-PENGAMPUNAN-
Begitu memasuki kantor, Taehyung disambut oleh wajah khawatir Jimin dan Mingyu, belum lagi wajah putus asa managernya yang seolah berkata, matilah aku.
"Kau terlambat satu jam lebih," bisik Jimin begitu Taehyung meletakkan pantatnya di kursi.
"Cepatlah ke ruangan direktur! Dia telah menunggumu,” sambung Mingyu masih dengan tampang khawatir, takut jika direktur cantik itu murka dan melayangkan surat PHK pada Taehyung.
"Tolong jangan bawa-bawa namaku soal ini," pinta manager Yoongi dengan nada memohon khawatir namanya ikut terseret dalam kemarahan si singa betina yang telah menunggu di ruangannya.
Taehyung tau pasti apa yang akan terjadi, jika bukan surat teguran, surat peringatan yang akan ia dapat, lebih parah jika dia langsung di-PHK di hari pertamanya naik jabatan, benar-benar menyesakkan dada.
Taehyung mengetuk pintu sambil mulutnya tak henti merapalkan doa, semoga ada keajaiban yang bisa merubah semua kemungkinan buruk menjadi keberuntungan.
"Masuklah!” ucap direktur cantik itu setelah Taehyung membunyikan pintu yang terbuat dari kayu itu dengan ketukan jarinya sebanyak 21 kali, sampai tulang yang menonjol di tangannya saat mengepalkan tangan tampak kemerahan.
Taehyung memberi salam hormat, sementara yang diberi salam malah memunggunginya, tak menoleh sedikit pun, masih asyik dengan seseorang yang tengah berbincang dengannya melalui benda persegi panjang berwarna putih salju.
"Terima kasih, Sayang," ucapan terakhirnya menutup perbincangan mereka di ponsel. Sang direktur berbalik dari kursinya dan menatap Taehyung dari ujung kaki hingga kepala seolah baru pertama kali bertemu.
"Ada yang bisa kau jelaskan tentang alasan keterlambatanmu?" Sang direktur tampak bersidekap dengan kaki disilangkan, menatap Taehyung penuh tekanan. Taehyung menelan ludah mencoba mengatur nafas.
"Maaf, Tuan Muda. Saya terlambat karena masih mengantar teman ke rumah sakit," jawab Taehyung dengan wajah menatap lantai marmer berwarna putih.
"Teman macam apa yang membuatmu telat di hari pertamamu bekerja sebagai asisten direktur? Apa dia begitu penting?" Sang Direktur memberi penekanan pada kata-kata penting, membuat perasaan Taehyung tak nyaman.
Apa dia akan mengatakan bahwa Jungkook adalah teman tidurnya dalam dua malam. Apa itu disebut penting? Bahkan mereka baru saja kenal dan Jungkook sudah tiga belas kali membuatnya cum dalam dua malam. Apa dia akan bercerita jika pria gila itu yang membuatnya mengorbankan waktunya untuk hadir tepat waktu ke kantor? Pria yang bahkan tidak bisa disebut teman dengan caranya memperkosa Taehyung di awal pertemuan dan menjebak Taehyung dengan obat perangsang di pertemuan berikutnya?
Oh tidak, ini terlalu aneh dan tidak masuk akal, Taehyung memang orang baik, namun berbuat baik pada orang yang telah merajamnya dengan nafsu berkali-kali apakah itu lebih pantas disebut kebodohan? Atau jangan-jangan Taehyung terpikat pada kemesuman maniak itu?
Taehyung tak bisa berpikir jernih, telah 10 menit saat pertanyaan Direkturnya terlontarkan namun tak ada jawaban dari bibir mungil Taehyung. Ia semakin memperdalan wajahnya menatap lantai, tak berani mengangkat muka, takut bertemu dengan tatapan marah atasannya.
"Sudah lupakan saja. Kembalilah bekerja," ucap direktur itu kemudian, membuat Taehyung menganga tak percaya. Inikah yang dinamakan keajaiban? Bahkan satu huruf pun belum Taehyung lontarkan, namun boss-nya ini sudah memberikan pengampunan dan berlagak seolah tidak terjadi apa-apa.
"Oh ya, karena kau sekarang adalah asistenku, maka kemasi barangmu dan pindahkan kemari."
Taehyung mengangguk patuh sambil berucap maaf dan berjanji tak akan mengulangi, baru setelah itu ia pergi dari ruangan itu.
Mingyu hampir menitikkan air mata melihat Taehyung mengemasi barangnya, sudah bisa diprediksi bahwa Taehyung akan berhenti bekerja, mungkin direktur cantik itu telah memutuskan Taehyung keluar dari perusahaan. Jimin menepuk bahu Taehyung matanya tampak berkaca-kaca, menyiratkan temannya untuk bersabar dan bersikap kuat.
