Hamil dengan jarak yang dekat bukanlah keinginan Dara dan Daiyan. Mereka yang sama-sama belum berpengalaman mengurus anak, mungkin akan merasa sangat kesulitan. Apalagi tidak ada yang membantu, hanya ada mereka berdua.
Dulu saat Arkan masih bayi, Dara sempat stres. Apalagi saat itu pengalaman pertama ia mengasuh bayi. Daiyan? Pria itu harus pergi bekerja dari pagi hingga sore, bahkan sampai malam jika ada lembur. Daiyan membantunya saat malam. Namun, mereka masih sering membeli makan di luar dan memilih mencuci pakaian ke laundry. Bahkan kadang-kadang Dara memanggil tukang berish-bersih karena tidak sempat membereskan rumahnya. Meskipun begitu, Dara tetap saja merasa stres.
Menginjak usia Arkan yang ke 6 bulan, Dara mulai bisa lebih menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Ocehan Arkan kecil selalu menemaninya beraktifitas di rumah. Mulai dari memasak, mencuci pakaian, hingga membereskan rumah.
Memasuki usia Arkan yang ke 1 tahun menjadi hari-hari yang cukup melelahkan. Arkan sudah mulai aktif merangkak ke sana kemari. Sudah mulai berdiri dan berjalan dengan berpegangan pada benda-benda kokoh di sekitarnya. Hal itu membuat Dara tidak bisa meninggalkan Arkan dengan bebas.
Hari itu, pertama kalinya Dara dan Daiyan bertengkar hebat karena masalah yang cukup sepele. Arkan yang sedari pagi rewel membuat Dara tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik. Baju-baju kotor milik Daiyan tak sempat ia cuci, bahkan untuk membawa pakaian kotor itu ke laundry pun Dara tidak sempat. Dara juga belum masak makan malam, bahkan ia tidak sempat makan siang. Kondisi rumah juga cukup berantakan. Arkan tidak mau diturunkan dari gendongan barang sejenak.
Kamu ngapain aja di rumah? Kenapa rumah kayak kapal pecah begini?
Ucapan Daiyan saat itu langsung membuat Dara marah. Dara baru saja merebahkan diri sofa setelah berhasil menidurkan Arkan yang terus merengek. Ditambah lagi Daiyan yang pulang cukup larut tanpa memberikan kabar. Itu sudah cukup membuat Dara sakit hati. Mereka bertengkar hebat saat itu. Dara menangis semalaman. Tapi Daiyan langsung meminta maaf malam itu juga.
Melihat kondisi mereka saat ini, Dara tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya kehidupan rumah tangganya nanti jika ia hamil lagi. Arkan baru saja masuk sekolah, Gio masih kecil, dan Daiyan masih belum mendapat pekerjaan. Selain dari sisi ekonomi, dari sisi psikologis pun Dara sangsi.
Daiyan memang sudah sepakat jika Dara tidak menggunakan KB. Daiyan tau bahwa efek KB mungkin akan mengganggu istrinya. Sebagai penggantinya, Daiyanlah yang selalu harus menggunakan pengaman. Meskipun pastinya tetap akan ada risiko kebobolan.
"Huh ... astaga. Bikin panik aja." Dara mendesah lega. Empat buah tespack yang ia gunakan pagi ini menunjukkan garis satu semua. Artinya, Dara tidak hamil. Ia cukup lega karena kekhawatirannya tidak terjadi.
"Gimana?" tanya Daiyan dari balik pintu kamar mandi.
Dara membuka kunci pintu kamar mandi. Sengaja ia kunci agar Daiyan tak semakin membuatnya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Rumah Tangga
ChickLitDaiyan menyerah. Pada akhirnya ia harus mengizinkan kembali istrinya untuk kembali bekerja sembari menunggu panggilan kerja untuknya sendiri. Kebutuhan ekonomi yang mendesak serta tabungan yang sudah menipis, membuat Daiyan harus bertukar peran deng...