-TEMAN TIDUR-
"Kemarin aku hendak menyuruhnya menyalin beberapa dokumen, tapi sayang aku malah memergokinya sedang ...." Luhan tampaknnya sengaja memotong kata-katanya sendiri, melihat reaksi Taehyung yang pucat dan wajah penuh keringat, ia tersenyum penuh kepuasan.
Tuhan, selamatkan aku, cicilan apartemenku belum lunas. Batin Taehyung meminta pertolongan.
"Ketik nama Wen Chao kepala bagian distribusi," ucap Luhan tegas.
"Hah, apa?" Sebenarnya Taehyung mendengar dengan jelas nama yang disebutkan direkturnya. Namun ia perlu meyakinkan diri apakah pendengarannya tidak salah.
"Iya, Wen Chao, siapa lagi?" Luhan menegaskan kalimatnya.
"A-apa yang dia lakukan?" Suara Taehyung terdengar gagap, masih belum sepenuhnya bisa mengendalikan diri dari keterkejutan.
"Kemarin aku melihatnya menggoda karyawan di dalam lift," jawaban singkat yang membuat batin Taehyung lega. Seperti seorang musafir yang diseret unta, kini tali yang menyeretnya telah lepas membuat Taehyung bahagia luar biasa. Ternyata surat peringatan itu bukan untuk dirinya.
Luhan melihat perubahan signifikan di wajah Taehyung yang awalnya pucat menjadi bersinar dengan rona bahagia. Luhan memiliki ide untuk menggoda bawahannya itu. "Apa tadi kau berpikir aku membuat SP itu untukmu?" suara Luhan rendah. Namun, bisa didengar dengan jelas. Dan wajahnya menyiratkan bahwa ia bisa membaca pikiran Taehyung beberapa menit yang lalu.
"Ah ... itu ... aku ...." Taehyung sungguh kehabisan kata-kata. Bibirnya kembali memucat, namun pipinya tampak merah menahan malu ratusan pond yang menindih kepalanya.
"Untungnya itu terjadi di luar jam kerja, jika tidak ... hemmm kau tau apa yang bisa aku lakukan," Luhan sengaja mengatakan kalimat akhir dengan suara halus yang diseret panjang. Membuat Taehyung bergidik ngeri. Semacam benda tajam yang diseret di lantai sebelum diayunkan ke kepala korbannya.
Satu kata, sadis.
* * *
Jam kerja terasa lebih panjang dari biasanya, berada satu ruangan dengan Luhan yang telah mendengarnya bercumbu dan mendesah. Membuat Taehyung harus menebalkan muka, agar terhindar dari kecanggungan, tiap kali berinteraksi dengan direktur cantik itu.Beruntung setelah delapan jam ketegangan, Taehyung bisa menghibur diri sendiri dengan mengikuti ajakan Jimin dan Mingyu untuk makan di restoran tradisional. Mereka berdua telah menunggu Taehyung di lobi.
Begitu wajah Taehyung muncul dari balik pintu lift lantai satu, mereka berseru girang. Memang sudah lama mereka bertiga tidak makan bersama, sejak Taehyung menjadi asisten Luhan. Waktunya habis untuk melayani direktur ganas itu. Hingga Taehyung selalu pulang lebih sore dari biasanya.
Taksi yang dipesan Jimin sudah tiba begitu mereka ke luar dari gedung. Di belakang taksi ada sebuah mobil hitam yang terparkir. Mobil itu tidak bergerak, seolah menunggu taksi di depannya untuk melaju. Taehyung pikir itu adalah mobil manager Yoongi, yang menunggu Jimin untuk naik bersamanya. Taehyung memandang Jimin dan berkata, "Kekasihmu menunggu."
Jimin memasang muka terkejut sambil alis kecilnya membentuk gelombang kecil yang lucu.
"Yoongi sudah pulang sejak tadi, dia terburu karena ada urusan keluarga," sahut Jimin. Kini giiran Taehyung yang menyipitkan mata. Jika bukan manajer Yoongi, lalu siapa?
Belum selesai Taehyung merenung, Jimin dan Mingyu menarik tangan Taehyung untuk segera masuk ke dalam taksi yang akan mereka tumpangi. Namun tangan lain menarik lengan kanan Taehyung. Jimin dan Mingyu langsung menoleh, untuk melihat siapa yang menghalangi mereka membawa Taehyung ke dalam taksi. Secara tak sadar mulut keduanya meneriakkan kata yang sama, "Tampannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER HORNY KOOKV VERSION
FanficJika napsu sudah bicara, maka hanya akan ada gairah yang menggebu. Membakar birahi, dan menyerukan kebahagiaan di antara norma yang memiliki sekat.