TC 15 -Start🌱

116 10 0
                                    

Malam terlewati begitu saja, Andre yang tengah berbaring di ranjang, membuka matanya. Berkedip beberapa kali, lalu duduk dan melamun untuk sesaat. Sadar waktu subuh hanya sedikit lagi, ia berjalan gontai ke kamar mandi. Dengan mata yang masih memerah, karena kurangnya tidur. Senyumnya seketika merekah lebar ketika menatap cermin.

"Ada belek aja gue cakep, apalagi gak ada belek. Siapa yang gak naksir, dengan wajah sesempurna ini? Huh." Andre tersenyum pongah, menyingkirkan kotoran di sudut mata.

Setelah kewajibannya sebagai seorang muslim terlaksana, pria dengan piyama merah nyentrik itu segera ke dapur. Tak lupa menggantung baju koko dan kain sarung yang telah dipakainya tadi.

Bagus, semua penghuni rumah, masih berada di dalam sarangnya masing-masing. Jarang-jarang, Andre merelakan hari liburnya di pagi hari, hanya berkutik dengan bahan-bahan masakan dan peralatan dapur. Biasanya dia akan tidur lagi selepas shalat subuh.

Andre membuka kulkas, mengeluarkan ayam, wortel, brokoli, dan beberapa sayuran serta bahan-bahan lainnya. Ia menggulung lengan bajunya, dengan senyum pongah yang kembali terpampang.

"Tampan juga iya, pintar pun iya, karir terencana, banyak uangnya, banyak juga warisannya, berpengetahuan luas, rendah hati dan tidak sombong, multi talenta, murah senyum, mudah bersosialisasi, public speaking oke, aduh, apa sii yang gue gak bisa?" tutur Andre sambil mencuci bersih ayam, senyumnya tak lepas dan tak luput mengagumi diri sendiri. Love my self. Tapi kalau begini, kesannya mengapa jadi sedikit menyebalkan ya?

Clap! Suara pisau yang ditancapkan, di iringi dengan perasaan penuh emosi terdengar. Brokoli itu sudah tak berbentuk elok lagi rupanya. Beberapa saat ekspresi wajah Andre dengan cepat berubah.

"Lihat aja, bisa-bisanya dia gak ngomong apa-apa, ngejelasin apa-apa, atau minta bantuan gue gitu? Tiba-tiba aja datang, dengan keadaan luka-luka, berdarah-darah gitu. Mana rame-rame, emangnya dia gangster apa? Kan ada gue gitu! Kenapa gak ngasih tahu gue? Gue kan, gue kan ..." Matanya mengerjap, memikirkan tentang dia dan Hyun Ra.

"Gue kan cowok yang dia taksir!" sentak Andre dengan senyum miring, yang lagi-lagi kendur perlahan. "dia masih suka gue, gak ya? Gimana kalo enggak?" Kepalanya menggeleng dengan pikirin random yang tiba-tiba terlintas.

"Ya kali, gue? Suka dia? Ha-ha-ha." Andre terdiam dan lanjut memotong sayuran. Dengan pikirannya yang terus berpikir sesuka hati.

"Sebagai laki-laki tampan nan rupawan, gue cuma gak rela kalau kehilangan penggemar. Ibarat, emm, perasaan anak kecil yang mau beli permen pake uang goceng, tapi ilang seratus perak!" Benar, perasaan kesal, sedih, dan tidak rela. Tapi sadarkah dia, perasaan itu hanya akan dirasakan oleh orang yang sedang jatuh cinta, tapi cinta menolak jatuh ke arahnya? Iya benar sekali. Cinta tak berbalas.

Biarkan saja dia meracau seorang diri, dan terus menyangkal tiap perasaannya. Fakta bahwa, keadaan telah berbalik. Bukan Hyun Ra yang cintanya tak berbalas, bisa jadi itu adalah Andre saat ini. Iya, biarkan Andre menghibur dirinya sendiri.

🌱🌱🌱

Masih terlalu pagi, fajar belum terlalu menampakkan diri, Hyun Ra dan beberapa pasien lainnya bahkan masih terlelap.

"Dokter, bukannya hari libur ya?" Andre yang tengah duduk dengan memainkan ponsel itu mendongak, seorang perawat yang sedang mengganti infus ternyata. Ia tersenyum tipis.

"Temen saya, di sini." Dagunya mengarah ke bangsal Hyun Ra, membuat perawat itu ber-oh ria dan melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Hem, ekhem." Andre menoleh, ketika menyadari bahwa perempuan itu telah bangun dari tidurnya. Ia tersenyum lebar, membawa tote bag berisi makanan.

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang