PRT: 4

546 46 1
                                    


"Terima kasih banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih banyak." Dara tersenyum manis kepada salah satu pelanggan yang hari ini membeli satu unit mobil di showroom tempatnya bekerja. Setelah menyelesaikan administrasi, Dara segera memberitahukan kepada tim terkait untuk penjadwalan pengantaran mobil itu ke rumah pelanggan. Katanya sih, mobil itu untuk hantaran tunangan ke rumah kekasihnya.

Dara tersenyum tipis. Orang sekarang hantaran tunangannya mobil. Dara dulu hanya berupa tas, satu set kebaya, dan kebutuhan perempuan lainnya seperti skincare dan kosmetik. Itupun dibeli menggunakan uang iuran dari dirinya dan Daiyan. Dara bukannya iri atau bahkan mencoba untuk membandingkan kehidupannya dengan orang lain. Ia justru bersyukur dengan kehidupan sederhana bersama Daiyan saat itu maupun sekarang.

Hanya saja, masalah ekonominya yang sekarang sedang menjadi ujian di rumah tangganya, membuat Dara berpikir bahwa mereka sepertinya terlalu cepat memutuskan. Dengan kondisi keuangan yang pas-pasan saat itu, Dara memilih resign dari tempatnya bekerja setelah hamil anak pertama. Dan lagi, mereka berdua malah dengan percaya diri mengkredit rumah yang belum lunas hingga sekarang.

"Dara."

Dara langsung mendongak menatap atasannya yang sudah berdiri di depannya.

"Kamu sakit? Saya panggil-panggil dari tadi enggak nyaut," ucap Zen, atasan Dara. Zen mencoba untuk memegang dahi Dara, namun perempuan itu refleks mundur, membuat Zen tersenyum miris.

"Oh, maaf, Pak. Saya melamun." Dara meringis tak enak. "Ada apa, ya, Pak?" tanyanya.

Zen berdeham sejenak. Kemudian menyodorkan satu map kepada Dara. "Tolong kamu hubungi dan tawarkan mobil terbaru kita kepada orang-orang ini."

Dara mengangguk dan menerima sodoran map dari Zen. "Baik, Pak. Saya permisi." Ia berbalik, namun suara Zen yang memanggilnya membuat Dara kembali menoleh.

"Kalau ada masalah, kamu bisa cerita sama saya. Kamu tau, kan, saya masih nunggu kamu," ujar Zen serius.

Dara tak menggubris dan memilih untuk pergi menjauh dari Zen. Satu hal yang ia takutkan saat harus kembali ke pekerjaan ini, yaitu bertemu dengan Zen. Pria itu tidak benar-benar melupakannya meskipun tau bahwa Dara sudah menikah. Yang lebih Dara takutkan, Zen adalah mantannya. Dan Daiyan tidak pernah tau hal itu.

***

"Yeye ... Io mput cekolah akak. Yeye...."

Daiyan terkekeh pelan mendengar celotehan Gio yang sedang duduk di car seat baby sampingnya. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju sekolah Arkan. Hari ini bus sekolahnya tidak beroperasi sebab masih dalam perbaikan.

"Wi ... ada pin pin, Pa," ujar Gio sambil menunjuk badut yang sedang berjoget saat mereka berhenti di lampu merah. Gio terlihat sangat antusias sambil ikut menggoyangkan tubuhnya dan bertepuk tangan.

Saat badut itu mendekat ke mobilnya, Daiyan memberikan selembar uang sepuluh ribuan kepada Gio, dan mengarahkan Gio untuk memberikannya kepada badut itu. Namun sayangnya, Gio justru berteriak takut saat badut itu sudah berada di sampingnya. Alhasil, Daiyanlah yang akhirnya menyerahkan uang itu.

Papa Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang