PRT: 9

790 65 1
                                    


Mau update dari kemarin-kemarin, tapi kelupaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau update dari kemarin-kemarin, tapi kelupaan. Maafkeun yaa😌


"Tolong bukain pintu, Mas." Dara yang sedang asik menonton televisi bersama Arkan dan Gio, berteriak memanggil suaminya yang berada di dapur. Daiyan yang mendengar panggilan Dara segera bergegas menunju sumber suara dengan membawa dua gelas jus jambu di tangannya.

"Kenapa?" tanyanya sambil memberikan dua gelas jus itu pada Dara. Satu gelas untuk Arkan, dan satunya untuk Dara dan Gio.

"Minta tolong bukain pintu. Ada yang ketuk-ketuk dari tadi."

Daiyan mengangguk dan segera menuju pintu depan. Siapa yang bertamu malam-malam begini, pikirnya. Padahal baru saja ia ingin bersantai bersama keluarganya. Malas kalau harus menerima tamu lagi.

Daiyan membuka pintu depan rumahnya. Wajah tegas dari ayah mertuanya langsung terpampang jelas di hadapannya. Daiyan tersenyum tipis dan langsung mempersilakan kedua mertuanya untuk masuk.

"Tumben malam-malam ke sini, Yah?" tanya Daiyan sedikit berbasa-basi. Kalau boleh jujur ia sedikit takut dengan ayah mertuanya. Wajah ayah Dara memang terlihat sangar dan tegas, meskipun terkadang juga bisa asik ketika mengobrol dengan Daiyan. Namun, sampai saat ini Daiyan belum bisa menebak mood ayah mertuanya itu, sehingga ia perlu berhati-hati ketika memulai obrolan.

"Memangnya ndak boleh ayah ke sini malam-malam?" tanya Deni langsung membuat nyali Daiyan menciut. Daiyan ingin kembali menimpali, namun Deni tidak memperdulikannya dan memilih menemui cucu-cucunya di ruang keluarga.

Daiyan hanya bisa mendesah pelan. Sejauh ini, orangtua Dara tidak terlalu ikut campur urusan rumah tangganya. Hanya saja terkadang Daiyan mendengar sedikit komentar dan keluhan yang cenderung memojokkan dirinya sebagai seorang pemimpin rumah tangga. Tapi Daiyan masih bisa tahan. Ia masih bisa mengambil sisi positif dari setiap komentar dan keluhan mertuanya. Artinya, Daiyan memang perlu menjadi seorang suami dan ayah yang lebih baik lagi untuk keluarganya.

Dara sendiri sudah memperingatkannya tentang kondisi keluarganya sebelum mereka menikah. Deni adalah sosok yang tempramen dan kurang bisa menerima pendapat orang, apalagi orang yang lebih muda darinya. Karena hal itu Dara tidak dekat dengan ayahnya, bahkan hingga sekarang. Ada ketakutan ketika ia bersinggungan dengan ayahnya. Sisi galak dan teriakan marah ayahnya masih sering terngiang-ngiang dan membuat Dara cemas saat berdekatan dengan ayahnya. Selain itu, Deni juga tipe laki-laki patriarki yang menyerahkan segala urusan anak dan keperluan rumah tangga ke istrinya, sehingga fokusnya adalah untuk mencari nafkah.

Kalau boleh berharap, Dara tidak ingin memiliki suami seperti Deni. Ia juga tidak ingin Daiyan menjadi orangtua seperti Deni. Meskipun secara materi Deni bertanggung jawab mencukupi kebutuhan keluarganya, tapi secara batin belum. Dulu Dara sempat denial dengan perasaannya. Ia pernah membenci Deni sebagai seorang ayah karena tidak pernah hadir secara emosional di kehidupannya. Tapi jika mengingat perjuangan Deni yang saat itu bekerja sebagai seorang petani, membuat Dara merasa sebagai anak tak tau diri jika harus menuntut hal macam-macam. Apalagi setelah tau bahwa kehidupan masa kecil ayahnya jauh lebih keras dari kehidupannya, membuat Dara seakan sadar bahwa ayahnya juga korban dari toxic parenting. Sekarang, Dara paham. Ayahnya memang bukanlah orang tua yang sempurna, tetapi setidaknya ayahnya telah berusaha dengan sekuat yang ia bisa untuk menjadi ayah yang lebih baik di versinya. Dan tugas Dara sebagai orangtua Arkan dan Gio adalah menjadi orangtua yang lebih baik lagi untuk memutus siklus setan parenting orangtuanya.

Papa Rumah TanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang