Bab 4

25 6 0
                                    

🔗 𝚂𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚏𝚘𝚕𝚕𝚘𝚠 𝚍𝚊𝚗 𝚟𝚘𝚝𝚎. 𝙱𝚊𝚗𝚝𝚞 𝚜𝚑𝚊𝚛𝚎 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚔𝚎 𝚝𝚎𝚖𝚎𝚗-𝚝𝚎𝚖𝚎𝚗 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 🔗
.
.
.

~ 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 ~

Vendra tengah membersihkan kamarnya yang berantakan bak kapal pecah, Vendra sudah lama tinggal sendirian. Kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan mobil waktu Vendra masih berusia 15 tahun. Kini Vendra telah hidup sebatang kara selama 7 tahun lamanya.

Seringkali Vendra merasakan kesepian, seringkali Vendra kehilangan arah. "Untuk apa gue hidup didunia, kalo semua kebahagiaan yang gue rasain gak ada yang mampu bertahan lama?", kalimat itu selalu memenuhi pikiran Vendra.

Ternyata dalam diam Vendra menyimpan lukanya sendirian. Vendra tidak pernah menceritakan tentang bagaimana kehidupannya dimasa lalu pada Metya. Vendra hanya takut dicap sebagai lelaki yang lamah dan tidak tau cara mengatasi masalah.

Yang awalnya dengan keterpaksaan Vendra menyimpan lukanya sendirian, kini Vendra telah berada di titik terbiasa dengan semua keadaan. Apa yang telah Vendra lalui, dapat mendewasakan pikirannya mulai dari sejak dini.

Kadangkala jika Vendra mulai merasa lelah dengan semuanya, dia memilih untuk tidak pulang kerumah nya. Dia menghabiskan waktunya dijalanan yang sunyi dan sepi bersama dengan moge nya. Sesuka itu Vendra berkendara dimalam hari yang sunyi dan juga sepi.

Setelah Vendra selesai membersihkan kamarnya, dia memilih duduk di balkon kamar untuk menikmati keindahan langit senja yang perlahan akan menghilang.

Setelah malam tiba, seperti biasa. Vendra pergi keluar untuk berkendara dimalam hari. Sebelumnya Vendra berniatan untuk mengajak Metya keluar bersamanya, namun dia membatalkan niatannya itu.

Entah mengapa, akhir-akhir ini Vendra dan Metya jarang sekali bertemu. Terakhir kali mereka bertemu, waktu Vendra menyelamatkan Metya dari preman yang membuat Metya pingsan tergeletak dipinggir jalanan yang sepi.

Vendra menuju ke jalanan yang sepi, dia berkendara dengan bebas tanpa ada ganggu sama sekali. Yaa begitulah cara Vendra menenangkan diri, terkadang jika Vendra benar-benar lelah dengan semuanya dia meneteskan air matanya dibalik helem nya.

"Gue gak sekuat yang orang-orang pikir" Ucap Vendra sambil menaikkan kecepatan motornya.

"Gue capek nyimpen semua luka ini sendirian, gue pengen punya seseorang yang bisa denger semua keluh kesah gue".

Jam telah menunjukkan pukul 00:00 dini hari. Akan tetapi Vendra masih juga belum pulang kerumahnya, dia duduk termenung disebuah taman yang tak jauh dari rumah Metya.

"Jam segini, pasti Metya udah tidur kayaknya".

Tiba-tiba saja hujan turun seketika, membasahi tubuh Vendra yang terbalut kaos dan juga hoodie hitamnya. Seorang wanita yang tengah menggunakan payung berwarna hitam berjalan mendekati Vendra.


"Vendra, lo ngapain main hujan tengah malem gini?" Ucap wanita itu yang ternyata adalah Metya.

"Lo Metya, apa kuntilanak?. Jam segini masih aja keluyuran" Ucap Vendra.

Vendra Guzel KalanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang