatif, biarpun sebagian besar memang mereka butuh cewek buat muasin hasrat mereka tapi ada juga yang memang butuhin cewek cuma buat nemenin mereka doang."

Nala menelan ludah kasar. Ia sepertinya salah mempercayai Dhavian karena benar kata Martha kalau kerjaan yang Dhavian tawarkan pasti bukan kerjaan biasa.

"Lo gak mau? Yaudah kalo gak mau."  Ucap Dhavian hendak beranjak pergi.

Nala tidak menahan Dhavian lagi karena ia hanya bisa mematung mendengar penjelasan Dhavian tadi.

Sebelum benar-benar pergi, Dhavian menoleh ke arah Nala sebentar lalu mengucapkan perkataan yang membuat Nala tercekat.

"Gua pulang nanti malem dan lo udah gak boleh ada di rumah ini lagi. Hidup kami aja udah susah jadi jangan nambah beban gua sama Martha. Cari kerjaan lo sendiri kalo gak mau terima tawaran gua."

Setelahnya Dhavian benar-benar pergi dari hadapan Nala dengan membanting pintu rumah dengan keras. Sepertinya Dhavian sungguh-sungguh mengusirnya dari rumah ini dan Nala sudah harus bersiap angkat kaki dari rumah ini secepatnya.

***

"Gua bisa ngomongin ini ke kakak gua, Nal. Lo jangan dengerin apa omongan Dhavian. Tetap disini aja dari pada lo tinggal di luar tanpa tujuan."

Martha terus mendesaknya untuk tetap tinggal di kontrakannya, tapi Nala tau diri, ia sudah di usir oleh kakaknya Martha. Nala juga tidak mau Martha malah di marahi Dhavian karena bersikeras menampung Nala.

Trapped - YoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang