PRT: 1

984 64 2
                                    

"Aku berangkat dulu, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku berangkat dulu, ya." Dara berdiri setelah memakai pantofel dengan hak 7 cm miliknya. Ibu dua anak itu sudah rapi dengan setelan kemeja polo berwarna tosca dengan logo perusahaan mobil ternama di sisi dada sebelah kanannya, juga rok span selutut yang membungkus tubuh rampingnya. Tak lupa stocking abu-abu yang membuat kakinya terlihat  jenjang.

Sementara itu, Daiyan tampak menatap penampilan istrinya dengan raut tak suka. Dengan celemek yang membungkus badan kekarnya, Daiyan menggerutu pelan. "Enggak usah cantik-cantik. Nanti banyak yang lirik," ujarnya tak rela. 

Dara tertawa pelan. Lantas mencium punggung tangan suaminya. Tak lupa ciuman di bibir sebagai rutinitas saat Daiyan akan pergi bekerja. Bedanya kali ini Dara lah yang pergi bekerja.

"Udah ah, jangan cemberut gitu." Dara kembali mengecup bibir suaminya.

"Enggak rela banget kamu kerja lagi jadi sales mobil. Kenapa juga harus pake rok span gini." Daiyan kembali bersungut-sungut. Menatap penampilan istrinya dari atas ke bawah, yang sebenarnya terlihat sopan. Hanya saja, jika dilihat dari kacamata lelaki, Daiyan yakin jika Dara terlihat luar biasa sexy dan cantik tentu saja.

"Ya 'kan emang seragamnya begini." Dara menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada satu titik di mana ia merasa senang ketika Daiyan posesif kepadanya. Namun di sisi lain, Dara juga merasa jengah dengan sikap suaminya yang kadang terlalu berlebihan.

"Enggak usah senyum sama laki-laki nanti."

"Ya mana bisa. Masa tim marketing cemberut. Mana laku."

Daiyan mendengus. Kalau saja perusahaan tempatnya bekerja tidak pailit, mungkin Daiyan masih bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan Dara tidak perlu bekerja kembali. Terlebih lagi, keputusan untuk mengambil cicilan rumah di saat tabungannya masih pas-pasan, membuat keuangan rumah tangganya semakin terganggu di saat-saat seperti ini. Sementara lamaran yang Daiyan kirimkan di berbagai perusahaan belum juga mendapatkan hasil.

"Dah ... aku berangkat dulu, ya. Takut telat hari pertama kerja." Dara menaiki motornya setelah memakai helm. Kemudian mengucapkan salam sebelum motor matic berwarna putih itu membawanya ke jalanan. 

Sebenarnya Dara pernah bekerja sebagai sales mobil di perusahaan yang sama sewaktu dia masih gadis dulu. Karirnya cukup bagus di sana karena Dara termasuk tim marketing yang cukup kompeten. Saking kompetennya, Daiyan yang saat itu menjadi salah satu pembeli mobil di showroom tempatnya bekerja, langsung jatuh hati. Bahkan berlanjut hingga sekarang mereka sudah menikah dan memiliki dua anak. 

Daiyan kembali memasuki rumah yang belum juga lunas itu. Hidungnya mengempis saat ia mencium bau gosong dari arah dapur. Ia segera berlari dan langsung mematikan kompor yang di atasnya ada wajan yang sudah menghitam. 

"Gosong. Mana ayam tinggal satu," keluhnya.

Perlahan, ia mengambil ayam gosong itu dengan spatula. Daiyan mencoba membuang bagian-bagian gosong di sisi-sisi ayam itu, meskipun pada akhirnya tampak sia-sia. Ayamnya sudah gosong hampir ke tulang.

Papa Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang