Daiyan menyerah. Pada akhirnya ia harus mengizinkan kembali istrinya untuk kembali bekerja sembari menunggu panggilan kerja untuknya sendiri. Kebutuhan ekonomi yang mendesak serta tabungan yang sudah menipis, membuat Daiyan harus bertukar peran deng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti hari-hari sebelumnya, Dara sudah berangkat ke tempat kerja saat Arkan baru saja membuka matanya. Sementara itu, Daiyan sudah sibuk untuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Beberapa hari berganti peran dengan Dara membuat Daiyan inisiatif untuk belajar lebih cekatan. Mengingat hari-hari sebelumnya ia sempat panik dan menyebabkan Arkan marah kepadanya, membuat Daiyan menjadi lebih siaga. Setidaknya ia tidak mau menjadi beban untuk istrinya dengan tidak mengurus anaknya di rumah dengan baik, sementara Dara lelah bekerja.
Kamu ngapain aja, sih, di rumah? Berantakan banget.
Tiba-tiba Daiyan teringat ucapannya waktu itu. Beberapa bulan setelah Dara melahirkan Arkan, ia mengucapkan kalimat laknat itu. Saat itu Daiyan tak berpikir bahwa ia mungkin akan menyakiti hati istrinya. Yang ia pikirkan saat itu, dirinya lelah bekerja. Ia ingin pulang dengan keadaan rumah yang sudah damai, agar dia bisa segera beristirahat dengan tenang. Tak pernah terpikirkan bahwa mengurus anak akan menjadi kegiatan yang sangat melelahkan. Apalagi saat itu adalah pengalaman pertama mereka mengurus anak sendiri. Daiyan tidak membayangkan bagaimana Dara bisa tahan dengan omongan pedasnya yang cukup sering ia lontarkan itu.
Dara pernah marah saat itu. Mungkin kesabarannya sudah habis karena Daiyan selalu mengungkit hal yang sama berulang kali. Hal itu membuat mereka sempat bertengkar. Daiyan yang memang sulit mengendalikan emosinya tak mau mendengarkan keluh kesah Dara sama sekali. Pria itu justru malah mengatakan jika Dara perempuan malas. Dan pada akhirnya Dara lah yang meminta maaf.
Daiyan sungguh menyesal. Apalagi setelah saat ini mereka bertukar peran--untuk sementara waktu, Dara sama sekali tidak pernah komplain ketika rumah mereka berantakan atau ketika Daiyan belum sempat memandikan kedua anaknya saat perempuan itu pulang bekerja. Hal itu membuat rasa bersalah Daiyan semakin besar.
"Habisin sarapannya," ucap Daiyan menatap putranya yang tampak lahap memakan sarapannya. Sarapan itu bukan Daiyan yang membuat. Ia juga tidak membeli lantaran masakan warung kurang cocok di lidahnya. Masakan ini dimasak oleh Dara, atas inisiatif perempuan itu sendiri tentunya. Daiyan tak menuntut Dara memasak saat perempuan itu juga harus bekerja. Sangat tak tahu diri jika Daiyan melakukan itu.
Rasa-rasanya Dara adalah sosok istri yang sempurna. Daiyan beruntung bisa memiliki Dara. Hanya saja, satu hal yang tidak ia sukai. Perempuan itu terlalu mandiri hingga membuat Daiyan kerap kali merasa tidak berguna dan takut Dara akan membuangnya suatu saat nanti.
"Mama sampai kapan kerjanya?" tanya Arkan tiba-tiba. Bocah yang belum genap berusia 5 tahun itu meletakkan sendoknya setelah menyuapkan makanan terakhir ke dalam mulutnya.
Daiyan mendesah pelan. Anaknya ini memang suka sekali membuat rasa insecurenya semakin tinggi. "Sampai papa dapat kerjaan baru."
"Kapan Papa dapat kerjaan lagi?"
Daiyan menipiskan bibirnya, menahan rasa kesal dengan pertanyaan polos anaknya itu. "Nanti. Doakan aja papa segera dapat kerja."