Taehyung menatap mereka aneh, apa yang kalian pikirkan? Seolah aku akan pergi jauh. Namun Taehyung tidak menjelaskan apapun, ia membawa barangnya ke dalam ruangan direktur, sementara tiga orang itu—Jimin, Mingyu, dan Yoongi—tengah berpelukan menahan air mata.
"Kasihan sekali dia. Lihat, dia bahkan membawa barangnya untuk berpamitan pada bos kita.”
***
Namun hingga sore, Jungkook tak keluar dari ruangan direktur itu, membuat ke-3 teman kantornya saling menatap penuh tanda tanya. Baru saat jam menunjukkan pukul lima, saat semua karyawan sudah beranjak pulang termasuk Jimin, Mingyu dan Yoongi, Taehyung keluar dari ruangan itu sambil memberikan salam hormat pada direktur cantiknya.Taehyung langsung mengambil ponsel miliknya yang sedari pagi tidak terjamah, karena sibuk menyiapkan dokumen milik direktur cantiknya untuk pertemuan besok dengan perwakilan perusahaan dari Korea.
Luhan tidak memberikan jeda, membebani Taehyung dengan tugas yang banyak termasuk memijat bahunya walau itu tidak terhitung sebagai bagian dari pekerjaan seorang asisten. Taehyung tidak keberatan melakukannya sebagai ucapan terima kasih telah memberikan pengampunan pada Taehyung tentang keterlambatannya tadi pagi."Tanganmu pandai sekali dalam memijat. Pasti kekasihmu menyukai tangan lembut ini,” puji sang direktur, Taehyung menanggapinya dengan tersenyum menyadari dirinya belum punya kekasih membuatnya malah teringat pada kelakuannya bersama Jungkook yang diluar batas kenormalan seorang Kim Taehyung.
Taehyung segera memencet layar ponsel, hatinya tidak sabar untuk menghubungi Jungkook dan bertanya keadaannya setelah tadi pagi ia membawa pemuda itu ke rumah sakit dalam keadaan demam.
Saat layar terbuka mata Taehyung disambut dengan banyak notifikasi dan panggilan tak terjawab dari si otak mesum Jungkook. Taehyung menggeleng pelan dan membuka satu persatu pesan yang dikirim Jungkook.
"Maaf,” kata pertama disertai emoticon dua tangan yang disatukan.
"Sekali lagi maaf, dan terima kasih telah merawatku.” Anak ini bisa juga bersikap normal.
"Maaf merepotkanmu."
"Tolong maafkan afrodisiak itu juga."
Taehyung langsung menyipitkan mata membaca kalimat itu. Bayangan adegan panas semalam membuat ia merinding, sepertinya akan sulit baginya untuk bertemu Jungkook lagi tanpa rasa canggung, teringat bagaimana dirinya memohon untuk dipuaskan dan meminta lagi dan lagi hingga tiga ronde terlewati, walau tiap satu ronde ia telah cum sebanyak dua sampai tiga kali. Jungkook dengan sukarela memanjakannya dan membuat tubuhnya sendiri terkapar hingga jatuh demam.
Tubuh Taehyung memang berada di bawah obat perangsang saat itu, namun setidaknya ia sadar apa yang ia lakukan. Malam itu ia tidak bisa mengendalikan diri seperti terdorong untuk jatuh bersama ke dalam jurang nista tanpa daya. Itu membuat perasaan Taehyung malu untuk bertemu Jungkook.
Melanjutkan membaca pesan dari Jungkook yang pada intinya sama meminta maaf, berjanji tidak mengulangi dan berterimakasih atas kebaikan Taehyung dengan kalimat berbeda. Namun, dengan tema yang sama membuat Taehyung mau tidak mau harus tersenyum lalu pesan terakhir yang dikirim Jungkook bersama sebuah gambar animasi yang membuat Taehyung menahan rasa kesal namun hatinya geli merasa tergelitik tanpa sadar tersungging sebuah senyuman dalam raut kekesalannya.
[Lain kali, jika aku kembali sehat, aku tidak hanya akan menyeka tubuhmu dengan handuk, aku bahkan akan memandikanmu dan menggosok kulit mulusmu dengan tanganku yang lihai]
Dasar mesum! teriak Taehyung dalam hati.Entah kenapa ia merasa bahagia. Semburat merah muda tercipta di pipinya hingga jelas terlihat oleh Direktur Luhan yang tengah bersiap pulang melihat Taehyung masih nyaman berdiri di depan lift yang telah terbuka, namun atensi Taehyung malah terfokus pada ponsel di tangannya mengabaikan keberadaan direkturnya yang menatap Taehyung penuh keyakinan.
"Kurasa instingku benar," gumam pria manis itu sambil melirik ke arah Taehyung yang masih terbuai oleh gombalan kata di ponselnya.
.
.
.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER HORNY KOOKV VERSION
FanfictionJika napsu sudah bicara, maka hanya akan ada gairah yang menggebu. Membakar birahi, dan menyerukan kebahagiaan di antara norma yang memiliki sekat.